VIDEO: 6 Hal Tentang Perang Korea Utara dan Selatan, Amerika dan China Ikut Terlibat

70 tahun berlalu semenjak pecahnya perang antara Korea Utara dan Korea Selatan. Kedua negara pada dasarnya masih berperang.

Editor: Teguh Suprayitno

Selama tiga tahun Perang Korea, pesawat AS menjatuhkan 635.000 ton bom - baik bahan peledak tinggi dan bahan bakar - di Korea Utara.

Jumlah itu 500.000 ton bom lebih banyak yang dijatuhkan AS di Pasifik dalam keseluruhan Perang Dunia Kedua, menurut angka yang dikutip oleh sejarawan Charles Armstrong dalam Jurnal Asia-Pasifik.

Para jurnalis, pengamat internasional, dan tawanan perang Amerika yang berada di Korea Utara selama perang melaporkan bahwa hampir setiap bangunan penting telah dihancurkan.

Pada November 1950, Korea Utara menasihati warganya untuk menggali lubang di perumahan sebagai tempat berlindung.

Korea Utara tidak mencatat angka-angka korban resmi dari pemboman itu, tetapi informasi yang diperoleh dari arsip Rusia oleh Proyek Sejarah Internasional Perang Dingin Wilson Center menyebutkan jumlahnya lebih dari 280.000 orang.

Jenderal Curtis LeMay, tokoh pemboman strategis AS dan arsitek serangan api yang menghancurkan sejumlah kota di Jepang dalam Perang Dunia II, mengatakan ini tentang pemboman Amerika terhadap Korea Utara.

"Kami pergi ke sana dan berperang dan akhirnya membakar setiap kota di Korea Utara, entah bagaimana caranya."

3. Korea Utara meyakinkan Uni Soviet dan Joseph Stalin untuk membiarkan perang terjadi

Ketika Perang Dunia II berakhir, kendali Semenanjung Korea - yang sebelumnya diduduki oleh Jepang - dibagi antara Uni Soviet di utara dan Amerika Serikat di selatan.

Kim Il Sung, pemimpin Korea Utara, ingin menyatukan kedua Korea di bawah pemerintahan komunis dan meminta izin dari pemimpin Soviet Joseph Stalin untuk melakukannya secara paksa, menurut catatan dari Wilson Center.

Atas permintaan pertama Kim Il Sung untuk melakukan penyerangan pada Maret 1949, Stalin awalnya waspada dan tidak ingin terlibat konflik dengan Amerika Serikat, yang masih memiliki pasukan pendudukan di Korea Selatan.

Tetapi ketika pasukan AS itu ditarik pada musim panas 1949, oposisi Stalin melunak.

Pada April 1950, pemimpin Soviet siap untuk mendengar permintaan Kim lagi ketika pemimpin Korea Utara itu mengunjungi Moskow.

Stalin mengatakan kepada Kim, USSR akan mendukung penyerangan, tetapi hanya jika Kim mendapat persetujuan komunis China.

UPDATE Pasien Meninggal Hari Ini Karena Covid-19 Bertambah 63, Jawa Timur Paling Terbanyak

KRONOLOGI Suku Anak Dalam Jatuh dari Motor lalu Tertembak Senjata Sendiri

Didorong oleh kemenangan komunis China atas pasukan Nasionalis pada 1949 - dalam perang saudara di mana Washington tidak melakukan intervensi - pemimpin China Mao Zedong setuju dan menawarkan untuk menjadi pasukan cadangan bagi pasukan Korea Utara dalam kemungkinan intervensi AS.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved