Suasana Mulai Kondusif Setelah Perang Antar Suku Tewaskan 6 Orang di Flores
Perang antarsuku meletus di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur (Flotim)
Polisi menindaklanjuti laporan tersebut. Suku Kwaelaga sebagai terlapor sudah dikenai wajib lapor.
"Sehingga menurut pemahaman kami yang awam ini, kalau sudah begitu tidak mungkin lagi melakukan kegiatan di lokasi."
"Kita pikirnya begitu, ternyata selang beberapa waktu pihak terlapor lakukan kegiatan lagi di sana tanam pohon kelapa dan mente. Itu hari kamis minggu lalu," papar Beatus.
Beatus mengatakan, buntut dari adanya aktivitas di lahan sengketa itu sehingga pihak suku Lamatokan langsung bergerak ke lokasi. Ia memperkirakan ada 20 warga suku Lamatokan ke Wulanwata.
"Mereka bertemu di lokasi. Entah pihak terlapor juga sudah tahu atau belum, kami juga tidak tahu," ujarnya.
Menurutnya, luas lahan sengketa sekitar 200x100 meter, telah ditanami kelapa, mente dan jagung. Letaknya ada di dekat pantai di wilayah Wulanwata, Desa Baobage.
Beatus mengungkapkan, masalah batas tanah itu berlangsung sejak tahun 1990-an. Kedua suku saling klaim memiliki tanah tersebut.
Ia menjelaskan, situasi sudah terkendali setelah aparat TNI dan Polri tiba.
Jenazah sempat disemayamkan di rumah adat dan pihak medis sudah melakukan visum.
Camat Witihama Laurens Lebu Raya memastikan semua korban berjenis kelamin laki-laki. Empat korban dari suku Kwaelaga dan dua korban dari suku Lamatokan.
"Saat ini situasi sudah semakin kondusif karena gabungan aparat TNI dan Polri sudah langsung diterjunkan ke lokasi sengketa dan rumah duka."
"Sementara terkendali. Tidak ada amukan, karena ini masalah ada hubungan dengan adat," kata Laurens via telepon.
• Angka Kemiskinan di Bungo Menurun, tapi Pemerintah Masih Punya PR, Kenapa?
• Nasib Veronica Tan Kini 2 Tahun Jadi Janda, Mantan Istri Ahok Rela Jualan Daging: Hidup Itu Lucu!
• Digugat Cerai Kiwil Berbesar Hati Sambangi Meggy Wulandari & Anaknya yang Sedang Sakit, Tanda Rujuk?
Ia menjelaskan, proses evakuasi korban ke rumah duka sedikit terkendala akibat cuaca buruk.
Laurens menambahkan tanah yang disengketakan juga bukan tanah ulayat melainkan batas tanah milik perorangan.
"Lokasi itu kan sengketa sudah lama sehingga mereka baku ketemu. Itu kan masalah batas, akhirnya sampai pembantaian itu."