Human Interest Story
Begini Cara Warga Parduan Tameras Hasilkan Uang di Tengah Pandemi Covid-19, Manfaatkan Rotan
Masyarakat di Desa Paradun Tameras Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin membuat kerajinan untuk mengisi kegiatan di rumah selama pandemi.
Penulis: Muzakkir | Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM,BANGKO - Situasi Ramadhan kali ini sedikit berbeda dengan Ramadhan sebelumnya akibat pandemi Covid-19.
Ditengah pandemi Covid-19 ini, warga diminta untuk mengurangi kegiatan atau aktivitas diluar rumah. Masyarakat disarankan untuk berdiam diri di rumah demi memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19.
Aktivitas di rumah sangatlah terbatas, namun demikian, masyarakat diminta untuk terus berkreasi dan mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat.
Seperti yang dilakukan sejumlah masyarakat di Desa Paradun Tameras Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin. Di sini masyarakat membuat "ambung" yang dijalin dengan rotan.
• Ratusan Santri Gontor Jalani Rapid Test, Baru Saja Tiba di Jambi Hari Ini
• Nekat Buka hingga Tengah Malam, Satpol PP Sarolangun Semprot Toko dan Warnet dengan Mobil Damkar
• Ada Kasus Positif Corona di Setiap Kecamatan, Kota Padang Sudah Jadi Zona Merah Covid-19, Total 137
Ambung merupakan salah satu peralatan rumah tangga yang bentuknya mirip bakul tapi bertali. Ambung ini digunakan untuk meletakkan peralatan yang biasanya untuk dibawa ke ladang ataupun ke sawah.
Sebagian besar ambung terbuat dari rotan yang dijalin dengan pola-pola yang unik dan beraturan. Selain dari rotan, ada juga ambung yang terbuat dari tali plastik dengan berbagai warna.
Di Desa Paradun Tameras, saat ini banyak warga yang tengah membuat ambung. Ambung-ambung ini dibuat untuk dijual kepada masyarakat desa setempat. Selain itu, ada juga yang dijual ke desa tetangga.
Kepala Desa Paradun Tameras Mas'ud membenarkan jika saat ini banyak warganya tengah berkreasi dengan membuat kerajinan tangan yang dianyam dengan nama Ambung.
"Sekarang banyak yang bikin kerajinan itu, puluhan orang," kata Mas'ud.
Mas'ud menyebut jika masyarakat yang menganyam ambung tersebut untuk mengisi waktu di rumah selama Ramadhan ini.
"Selain ambung, ada juga yang bikin lukah, karena habis lebaran orang mau dibawa turun keladang," kata Mas'ud lagi.
Menurut dia, pengrajin ambung dan lukah itu tidak memandang jenis kelamin, lelaki, perempuan tua muda ikut menganyam.
"Ada juga nenek yang sudah berumur 75 tahun yang nganyamnya," sebutnya.
Untuk membuat satu ambung ataupun lukah, seroang pengrajin bisa membuatnya dalam satu hingga dua hari. Sementara untuk harga, Mas'ud bilang harganya bervariasi, antara Rp 60 ribu hingga Rp 150 ribu.
"Harga sesuai dengan ukuran ambung yang dibikin," pungkasnya. (*)