Kisah Mbah Tuni dan Ibunya yang Mencari Kelapa dan Sisa Padi Demi Bertahan Hidup
Di usianya yang sudah cukup tua, Mbah Tuni (75) jalani hari dengan semangat yang besar.
Dari keempat anaknya tersebut, tiga orang anaknya merantau dan bekerja di daerah lain tanpa mengirimkan uang.
Sementara anak sulungnya berada di Kota Baubau, senasib dengan dirinya.
Di tengah pandemi corona, Mbah Tuni mengaku semakin kesulitan karena banyak warga yang tidak pergi ke pasar.
Ia terkadang hanya mendapatkan Rp 15 ribu setiap hari.
Uang tersebut ia belikan beras agar bisa makan bersama ibunya.
• Kabar Baik, Rizal Bocah Penjual Jalangkote Dapat Tawaran Biaya Pendidikan Hingga Kerja Tanpa Tes
“Saya bekerja untuk mama saya, jangan sampai dia kelaparan, itu saja,” ucap Mbah Tuni.
Mbah Tuni berharap dalam bulan Ramadan ini, keadaannya bisa berubah dan pandemi corona selesai sehingga aktivitasnya bisa berjalan seperti semula.
Sementara itu, Lurah Liabuku Niko Laus Uling mengatakan, Sarijem dan Tuni mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti program keluarga harapan (PKH) lansia.
“Dapat bantuan setiap bulan dapat bantuan seperti telur dan beras. Baru-baru bantuan fakir miskin, dua lansia itu juga dapat bantuan, seperti beras 5 kilo dan uang Rp 100 ribu per orang,” kata Niko.
Namun, ia tidak mengetahui apakah Mbah Sarijem dan Mbah Tuni dapat bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah.
“Saya tidak tahu apakah keduanya dapat bantuan (BLT), karena itu dari Dinas Sosial langsung yang bagikan bukan dari kelurahan,” ujarnya.
Niko menambahkan, Pemerintah Kelurahan Liabuku selalu memperhatikan nasib para lansia yang hidup di bawah garis kemiskinan dengan memberikan bantuan seperti duafa dan fakir miskin setiap tahunnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Ibu dan Anak yang Sama-sama Lansia Mencari Kelapa dan Sisa Padi untuk Maka