Virus Corona
Kapan Vaksin Virus Corona Tersedia? Terungkap 5 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Vaksin Covid-19
Ilmuwan dari berbagai negara berupaya menciptakan vaksin yang mampu menyembuhkan virus corona, diantaranya dari Indonesia.
Ghufron - begitu ia biasa dipanggil - menjelaskan Indonesia mengambil dua pendekatan untuk vaksin Covid-19: Pertama, membuat sendiri dari awal, termasuk menggunakan isolat virus yang terdistribusi di Indonesia, yang mungkin sudah mengalami mutasi dari tempat asalnya.
Kedua, bekerja sama dengan negara-negara lain yang sudah lebih dahulu mengembangkan vaksin dan sudah mencapai tahap uji klinis.
"Itu bisa lebih cepat daripada kita mengembangkan sejak awal," ujarnya.
Ghufron menyebut negara-negara yang berprospek seperti China, Prancis, dan Amerika Serikat.
"Paling tidak RRC sudah mulai juga kita bahas tentang vaksin ini," imbuhnya.

4. Akankah vaksin mengakhiri wabah Covid-19?
Jawaban singkatnya, ya. Panji Hadisoemarto, pakar kesehatan masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran menjelaskan bahwa vaksin akan membantu membangun kekebalan kawanan atau herd immunity.
Panji menjelaskan, kekebalan kawanan akan tercapai bila sebagian besar orang telah kebal terhadap virus Covid-19, melindungi kelompok orang dengan sistem imun yang tidak cukup kuat. Kekebalan ini bisa muncul secara alami lewat infeksi atau secara "buatan" lewat vaksinasi.
"Efeknya sama, cuma kalau secara alami akan lebih banyak yang sakit, lebih banyak yang meninggal. Kalau lewat vaksinasi, efek sakit dan meninggalnya lebih kecil," kata Panji.
5. Bagaimana perkembangan vaksin di negara lain?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 60 kandidat vaksin Covid-19 tengah dikembangkan di seluruh dunia.
Dua kandidat vaksin, dari China dan Amerika Serikat, tak lama lagi akan memulai uji klinis fase 1.
Berbagai kandidat vaksin tersebut menggunakan pendekatan yang berbeda-beda untuk menangkal virus penyebab Covid-19, yang disebut SARS CoV-2.
Vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Moderna dan National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) di Amerika Serikat, misalnya, menggunakan materi genetik yang dinamakan mRNA sebagai basisnya.
Sedangkan vaksin yang dikembangkan CanSino Biological Inc. dan Institut Teknologi Beijing menggunakan teknologi yang sebelumnya digunakan untuk membuat vaksin Ebola.