Berita Internasional

Amerika dan Sekutunya Disebut Harus Segera Melenyapkan China Jika Tak Mau Sang Naga Semakin Besar

Amerika dan Sekutunya Disebut Harus Segera Melenyapkan China Jika Tak Mau Sang Naga Semakin Besar

Editor: Andreas Eko Prasetyo
via Intisari
Hubungan China dan Amerika Serikat tambah panas gara-gara corona 

TRIBUNJAMBI.COM - Nampaknya perselisihan antara Amerika Serikat dan China sudah tidak dapat ditampik lagi hingga diprediksi akan berujung pada perang.

Fakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang di dalamnya ada Amerika Serikat (AS), Inggris dan negara Barat lainnya sedang menyusun rencana.

Rencana yang dimaksud ialah menggulingkan China dari jalannya menjadi negara hegemoni baru dunia.

Ini menjadi prioritas utama NATO sekarang.

Penggunaan Internet Meningkat Selama Pandemi Corona, Milenial Jambi Habiskan 60 Gb Sebulan

Download MP3 Lagu DJ Remix Full Bass Teranyar! Tersedia Video Terbaik DJ Tik Tok, DJ Slow, DJ Opus

Penyaluran Herbisida Dinilai Lambat, Candra: Petani Harus Paham Prosedur

NATO mengatakan, negara-negara Barat tidak bisa mengabaikan kebangkitan China. Karena itu, penting bagi Inggris untuk meninjau kembali peran Huawei dalam jaringan 5G untuk memastikan keamanannya.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan, China semakin dekat ke Barat dalam berbagai cara, di Kutub Utara, dunia maya, dan dalam infrastruktur kritis termasuk telekomunikasi.

"Saya percaya, Pemerintah Inggris akan merancang jaringan mereka dengan cara yang melindungi jaringan dan memastikan Inggris telah mengamankan jaringan 5G," kata Stoltenberg kepada Radio BBC, Rabu (10/6), seperti dikutip Reuters.

"Karena itu, menurut saya, juga penting sekarang akan ada tinjauan baru yang melihat dengan tepat bagaimana memastikan hal itu terjadi," ujar dia.

Ditanya tentang komentar Stoltenberg, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan, Tiongkok tidak menimbulkan ancaman bagi negara mana pun.

Penyaluran Herbisida Dinilai Lambat, Candra: Petani Harus Paham Prosedur

Ancaman Kim Jong Un ke Trump Agar Tidak Mengikuti Urusan Negara Lain Jika Ingin Pilpres AS Aman

PNS Bakal Dikenakan Kerja Sif, Menteri PAN-RB Koordinasi dengan PT KAI, Ini Kata Tjahjo Kumolo

"Kami berharap, NATO bisa terus memiliki pendapat yang benar tentang kami dan melihat perkembangan kami secara rasional," katanya seperti dilansir Reuters.

Sebagai bagian dari penilaian ulang hubungan yang lebih luas dengan China, Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris (NCSC) sedang menganalisis dampak sanksi Amerika Serikat (AS) terbaru terhadap keputusan Inggris awal tahun ini untuk memungkinkan Huawei berperan dalam membangun jaringan 5G-nya.

Perdana Menteri Boris Johnson pada Januari lalu memberi Huawei peran terbatas dalam jaringan seluler 5G Inggris, menggagalkan upaya global oleh AS untuk mengecualikan raksasa telekomunikasi China dari komunikasi generasi baru Barat.

Johnson memutuskan, "vendor berisiko tinggi" seperti Huawei akan diizinkan masuk ke bagian non-sensitif dari jaringan 5G.

Viral! Presiden Ukraina Minta Disuntikkan Virus Corona Demi Buktikan Covid-19 Tak Menakutkan

KPU Ajukan Transfer Dana Pilkada Kedua, Nilainya Capai Rp 100 Juta

2 Kapal Induk China Ikut Latihan Perang di Laut China Selatan, Amerika Nimbrung Kirim Pesawat Pembom

Erick Thohir Pangkas 5 Direksi Pertamina, Begini Komentar Ahok dan Munculnya Nama-nama Baru

Namun wabah virus corona, ketidaksepakatan atas kebijakan di Hong Kong, dan kemarahan Presiden AS Donald Trump atas China telah mendorong Inggris untuk menilai kembali hubungan dengan Beijing.

"Cina semakin dekat dengan kita, kita melihat di Kutub Utara, kita melihat mereka banyak berinvestasi dalam infrastruktur kritis di Eropa, dan kita tentu saja melihat China juga beroperasi di dunia maya," kata Stoltenberg.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved