New Normal, Matinya American Dream
Orang Jawa mengatakan, “ara-eru kedawa-dawa ing Amerika, kratone suwung tanpa ratu” atau huru hara yang berkepanjangan di Amerika, membuat keraton ...
Mimpi ini berakar pada Deklarasi Kemerdekaan dan juga Konstitusi Amerika Serikat. Dalam Deklarasi Kemerdekaan AS disebutkan, bahwa “semua manusia diciptakan sama” dengan hak untuk “hidup, kebebasan dan mengejar kebahagiaan”.
Sementara Konstitusi Amerika dalam pembukaannya mengatakan, “mengamankan Berkah Kebebasan Untuk Diri Kita Sendiri dan Keturunan Kita”.
Salah satu penulis AS, James Truslow Adams dalam bukunya Epic Of Amerika (1931) memperjelas American Dream dengan mengatakan, “Mimpi tentang tanah di mana hidup harus lebih baik dan lebih kaya dan lebih lengkap untuk semua orang, dengan kesempatan untuk masing-masing sesuai dengan kemampuan” atau prestasi terlepas dari kelas sosial atau keadaan kelahiran”.
Dalam American Dream, masih menurutnya, tidak dikenal istilah gotong royong. Warga AS hidup secara individual.
Mengingat warga negara AS awal adalah para pendatang dari berbagai bangsa dan negara, kompetisi adalah kata yang paling dominan dalam mewujudkan American Dream.
Kompetisi untuk mewujudkan American Dream dengan menjadi kaya dan bahagia kemudian menjadi jati diri bangsa AS,” ujarnya lebih lanjut.
Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) ini menilai, salah satu kegagalan AS dalam menghadapi pandemi Covid adalah tidak adanya gotong royong di antara mereka.
Masing-masing ingin menyelamatkan diri secara individu.
Parahnya lagi, selain kehilangan pekerjaan sebagai dampak dari pandemi, masyarakat AS masih harus menghadapi beban utang pribadi, yang selama ini membiaya “hidup bahagia” sebagai wujud dari American Dream.
Sekalipun memiliki mobil, meminta tunjangan makan dari pemerintahnya merupakan pemandangan yang umum dalam masa pendemi ini.
Selain karena utang $27 triliun, AS mengalami kehancuran ekonominya akibat pandemi. Sejak pandemi tercatat ada 40 juta pengangguran di mana 55 persennya adalah perempuan.
Angka pengangguran ini naik dari 4,4 persen (Maret 2020) menjadi 14,7 persen (Mei 2020). Selain itu, 1) dari 5 rumah tangga kekurangan pangan dan 6,1 juta self worker (pekerja informal) meminta tunjangan pengangguran.
Suramnya masa depan masyarakat AS juga diperparah dengan huru hara secara nasional di AS.
Jika tidak merupakan kematian American Dream, demikian ditegaskan Putut Prabantoro, saat ini merupakan kematian kapitalisme.
Kematian American Dream, hancurnya ekonomi AS dan kapitalisme harus menjadi pelajaran dalam melaksanakan tatanan baru kehidupan ekonomi Indonesia.