Virus Corona
Tak Punya Uang Imbas Corona, Warga Banten Meninggal Tak Makan 2 Hari: Satu Keluarga Minum Air Galon
Yuli diketahui merupakan seorang pekerja lepas, sedangkan suaminya seorang pemulung. Kabar terbaru, Yuli disebutkan meninggal dunia, Selasa (21/4)
TRIBUNJAMBI.COM - Akibat wabah virus corona, hingga kini berdampak buruk terhadap perekonomian sejumlah warga di Indonesia.
Tak sedikit warga menengah kebawah kini menjerit lantaran tak bisa mencari pendapatan akibat wabah virus corona.
Seperti dialami Yuli (43), seorang warga banten yang tidak makan 2 hari lantaran tak punya uang akibat virus corona viral di media sosial.
Kabar terbaru, Yuli disebutkan meninggal dunia, Selasa (21/4/2020).
Yuli diketahui merupakan seorang pekerja lepas, sedangkan suaminya seorang pemulung.
Lantaran tak bekerja karena virus corona, keluarga Yuli tak punya uang, dan hanya minum air galon saja selama 2 hari.
• Kabar Baik! Iuran BPJS Kesehatan Kembali seperti Semula Mulai 1 April 2020, Ini Rinciannya
• 11 Dokter Positif Virus Corona di Bekasi, Ketua IDI: Terkontak Pasien yang Tidak Jujur!
• Hati-hati Gejala Baru Virus Corona, Timbul Lesi Keunguan di Sekitar Kaki, seperti Terkena Campak
• Ibu Muda di Lampung Bunuh Dua Anaknya Usia 11 dan 5 Tahun, Bercak Darah Terlihat di Alat Vital
1. Tidak makan 2 hari
Dilansir Kompas.com ,Yuli dikabarkan tidak makan dan hanya minum air galon selama dua hari.
Kabar soal warga yang bernama Yuli yang merupakan warga Lontar baru, Kota Serang, tersebut, viral di media sosial dan jadi pemberitaan media.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Serang Hari Pamungkas saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut.
Kata dia, Yuli meninggal dunia dalam perjalanan menuju Puskesmas Sindangdaru, Kota Serang, Senin (20/4/2020).
"Yang pertama kami turut berbelasungkawa. Ya, betul meninggal dunia dalam perjalanan menuju Puskesmas Sindangdaru," kata Hari kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Selasa (21/4/2020).
2. Bantuan datang setelah Yuli meninggal
Hari mengatakan, Yuli sempat tidak sadarkan diri di kediamannya, hingga kemudian dibawa ke puskesmas.
Di puskesmas, usaha pertolongan dilakukan, tetapi tidak berhasil.
Pihak tenaga medis di puskesmas, kata Hari, belum bisa menyimpulkan penyebab Yuli meninggal. Hasil visum, kata dia, akan keluar pada Selasa (21/4/2020) hari ini.
"Dokter enggak berani menyimpulkan sakit apa, karena almarhumah meninggal dalam perjalanan dan di luar sepengetahuan dokter."
"Ditambah suaminya bilang almarhumah enggak punya riwayat sakit apa pun," kata dia.
Hari mengatakan, pihaknya sudah merespons pemberitaan mengenai Yuli yang dikabarkan tidak makan sejak Sabtu (18/4/2020) pekan lalu.
"Sebelumnya kan di berita ramai keluarga almarhumah nahan lapar sampai minum air galon."
"Keluarga almarhumah itu sudah terdata penerima bantuan masyarakat terdampak Covid-19, Sabtu kemarin pihak pemkot sudah berikan bantuan itu," kata dia.
3. Pengakuan Pemkot Serang
Hari mengaku, Pemkot Serang sudah maksimal merespons segala hal yang menyangkut masyarakat Kota Serang. Namun demikian, kata dia, pihaknya memiliki keterbatasan.
"Kami memiliki keterbatasan, kami butuh semua pihak, kami enggak bisa kerja sendiri, butuh semua elemen untuk bekerja sama saling support."
"Jangan lagi ada saling menyalahkan, sama-sama kita lagi ikhtiar menyelesaikan masalah pandemi ini," kata dia.
4. Minum air galon pengganjal perut: Anak Sempat Sakit
Yuli, empat anak dan suaminya yang seorang pemulung terpaksa hanya meminum air galon untuk mengganjal perut lapar mereka.
Sebelum meninggal dunia, Yuli sempat mengutarakan kesedihannya.
"Enggak makan dua hari, cuma diem aja, sampai saya sedih ya," kata Yuli sembari berlinang air mata, seperti dilansir Kompas TV.
Sembari menggendong anaknya yang masih bayi, Yuli bercerita, empat anaknya pun terpaksa harus menahan lapar.
"Anak empat. Ini yang paling kecil. Ini juga sampai sakit. Abah juga nyuruh, sabar ya," tutur dia pilu.
5. Mengaku belum mendapatkan bantuan dari pemerintah
Kondisi sulitnya perekonomian keluarganya ini juga tak lepas dari situasi wabah Covid-19.
Suaminya yang seorang pemulung tak bisa bekerja selama pandemi.
Penghasilan sebesar Rp 25 ribu per hari yang biasa diterima keluarganya pun kini tak lagi ada.
"Jadi per hari dibayarnya. Kalau misalkan masuk Rp 25 ribu, kalau sakit enggak dikasih," ujar Yuli, melansir Kompas TV.
Yuli mengaku belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Belum ada, saya udah ngajuin," ujar dia.
Yuli kemudian dikabarkan meninggal pada Senin (20/4/2020).
Respons pemerintah
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Serang Hari Pamungkas merespons kabar meninggalnya Yuli, warga Serang, Banten tersebut.
"Yang pertama kami turut berbelasungkawa. Ya, betul meninggal dunia dalam perjalanan menuju Puskesmas Sindangdaru," kata Hari, Selasa (21/4/2020).
Yuli tiba-tiba tak sadarkan diri dan dibawa ke Puskesmas.
Namun pihak rumah sakit belum bisa menyimpulkan penyebab meninggalnya Yuli.
Suami Yuli, lanjut Hari, sempat mengatakan istrinya tak memiliki riwayat sakit apa pun.
"Dokter enggak berani menyimpulkan sakit apa, karena almarhumah meninggal dalam perjalanan dan di luar sepengetahuan dokter," kata dia.
Menurutnya usai pemberitaan mengenai keluarga Yuli yang kelaparan, pemerintah memberikan bantuan.
"Sebelumnya kan di berita ramai keluarga almarhumah nahan lapar sampai minum air galon, keluarga almarhumah itu sudah terdata penerima bantuan masyarakat terdampak Covid-19, Sabtu kemarin pihak pemkot sudah berikan bantuan itu," tutur dia. (*)