Virus Corona

300 Penelitian Terkait Virus Corona Berlangsung di 39 Negara, Begini Hasilnya!

Pandemi virus corona di belahan dunia membuat penelitian terkait virus mematikan ini terus dilakukan

Editor: Heri Prihartono
Fresh Daily
ILUSTRASI Vaksin virus corona - China mengklaim bisa membuat vaksin virus corona dalam waktu sebulan atau tak lebih dari 40 hari, ahli di Hong Kong pun membantah. 

Ada 68 proyek pengembangan vaksin virus corona SARS-CoV-2 yang saat ini dilaksanakan di seluruh dunia. Tapi apakah di tahun 2020 ini, vaksinnya sudah bisa digunakan? Banyak yang meragukan bahwa vaksinasi massal, bahkan di negara semaju Jerman atau AS, bisa dilakukan tahun ini juga.

Riset obat lain yang ada untuk lawan COVID-19

Para peneliti saat ini melakukan riset unsur aktif dari tiga grup obat-obatan yang sudah ada di pasaran, untuk mengujicoba keampuhannya melawan virus corona jenis baru.

Yang pertama, obat-obat anti virus baik dari keluarga corona maupun virus lain.

Kedua, obat anti malaria dan ketiga, obat lainnya, yang digunakan dalam terapi kanker, asthma atau multiple sclerosis (sklerosis ganda).

Unsur aktif dari obat yang sudah ada, hendak digunakan antara lain untuk memerangi virusnya, membantu meningkatkan kekebalan tubuh pasien, serta melindungi paru-paru agar tetap mendapat suplai oksigen yang cukup.

Unsur aktif anti virus

Kandidat paling kuat adalah unsur aktif dari obat-obatan anti virus lainnya, yang terbukti ampuh melawan penyakit yang dipicu virus corona jenis lain, seperti SARS, Ebola, MERS atau juga virus influensa.

Para ilmuwan meyakini, bahwa virus corona jenis baru SARS-CoV-2 adalah varian dari virus corona SARS-CoV-1 yang mewabah tahun 2002 silam.

Yang kini memicu eforia adalah obat flu Avigan buatan Fujifilm Holding dari Jepang yang sudah mengantungi izin resmi sejak 2014. Unsur aktifnya Favilavir terbukti ampuh melawan wabah Ebola yang dipicu virus corona jenis lain pada 2014 dan 2016 di Afrika.

Pemerintah China melaporkan, penggunaan Avigan di Wuhan yang jadi episentrum pandemi, menunjukkan hasil yang prospektif.

Pakar virologi Jerman Christian Drosten dari rumah sakit Charité di Berlin menyebutkan, setelah rangkaian ujicoba di Italia hasilnya "sangat menjanjikan."

Jepang kini menyimpan dua juta paket Avigan sebagai tindakan berjaga-jaga.

Indonesia dan Jerman juga sudah memesan jutaan paket obatnya dari Jepang. Sejauh ini, uji klinis obat ini melawan virus corona jenis baru dilaporkan belum tuntas.

Yang juga diduga bisa jadi obat SARS-CoV-2 adalah unsur aktif Remdesivir yang semula dikembangkan untuk melawan Ebola. Dalam uji laboratorium unsur aktif ini juga terbukti ampuh melawan SARS dan MERS. Obat yang dikembangkan perusahaan farmasi AS, Gilead Sciences itu sejauh ini belum mengantungi izin resmi untuk pemasaran. Tapi di China dan di AS kini sedang dilakukan uji klinis Remdesivir.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved