Virus Corona
Kok Bisa Lebih Banyak Pria yang Meninggal karena Virus Corona? Ternyata Ini Alasannya
Virus yang bermula menyebar dari Wuhan, Hubei, China itu menyerang banyak orang, tanpa mengenal batasan usia, jenis kelamin dan kalangan.
Hal itu mengingat wanita memiliki 2 kopi kromosom X sementara pria hanya satu. Kromosom X ini yang diketahui memiliki banyak sekali gen respon imunitas.

Namun dia juga mengingatkan bahwa hal itu perlu diteliti lebih lanjut. Sebab ada faktor budaya atau sosial yang bisa berpengaruh.
Seperti misalnya fakta bahwa umumnya wanita lebih sering datang untuk memeriksakan kesehatan, sehingga lebih menurunkan kemungkinan untuk jatuh pada sakit kritis.
"Sementara sebaliknya pria cenderung ada dalam sosok perkasa, merasa sehat dan hanya berobat ketika sakit parah," ungkap Dicky.
Tes virus corona
Dicky juga menyebutkan dari sekitar 1,5 juta tes Covid-19 yang dilakukan di AS sampai 10 April, menunjukkan bahwa mayoritas peserta tes adalah wanita (56 persen).
Dari 56 persen peserta tes ini didapati 16 persenya positif.
Sebaliknya, dari 1,5 juta tes itu, meskipun hanya 44 persen pria yang dites tapi dari jumlah tersebut 23 persennya terbukti positif.
"Ini memberi tanda bahwa pria belum terdorong atau bersikap pro aktif untuk melindungi kesehatan dirinya sendiri. Pria harus didorong untuk memeriksakan diri lebih awal dan jangan menunggu sampai timbul gejala," jelas dia.

Dicky yang juga terlibat dalam penanganan pandemi flu burung mendampingi Siti Fadilah Supari (mantan Menteri Kesehatan RI) mengatakan, kasus serupa juga terjadi pada pandemi SARS, dimana kaum pria menjadi gender yang lebih rawan menjadi korban dan mengalami kematian dibanding wanita.
"Saat SARS, angka kematian pasien pria di Hong Kong adalah 21,9 persen dan wanita 13,2 persen," paparnya.
"Itu teori yang saat ini difahami terkait hubungan gender dan pandemi, mengacu pada kasus pandemi atau epidemi sebelumnya. Namun untuk lebih tepatnya terkait Covid-19, tentu kita akan melihat penelitian lebih lanjut," ungkap Dicky.