Pesimis New Normal Indonesia, Epidemiolog Pandu Riono: Kalau Dibilang Siap, Itu Nggak Ada yang Siap!

Pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono justru memandang pesimis langkah new normal tersebut. Menurutnya Indonesia belum siap

Editor: Tommy Kurniawan
Instagram @sekretariat.kabinet
Presiden Joko Widodo (Jokowi) 

Menurut Ali Ngabalin, pemerintah juga akan mempertimbangkan beberapa indikator penting sebelum benar-benar melangsungkan New Normal.

Mulai dari kesiapan sarana dan prasarana rumah sakit, hingga meningkatkan jumlah pengetesan masif dan pelacakan kasus.

"Termasuk di antaranya adalah kesiapan rumah sakit," katanya.

"Kemudian tadi adalah survaillance-nya, kekuatan seberapa jauh kemampuan pemerintah dalam melakukan tes spesimen," sambungnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat peninjauan persiapan New Normal di Summarecon Mall Bekasi pada Selasa (26/5/2020). Namun, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono mengaku tak setuju dengan keputusan tersebut.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat peninjauan persiapan New Normal di Summarecon Mall Bekasi pada Selasa (26/5/2020). Namun, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono mengaku tak setuju dengan keputusan tersebut. (channel Youtube Kompas TV)

Ali Ngabalin kemudian menyinggung soal vaksin Virus Corona yang belum akan ditemukan dalam waktu dekat.

Oleh karenanya, ketika vaksin belum ditemukan maka virus tersebut juga belum akan bisa diatasi penuh.

Itu artinya mau tidak mau harus bisa menyesuaikan dengan Corona.

"Kemudian juga ada hal yang paling terpenting itu, kita kan mendapatkan pengumuman informasi yang disampaikan oleh organisasi kesehatan dunia terhadap vaksin dan obat yang kemungkinan itu tidak dalam satu dua minggu atau tidak dalam satu dua bulan ditemukan," jelasnya.

"Tapi dua tahun sampai dua tahun delapan bulan begitu informasinya."

"Artinya apa dalam keseharian kita ini bergelut dengan virus, ya kan?" kata Ali Ngabalin menegaskan.

Maka dari itu, melihat kondisi seperti itu, menurut Ali Ngabalin, Presiden harus bisa mengambil kebijakan nyata untuk menyikapi penyebaran Covid-19.

Dikatakannya, Jokowi tentunya tidak ingin masyarakat kehilangan pekerjaan dan penghasilan dalam waktu lama.

Sehingga angka kemiskinan jauh meningkat dan berdampak pada krisis.

Namun disatu sisi, Jokowi juga tidak ingin masyarakat terpapar Virus Corona.

"Itu sebabnya kenapa Bapak Presiden mengatakan harus produktif dan aman," terangnya.

Halaman
1234
Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved