Virus Corona
Kisah Pasien Virus Corona yang Mampu Sembuh Tanpa Obat Tapi Hanya Melakukan Hal Sederhana Ini!
Pandemi virus corona juga merangkai cerita bagi pasien yang berhasil sembuh sebagai motivasi buat pasien lain.
TRIBUNJAMBI.COM - Pandemi virus corona juga merangkai cerita bagi pasien yang berhasil sembuh sebagai motivasi buat pasien lain.
Satu di antara kisah pasien yang sembuh adalah Yesika Nadya (27), dokter di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta Selatan.
Pada awal Maret lalu, ia dinyatakan positif Covid-19 lewat pemeriksaan swab.
Meski secara fisik ia sehat dan tidak menunjukkan gejala Covid-19, ia mengakui bahwa pemeriksaan swab perlu dilakukan untuk kepentingan tugas di unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit tempatnya bekerja.
Yesika mengakui bahwa sampel pertama positif COVID-19 miliknya diperiksa di laboratorium rumah sakit yang pada saat itu belum terdaftar sebagai rujukan pemerintah.
• Partisipasi dan Kepedulian Maybank Indonesia Bersama Masyarakat Memerangi Covid-19
Oleh karenanya, sampel tersebut dialihkan lagi untuk diperiksa di laboratorium milik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) untuk konfirmasi secara resmi.
Meski saat itu dibutuhkan waktu dua minggu untuk mengetahui hasil swab dari Litbangkes, Yesika memutuskan untuk langsung melakukan isolasi mandiridi rumah.
“Waktu itu dari periksa pertama karena sudah positif, paling buruknya kan memang kita positif dianggapnya, jadi setelah itu kita langsung isolasi.
• Meski Sama-sama Mantan Ariel Noah, Luna Maya Tak Gengsi Akui Langsung Kecantikan Sophia Latjuba
Pada saat itu ketahuan hasilnya positif, langsung isolasi dirumahkan,” ujarnya saat diwawancara DW melalui sambungan skype, Kamis (23/04/2020).
Pasien kurang terbuka tidak bisa disalahkan sepenuhnya
Yesika diduga kuat tertular dari pasien yang tidak terbuka dengan riwayat perjalanannya.
Namun meski begitu, Yesika enggan menyalahkan sepenuhnya pasien yang sempat ia rawat tersebut.
“Ini kompleks ya, tidak bisa di-judge juga pasiennya,” ujarnya.
Beberapa alasan ia beberkan mengapa pasien itu tidak bisa dijadikan sebagai alasan utama dirinya tertular COVID-19.
Pertama, ia mengakui bahwa rumah sakit tempatnya bekerja bukan rumah sakit rujukan pemerintah sehingga bisa dibilang “belum siap menerima pasien di bangsal atau rawat inap kalau ternyata pasien positif COVID-19”.