Sempat Melambung Tinggi, Benarkah Sekarang Harga Masker Sudah Kembali Normal? Begini Penjelasannya

Terutama saat pandemi virus corona mulai melanda Indonesia. Saat itu permintaan dan ketersediaan barang tak seimbang.

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
(Shutterstock)
Ilustrasi virus Corona dan masker 

TRIBUNJAMBI.COM - Harga masker dan hand sanitizer pernah melambung gila-gilaan dan disayangkan banyak orang.

Terutama saat pandemi virus corona mulai melanda Indonesia. Saat itu permintaan dan ketersediaan barang tak seimbang.

Penjual pun memanfaatkan situasi dengan dengan menaikan harga.

Itu pun barang kemudian tetap kosong di pasar, karena kebutuhan atas dua benda tersebut tak terhindarkan.

Lirik Lagu Bungong Jeumpa & Terjemahan - Kunci Jawaban Belajar dari Rumah di TVRI

Dipecat Secara Tidak Hormat, Ini Permintaan Sitti Hikmawatty Soal Jeroan KPAI yang Harus Diperbaiki

Namun, baru-baru ini sejumlah warganet mengaku telah menemukan produk masker dengan harga normal di beberapa minimarket.

"Udah banyak masker sekarang dan gak mahal lagi. Ini cuma 9000-an isi 5 pcs. Kemaren sekotak isi 50 dijual 350 ribu," tulis akun Twitter @ferdiriva dalam twitnya, Minggu (26/4/2020).

"W abis beli jugak 9.900 di Indomart," tulis akun @novembergurll pada Minggu, (26/4/2020).

Lantas, apa penyebab harga masker kembali normal di tengah pandemi virus corona yang masih berlangsung?

Google Doodle - Diarahkan Doodle 2017 Menampilkan Oscar Fischinger, Siapa Dia? Apa yang Diciptakan?

Penjelasan INDEF

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengungkapkan, normalnya harga masker dan hand sanitizer merupakan bentuk wujud demand (permintaan) dan supply (pasokan) yang sudah seimbang.

Enny Sri Hartati Indef
Enny Sri Hartati Indef (kompas)

"Kalau harga fundamentalnya cuma lokal, kalau demand dan supply relatif sudah seimbang, maka harga akan kembali normal," ujar Enny saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/4/2020).

Ia mengungkapkan, awal-awal harga masker mengalami lonjakan tinggi karena Pemerintah Indonesia mengekspor masker ke China di mana saat itu jumlah kasus terinfeksi virus corona mengalami peningkatan tajam

Tetapi, saat pemerintah sibuk mengekspor masker, mereka lalai bahwa virus corona dapat masuk ke Indonesia.

Oleh karena itu, pasokan masker menjadi sedikit dengan jumlah permintaan stok masker terus mengalami peningkatan.

Hal inilah yang menyebabkan harga masker di Indonesia melonjak naik.

"Tapi beriring dengan waktu, ada proses produksi pasokan menjadi meningkat lagi, jadi tidak hanya masker dalam kodisi normal, proses produksi juga membutuhkan waktu," terang Enny.

Menurutnya, kenormalan harga tidak hanya terjadi pada produk masker, namun produk-produk lain di mana permintaan dan adanya pasokan melimpah yang membuat harga turun.

Tidak adanya pengatur

Sementara itu, Enny mengungkapkan bahwa terjadinya kelangkaan masker yang sempat terjadi di Indonesia, dikarenakan tidak adanya "pengatur" saat kegiatan ekspor dilakukan.

Satu boks masker merek Sensi ini 50 lembar pernah harganya Rp 495.000 di Para Pramuka.
Satu boks masker merek Sensi ini 50 lembar pernah harganya Rp 495.000 di Para Pramuka. (Warta Kota/Janlika Putri)

"Coba kalau kita di awal ada yang mengatur, ada yang mengantisipasi kita ekspor maskernya, tidak ugal-ugalan begitu, tidak terjadi kekurangan stok pasokan," ujar Enny.

Selain itu, penurunan harga masker juga disebabkan oleh masyarakat saat ini telah menemukan alternatif dari kelangkaan masker bedah, yakni membuat masker kain.

Tak hanya pembuatan masker kain, pembuatan hand sanitizer sendiri dan beberapa sumbangan dari instansi atau lembaga yang memberikan produk secara suka rela di masyarakat yang membuat produk hand sanitizer tidaklah langka.

"Itu yang membuat pasokan kembali seimbang dan membuat harga normal kembali," lanjut dia.

Apakah kenormalan harga akan berlangsung dalam jangka panjang?

Terkait masih berlangsungnya wabah virus corona di Indonesia, Enny menyampaikan bahwa kenormalan harga masker dan hand sanitizer akan berlangsung lama jika pasokan masih terus bisa diproduksi.

"Selama pasokan ada dan masih bisa diproduksi, masalah harga ya masih seimbang," katanya lagi.

Sementara itu, hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah yakni pihak-pihak yang telah membantu memberikan jalan keluar bagi fenomena kelangkaan alat kesehatan.

Misalnya, di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang telah memproduksi alat bantu pernapasan atau ventilator yang mulai langka di Indonesia.

Tips Atasi Dehidrasi saat Puasa - Kurangi Konsumsi Garam hingga Batasi Kafein

Alat ini mampu membantu gangguan pernapasan, terutama pada paru-paru, akibat terinfeksi virus corona dengan kondisi parah.

"Mestinya yang begitu diberi insentif agar pasokan tidak terganggu. Anggaran pemerintah yang Rp 75 triliun itu tidak digunakan untuk impor-impor alkes justru ini kesempatan bahwa anggaran tersebut dapat dioptimalkan kepada public health untuk menggerakan ekonomi," kata Enny.

Selain itu, Enny mengungkapkan, beberapa produk yang perlu dioptimalkan yakni vitamin dan produk-produk yang meningkatkan imunitas tubuh, bisa juga dengan alat olahraga mandiri.

Adapun alat olahraga yang dimaksud adalah alat yang dapat digunakan atau dimainkan oleh 2-3 orang saja, agar warga tidak perlu berkerumun untuk melakukannya.

"Contohnya raket, alat kesehatan ini bisa dikerjakan oleh 2-3 orang, justru alat olahraga yang mendiri itu lebih banyak permintaannya," lanjut dia.

Dengan anggapan banyaknya permintaan, hal ini dapat menjadi penggerak ekonomi.

SUMBER: Wartakota

Nisya Ahmad di Bully Karena Tinggal Bareng Raffi Ahmad, Mama Amy Ngadu ke Anaknya

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved