Berita Internasional
China Bereaksi Keras Usai Dituduh Presiden Donald Trump Soal Negaranya Melakukan Pembunuhan Massal
China Bereaksi Keras Usai Dituduh Presiden Donald Trump Soal Negaranya Melakukan Pembunuhan Massal
TRIBUNJAMBI.COM - Tidak terima dituduh melakukan "pembunuhan massal", China melontarkan bantahan atas pernyataan Presiden AS Donald Trump itu.
Tensi antara AS dan Negeri "Panda" meningkat sejak Covid-19 mulai terdeteksi di ibu kota Provinsi Hubei, Wuhan, pada akhir Desember 2019.
Sejak April, Trump menuding China berusaha menutupi virus corona ketika pertama kali merebak, tudingan yang dibantah oleh Beijing.
• Tentara Jangan Sampai Patah Hati di Youtube TNI AD, Mengenang 25 Hari Kepergian Didi Kempot
• Nasib Polisi yang Injak Leher George Floyd hingga Tewas, Ternyata Pernah Lakukan Hal Berbahaya Ini
• Benarkah Campuran Air Jeruk Nipis dan Kecap Bisa Sedakan Batuk? Ini Fakta Ilmiahnya
Kini, Negeri "Panda" bereaksi kembali setelah presiden ke-45 AS itu melontarkan kicauannya di Twitter, yang menuding mereka melakukan "pembunuhan massal".Sejak tanggal 20 Mei lalu, situasi semakin memanas.
Trump menyebut ada wacko (orang gila) di China yang merilis pernyataan menyalahkan semua orang atas virus yang membunuh ratusan ribu orang.
"Tolong, jelaskan bahwa ini merupakan 'ketidakmpuan China' dan bukan karena hal lain, yang menyebabkan pembunuhan massal!" ujar Trump gusar.
Dalam konferensi pers di Beijing, juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian menekankan negaranya sudah berusaha bersikap jujur.
"Kami berulang kali berusaha berkata jujur, memberikan bukti jujur, dan memberi penjelasan secara masuk akal," ujarnya dilansir AFP Kamis (21/5/2020).
Zhao menerangkan, pemerintahan Presiden Xi Jinping sudah berusaha yang terbaik untuk melindungi keselamatan dan kesehatan rakyatnya.
Dia menerangkan bahwa selama ini, mereka sudah berusaha bersikap transparan, terbuka, dan bertanggung jawab selama wabah berlangsung.
Sang juru bicara mengklaim bahwa negaranya juga berupaya mengajak negara lain bekerja sama untuk menanggulangi penyebaran virus.
Saat ini, Negeri "Panda" berada dalam tekanan setelah Covid-19 menyebar dan membuuh lebih dari 329.000 di seluruh dunia.
Di tengah semakin banyaknya kasus infeksi, negara Barat seperti AS dan Australia menyerukan adanya penyelidikan mengungkap asal usul virus corona.
• Diam-diam Reino Barack Gunakan Jasa Hotman Paris Untuk Urus Kasus Pencemaran Nama Baik Syahrini
• Ujian Bulan Juli, Ini Alur Pendaftaran UTBK-SBMPTN yang Mulai Dibuka 2 Juni 2020
• Sudah Kantongi Restu Calon Mertua, Atta Halilintar Bingung Ditanya Tanggal Pernikahan Oleh Ashanty
• Belum Habis Krisis Kesehatan, Anies Baswedan Sebut Jakarta Krisis Ekonomi Akibat Pandemi Covid-1
Seruan itu berangkat dari kecurigaan Washington, bahwa virus bernama resmi SARS-Cov-2 tersebut berasal dari laboratorium di Wuhan.
China melalui Persiden Xi Jinping menegaskan, dirinya mendukung adanya investigasi.