Virus Corona

Sempat Kontak Dengan Pasien Covid-19 Begini Curhat Dokter Asal Banjarmasin

Bagi tenaga medis, menangani pasien Covid-19 merupakan ujian terberat yang harus dilalui.

Editor: Heri Prihartono
STR / AFP
Tenaga medis mengantar seorang pasien (tengah) yang tertular Covid-19 meninggalkan rumah sakit nomor 3 di Wuhan, Provinsi hubei, China, untuk pergi ke rumah sakit Huoshenshan di Wuhan Rabu, (4/3/2020) 

TRIBUNJAMBI.COM - Bagi tenaga medis, menangani pasien Covid-19 merupakan ujian terberat yang harus dilalui.

Namun ujian tersebut bagi tenaga medis akan memberikan kesan tersendiri.

N adalah salah satu dokter intensif di rumah sakit rujukan pasien Covid-19 atau virus corona di Kota Banjarmasin.

Daftar Kontak Dokter di Indonesia yang Buka Konsultasi Covid-19 Via Instagram

Ibu satu anak itu pun membagikan ceritanya selama melakukan isolasi mandiri karena terdampak pasien Virus Corona atau Covid-19 di akun sosial medianya dan telah disukai 600-an lebih orang, Sabtu (11/4/2020).

Saat dihubungi Banjarmasinpost.co.id Minggu (12/4/2020), N mengaku terpaksa harus melakukan isolasi mandiri karena pernah melakukan kontak dengan pasien meninggal yang akhirnya dinyatakan positif covid.

Bacaan Niat dan Cara Mengerjakan Puasa Senin Kamis Lengkap Dengan Keutamaannya!

Padahal sebelumnya yang mereka tahu bahwa pasien tersebut masuk rumah sakit dicurigai karena penyakit jantung.

Karena hal itu pula, N dan sebagian rekannya saat itu tidak mengenakan alat pelindung diri atau APD lengkap ketika menangani pasien. Terlebih, APD untuk penanganan covid 19 di rumah sakit tempatnya bekerja masih terbatas dan dalam proses pengiriman.

Akhirnya N dan teman-temannya tahu, baik pasien atau keluarganya tidak menceritakan dari awal riwayat perjalanan atau dengan siapa ia berkontak.

Mengetahui dirinya pernah berkontak dengan pasien yang positif covid 19, N langsung memilih untuk pindah dari rumahnya ke sebuah indekos. Ia tak mau hal-hal tak diinginkan terjadi pada keluarganya terutama sang bayi yang belum genap berumur 2 tahun.

Link Streaming TVRI Belajar Dari Rumah Lengkap Dengan Jadwal Jam Belajar SD Hingga SMA

N memutuskan mencari tempat tinggal yang tak jauh dari rumahnya dan selama 14 hari dirinya harus berdiam di sana.

Beruntungnya pemilik indekosnya juga begitu baik dengan N. Ia banyak membantu wanita itu selama mengisolasi diri.

Petugas medis menggunakan pakaian pelindung saat mengontrol ruangan khusus untuk wabah virus corona di Ruangan Isolasi Infeksi Khusus Kemuning Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS), di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/1/2020). RSHS menyiapkan ruangan inap khusus dengan lima tempat tidur serta tim dokter dan petugas medis khusus yang siap siaga jika ada pasien suspek atau terinfeksi virus corona.
Petugas medis menggunakan pakaian pelindung saat mengontrol ruangan khusus untuk wabah virus corona di Ruangan Isolasi Infeksi Khusus Kemuning Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS), di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/1/2020). RSHS menyiapkan ruangan inap khusus dengan lima tempat tidur serta tim dokter dan petugas medis khusus yang siap siaga jika ada pasien suspek atau terinfeksi virus corona. (ANTARA FOTO/Novrian Arbi/pras)

Apalagi sang pemilik indekos itu juga begitu pengertian dengan posisinya saat itu.

"Dek sebaiknya kamu jangan kasih tahu ke tetangga yang mungkin nanya kalau kamu dokter, khawatirnya kejadian yang seperti di daerah lain soal tenaga kesehatan dialami di sini," cerita N menirukan ucapan pemilik kosnya.

"Alhamdulillah Ibu kosnya baik banget, beliau ngasih makanan dan pengertian juga," tambahnya.

Dukungan lain juga diterima N dari teman-teman dekat hingga teman di media sosialnya.

Ada yang sengaja memesankan layanan makanan daring untuk dikirim ke indekosnya. Ada pula yang mengirimkan APD untuknya.

Untuk N yang terbiasa sibuk dengan pekerjaan dan juga perannya sebagai seorang ibu, isolasi mandiri sangatlah tidak nyaman.

"Saat isolasi mandiri cuma rebahan, skin care-an, telponan dengan teman atau keluarga, makan, sholat, tidur, main sosmed, itu saja yang diulang," cerita N.

Untuk mengobati rasa rindunya dengan sang anak, N tetap pulang ke rumahnya setiap sore.

"Kalau sama anak saya biasa berdirinya di luar pagar, dia sama orang rumah duduk di teras, saya ajak ngobrol, bercanda sama dia," katanya.

Dipaparkan N, apa yang ia terima dan ia lakukan selama 11 hari melakukan isolasi mandiri benar-benar sangat membantu.

"Karena treatment (perawatan) yang harus dijalani selama isolasi kan diusahakan tidak membuat kita stress, jadi saat ketemu anak kalau pulang pun banyakin bercanda," ujarnya.

Tim medis memberikan kode kepada salah satu pasien virus corona. Dokter di Wuhan mengisahkan bagaimana suka duka mereka dalam merawat pasien yang positif terkena virus.
Tim medis memberikan kode kepada salah satu pasien virus corona. Dokter di Wuhan mengisahkan bagaimana suka duka mereka dalam merawat pasien yang positif terkena virus. (Xinhua via SCMP)

Selama 11 hari ini, N bersyukur hasil rapid test yang dilakukannya menunjukkan negatif dan selama itu pula ia tak mengalami gejala apa-apa.

Dari cerita yang ia bagikan di sosial medianya, N berharap agar orang-orang bisa menjadi lebih peduli terhadap keselamatan diri sendiri dan yang orang disekitar.

"Dengan adanya cerita itu, semoga teman-teman tenaga kesehatan lebih berhati-hati bagaimanapun kondisinya. Apalagi sekarang Banjarmasin masuk zona merah, jadi udah susah menanyai pasien pernah kontak di mana saja," katanya.

"Sebenarnya (pasien bisa tidak jujur) juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Apalagi kan ada berita di tv kalau pasien corona ada yang ditolak atau dikucilkan warga, jadi mereka waswas," lanjut N.

Ia juga berharap jika ceritanya itu bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk tetap jujur saat memeriksakan kesehatan.

"Semoga masyarakat yang mau berobat tetap bisa jujur, apalagi kalau ada riwayat kontak dengan pasien positif atau bepergian ke suatu tempat sebelumnya. Corona bukan aib, jadi kalau sedari awal bisa jujur, penanganan dari rumah sakit pun bisa maksimal dan tepat," bebernya.

N sangat ingin apa yang terjadi padanya bisa menginspirasi orang-orang di luar sana untuk tetap saling membantu dalam melawan virus corona ini.

"Bagi warga sekalian yang misal di sekitarnya ada ODP atau PDP bisa lah mencontoh teman-teman saya saat mereka mendukung isolasi mandiri ini," ucap N.

"Karena untuk masa-masa seperti ini, yang membuat imunitas seseorang bisa bagus itu adalah dukungan dari sekitar," sambungnya.

Berkat cerita yang dituliskan N pula, ia sempat menerima curhatan dari seorang pengguna sosmed yang mengaku terinspirasi dari kisahnya.

"Sempat dapat DM dari seseorang yang dia ngaku bebal, suka nongkrong di luar pada masa-masa kayak sekarang ini. Jadi dia bertekad untuk di rumah aja dulu supaya tidak membahayakan orang lain. Dia mau mengurangi ke luar kalau tidak mendesak. Dia juga bertekad untuk mengajak teman-temannya untuk tetap di rumah saja selama wabah corona ini," imbuh N.

(Banjarmasinpost.co.id/Noor Masrida)

Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Curhat Dokter Asal Banjarmasin Pasca Kontak dengan Pasien Positif Virus Corona, https://banjarmasin.tribunnews.com/2020/04/12/curhat-dokter-asal-banjarmasin-pasca-berkontak-dengan-pasien-positif-virus-corona?page=all.

 

//

 
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved