Sejarah Indonesia
Pengakuan Pasukan Elit Penjaga Soekarno Soal Tragedi G30 S PKI: Dapat Perintah Jemput Para Jenderal
Pengakuan Pasukan Elit Penjaga Soekarno Soal Tragedi G30 S PKI: Dapat Perintah Jemput Para Jenderal
“Ya saya mengajar agama langsung. Di Salemba juga saya mengajar agama. Jadi tidak ada yang mengira. Ini pasti korban fitnah. Orang salut dengan saya. Baik dengan saya. Karena saya kaum santri. Sampai sekarang pun saya masih kadang mengajar mengaji. Ya tahun 1978, keluar. Jadi di luar, lain dengan orang-orang lainnya mungkin ya (Cakrabirawa lain). Jadi waktu keluar, saya pun disambut alumni. ‘Aduh, ini Pak Is,” tutur Ishak.
• Satu Pasien di Jambi Sembuh, Total Positif Corona 12 Orang Pada 21 April 2020
• Nasib Teddy Ditinggal Lina, Angkat Kaki dari Rumah Ibu Rizky Febian Bersama Anaknya Gegara Ini
Hingga di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub), Ishak dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.
Selama di bui, tahanan hanya mendapat setengah gelas jagung rebus per hari sebagai makanan.
Perlakuan semacam ini, berlangsung kurang lebih tiga tahun pada 1965-1968. Akibatnya, bobot tubuh Ishak melorot drastis.
Dari sebelumnya 75 kilogram menjadi 40. Persis tulang berbalut kulit.
“Saya menyadari, bahwa siksaan-siksaan itu pasti menimpa kepada kita, orang yang kalah. Saya dikasih makan itu jagung. Disebari. Kemudian kita punguti. Kalau mau minum itu ya, air selokan, di situ. Disedot dengan batang daun pepaya. Maka, saat itu, zaman antara tahun 1965-1966, mungkin tiap hari ada orang yang mati, 15 orang, 15 orang, itu kan orang sipil banyak yang mati, tiap hari ada yang mati, kadang 10 orang. Beri-beri, kutu rambut, tinggi, itu sudah merambat semua. Bobot tubuh saya yang tadinya 75 itu tinggal 40 kilogram kok,” tuturnya.

Ketika masih di penjara Salemba, Ishak bertemu kembali dengan Sukitman.
Sukitman pun masih ingat pada Ishak. Tapi Sukitman tak bisa berbuat apapun.
Sialnya, sang istri yang sedang hamil muda dan tinggal di Purbalingga, menggugat cerai.
Dia memaklumi keputusan istrinya yang ketakutan jika memiliki pertalian dengan anggota Cakrabirawa.
Sebab pasukan elit itu sudah terkenal beringas dan kejam. Apalagi ada embel-embel terlibat PKI.
Hingga pada 1978, setelah dipenjara selama 13 tahun, Ishak bebas dan pulang ke Kalimanah, Purbalingga.
Lebih cepat tujuh tahun lantaran adanya tekanan Lembaga HAM PBB.
• Kapten Teddy, Ajudan Ganteng Jokowi dari TNI AD Ini Punya Prestasi Gemilang di US Army Ranger AS
• Hati-hati Bagi Napi Asimilasi yang Berulah Lagi, Kapolresta Daerah Ini Instruksikan Tembak di Tempat
“1965 saya pindah ke sana (penjara Salemba). Istri saya, digeledah semua rumah saya. Kemudian pulang (ke Purbalingga). Istri saya, hamil muda, baru satu bulan. Waktu itu baru menikah. Sewaktu saya pulang, anak saya berumur 13 tahun. Anak saya, cintanya ya cinta ke bapaknya. Kalau sama saya malah takut. Pokoknya hidupnya terlunta-lunta,” Ishak menuturkan.
Di kampungnya, Ishak mendapat sangu dari seorang kawan di militer sebesar Rp50 ribu.
Uang itu dipakai untuk membeli peralatan pertanian dan pertukangan. Ishak, lantas menjadi buruh lepas selama dua tahun.
Beruntungnya, karena Ishak dikenal dari kalangan terpelajar, ia mengajar mengaji dan membuka bisnis jual-beli sepeda motor.