Virus Corona

TERBARU China Sukses Uji Coba Vaksin Virus Corona ke Manusia, 90 % Partisipan Respon Positif

- Ilmuwan China mengklaim mereka telah berhasil mengembangkan Vaksin Virus Corona yang diberi nama Coronavac.

Editor: rida
(dailymail)
Ilmuwan China mengklaim telah berhasil mengembangkan Vaksin Virus Corona setelah dalam uji coba ke manusia, 90 persen partisipan memberikan respon antibodi yang baik. Vaksin diproduksi Sinovac Biotech yang berbasis di Beijing, China, dan produknya diberi nama CoronaVac. Vaksin ini menunjukkan imunogenisitas dan keamanan yang baik. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 130 upaya global untuk mengembangkan vaksin melawan COVID-19. 

Sebuah laporan pemerintah 'Fighting COVID-19: China in Action' mengungkap setidaknya lima vaksin yang dikembangkan oleh ilmuwan China sedang menjalani tahap uji coba pada manusia.

Mengutip CGTN, dalam laporan tersebut dituliskan peneliti China tengah berlomba dengan waktu untuk mengembangkan vaksin dengan lima rute teknis seperti vaksin tidak aktif, vaksin asam nukleat, vaksin protein rekombinan, vaksin vektor adenovirus, dan vaksin menggunakan virus influenza yang dilemahkan sebagai vektor.

China Sukses Uji Coba Vaksin Virus Corona ke Manusia, 90% Partisipan Respon Positif

Adapun vaksin buatan China yang sudah memasuki tahap uji coba ke manusia antara lain:

-Non-replicating viral vector vaccine yang dikembangkan CanSino Biological.
-Inactivated vaccine yang dikembangkan Wuhan Institute of Biological Products.
-Inactivated vaccine yang dikembangkan Beijing Institute of Biological Products
-Inactivated vaccine yang dikembangkan Sinovac

Sebelumnya, Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China Gao Fu mengatakan vaksin corona yang saat ini berada di fase 2 atau fase 3 uji klinis kemungkinan dapat tersedia ketika terjadi gelombang kedua wabah COVID-19.

"Kami berada di garis depan untuk pengembangan vaksin, dan kami mungkin memiliki vaksin yang siap untuk penggunaan darurat pada bulan September," kata Gao dikutip dari CNBC.

"Vaksin yang baru dikembangkan ini, yang masih dalam uji klinis fase dua atau fase tiga, dapat digunakan untuk beberapa kelompok khusus, misalnya petugas kesehatan," lanjutnya.

Jokowi Targetkan Peneliti Indonesia Produksi Vaksin Covid-19 pada Akhir Tahun 2020

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para peneliti di Indonesia segera menemukan vaksin Covid-19.

Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy seusai rapat terbatas, Kamis (4/6/2020).

"Terkait vaksin, Indonesia harus mandiri. Target Indonesia bisa memproduksi akhir tahun ini."

"Sehingga tadi Presiden menginstruksikan peneliti kita untuk mencari, menemukan vaksin untuk digunakan Indonesia sendiri," kata Muhadjir Effendy. 

Meski terdapat 147 lembaga di dunia yang saat ini sedang menyusun vaksin, menurut Muhadjir Effendy, lembaga tersebut akan memprioritaskannya untuk negaranya sendiri.

Kritik Tentang Penyiram Air Keras ke Novel Baswedan, Bintang Emon Dituding Pakai Narkoba, Ternyata?

"Sementara kita punya 270 juta warga, sehingga mau tidak mau tidak mungkin mengandalkan impor."

"Jadi harus siap-siap melakukan riset vaksin untuk Indonesia sendiri," tuturnya.

Selain itu, menurut Muhadjir Effendy, Presiden juga meminta alat untuk mengambil sampel di tenggorokan sebagai bagian dari tes Polymerase Chain Reaction (PCR) bisa diproduksi di dalam negeri.

Saat ini pengadaan alat tersebut masih mengandalkan dari negara lain.

"Ada satu hal yang harus diselesaikan Pak Menristek, yaitu coloknya untuk hidung dan tenggorokan belum produksi, padahal PCR sudah bisa."

"Karena itu tadi Bapak Presiden meminta itu untuk dipenuhi, sehingga tidak lama kita bisa menggunakan PCR dalam negeri sendiri yang kualitasnya sudah teruji secara medis," bebernya.

Kritik Tentang Penyiram Air Keras ke Novel Baswedan, Bintang Emon Dituding Pakai Narkoba, Ternyata?

Sebelumnya, Ketua Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengajak masyarakat tak menunggu  vaksin jika ingin tak tertular Covid-19.

Menurut Wiku, pembuatan vaksin butuh waktu lama.

"Sebenarnya kita enggak usah tunggu-tunggu itu."

"Yang paling penting pendekatan preventif, itu sebenarnya ada di diri kita masing-masing adalah mencegah saja," kata Wiku di BNPB, Selasa (2/6/2020).

Menurut Wiku, tindakan preventif yang bisa dilakukan sekarang adalah tetap mengacu pada protokol kesehatan yang sudah berulang kali disampaikan oleh pemerintah.

"Praktikkan saja itu secara disiplin, baik individu maupun disiplin secara kolektif."

Sekolah di Zona Hijau Bisa Dibuka Kembali, Gugus Tugas Ingatkan Tetap Patuhi Protokol Kesehatan

"Kita selalu mengingatkan orang, orang mengingatkan kita," lanjutnya.

Jika itu sudah dilakukan secara disiplin, kata Wiku, maka setiap orang bisa produktif dan aman dari Covid-19.

"Hal yang paling penting soal imunitas, jangan panik."

"Kalau kita tahu, saya kembali ulangi lagi, kenali musuhmu, kenali dirimu, seribu kali kau perang, seribu kali kau menang."

"Jadi kalau kita sudah tahu caranya virus itu bekerja, dia akan bingung sendiri virusnya."

"Jadi kalau kita sudah begitu, enggak panik, imunitas kita naik, dan bisa saja kita mampu dan semisal kita terinfeksi, kita bisa melawannya dan kita tetap sehat," papar Wiku.

Sebelumnya, pemerintah terus berupaya keras dan berharap puncak pandemi Covid-19 akan segera menurun.

Namun demikian, beberapa ahli mengatakan ketika kasusnya sudah turun, tidak berarti langsung landai atau langsung nol, melainkan masih bisa fluktuatif.

Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, dalam video yang diunggah Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Kamis (7/5/2020).

"Ada kemungkinan masih bisa naik lagi atau turun lagi, naik sedikit lagi, dan turun lagi dan seterusnya."

"Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan," kata Jokowi.

Putera Papua Pertama Peraih Bintang Tiga, Letjen Joppye Pernah Dibawa Lari Agar Tak Terkena Peluru

Menurut Presiden, Indonesia beruntung karena sejak awal pemerintah memilih kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB, bukan karantina wilayah atau lockdown.

PSBB adalah pembatasan kegiatan di tempat umum atau di fasilitas umum dalam bentuk pembatasan jumlah orang dan pengaturan jarak antar-orang.

"Artinya, dengan PSBB masyarakat masih bisa beraktivitas, tetapi memang dibatasi."

"Masyarakat juga harus sadar membatasi diri, tidak boleh berkumpul dalam skala besar."

"Saya melihat di beberapa daerah dari informasi yang saya terima, jalannya sepi tetapi di kampungnya masih berkerumun ramai."

"Di kampungnya masih banyak yang bergerombol ramai."

"Padahal interaksi fisik itu harus dikurangi, harus jaga jarak, harus bermasker, harus sering cuci tangan sehabis kegiatan," tuturnya.

Upaya tersebut harus terus dilakukan untuk menghambat penyebaran Covid-19.

Tetapi, kepala negara juga ingin agar roda perekonomian tetap berjalan.

Untuk itu, masyarakat masih bisa beraktivitas secara terbatas, tetapi harus disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan.

Kerap Unggah Foto Terbuka, Dinar Candy Ngaku Sempat Gagal Nikah Karena Itu

"Sekali lagi ingin saya tegaskan, yang utama adalah ikuti dengan disiplin protokol kesehatan."

"Silakan beraktivitas secara terbatas, tetapi sekali lagi ikuti protokol kesehatan."

"Semua ini membutuhkan kedisiplinan kita semuanya, kedisiplinan warga, serta peran aparat yang bekerja secara tepat dan terukur," paparnya. 

400 Juta Dosis Vaksin

Sementara itu, AstraZeneca telah mencapai kesepakatan dengan Aliansi Vaksin Inklusif Eropa (IVA), yang dipelopori Jerman, Prancis, Italia dan Belanda, untuk memasok 400 juta dosis vaksin Covid -19.

Vaksin produksi AstraZeneca-University of Oxford Inggris ini akan dikirim pada akhir tahun 2020 .

Dengan perjanjian hari ini, IVA bertujuan untuk mempercepat pasokan vaksin dan membuatnya tersedia untuk negara-negara Eropa lainnya yang ingin berpartisipasi dalam inisiatif ini.

IVA berkomitmen untuk menyediakan akses yang adil ke semua negara yang berpartisipasi di seluruh Eropa.

Adrian Kemp, Sekretaris Perusahaan AstraZeneca, dalam website resminya menyebutkan,  AstraZeneca terus membangun sejumlah rantai pasokan secara paralel di seluruh dunia, termasuk untuk Eropa.

Perusahaan berusaha untuk memperluas kapasitas produksi lebih lanjut dan terbuka untuk berkolaborasi dengan perusahaan lain dalam rangka memenuhi komitmennya untuk mendukung akses ke vaksin tanpa keuntungan selama pandemi.

Pascal Soriot, Kepala Eksekutif, mengatakan: "Perjanjian ini akan memastikan bahwa ratusan juta orang Eropa memiliki akses ke vaksin Universitas Oxford setelah mendapat persetujuan."

Perusahaan ini akan mulai berproduksi dan berharap dapat membuat vaksin tersedia secara luas dan cepat.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Jerman, Prancis, Italia dan Belanda atas komitmen dan tanggapan cepat mereka," katanya.

Perusahaan baru-baru ini menyelesaikan perjanjian serupa dengan Inggris, AS, Koalisi untuk Kesiapsiagaan Epidemi Inovasi dan Gavi Aliansi Vaksin untuk 700 juta dosis.

Selain itu, perusahaan juga menyetujui lisensi dengan Serum Institute of India untuk penyediaan tambahan satu miliar dosis, terutama untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Total kapasitas produksi saat ini berdiri di dua miliar dosis.

Universitas Oxford bulan lalu mengumumkan dimulainya uji coba AZD1222 Fase II / III di Inggris pada sekitar 10.000 sukarelawan dewasa.

Uji coba tahap akhir lainnya akan dimulai di sejumlah negara.

AstraZeneca mengakui bahwa vaksinnya mungkin tidak berfungsi tetapi berkomitmen untuk mengembangkan program klinis dengan cepat dan meningkatkan produksi yang berisiko. (*)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul KABAR Gembira, China Sukses Uji Coba Vaksin Virus Corona ke Manusia, 90 % Partisipan Respon Positif

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved