Berita Batanghari
WIKIJAMBI: Tahu, dari Usaha Turun Temurun Milik Suaheti Kini Beromzet Belasan Juta per Bulan
Tahu makanan yang terbuat dari kacang kedelai, sampai saat ini masih sangat dicari oleh masyarakat sebagai bahan makanan.
Penulis: Rian Aidilfi Afriandi | Editor: Nani Rachmaini
Tahu, Usaha Turun Temurun Milik Suaheti Beromzet Belasan Juta Perbulan
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Rian Aidilfi Afriandi.
TRIBUNJAMBI.COM, MUARABULIAN - Tahu makanan yang terbuat dari kacang kedelai, sampai saat ini masih sangat dicari oleh masyarakat sebagai bahan makanan.
Salah satunya di Batanghari, peminatnya masih sangat ramai. Ada beberapa pengusaha di kabupaten ini yang membuat tahu.
Satu di antaranya Suhaeti (50) warga Jalan MTQ, RT 35, RW 07, Kelurahan Muara Bulian, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari.

Suaheti menyebut bahwa usaha rumahannya ini merupakan usaha turun temurun yang dirintis keluarganya di Kuningan Jawa Barat sejak puluhan tahun silam.
Perharinya ia mampu menjual 100 kg tahu dan meraup omzet belasan juta perbulannya.
• BREAKING NEWS: Dua Tersangka Pengebor Sumur Minyak Ilegal Ditangkap Polisi Saat Sedang Beroperasi
• Aktivitas Illegal Drilling di Batanghari Masih Berlanjut, Bak Penampung Minyak Ilegal Terbakar
• Teringat Warkop DKI, Pesan Menyentuh Indro Warkop Saat Jadi Saksi Putra Dono: Hanya Maut Memisahkan
Usaha ini ia bawa ke Muara Bulian sejak 2010 lalu. Ia memulainya bersama suaminya Agus (56) dengan 5 orang karyawan.
Sebelumnya, wanita yang akrab disapa Teteh ini hanya penjual jajanan seperti gorengan, kopi dan nasi di depan Gedung Pemuda.
Hanya saja, omset perhari yang didapatnya saat itu tak mampu menutupi kebutuhan keluarganya.
"Dulu inginnya punya usaha lain selain yang sudah dilakukan oleh orang tua. Makanya sempat buka warung kopi waktu itu," ujarnya kepada Tribun, Kamis (27/2).
Ia dan suaminya berpikir bahwa ingin beralih ke usaha yang dijakankan orang tuanya di Jawa sana. Pikirnya untuk coba-coba saja dengan modal seadanya waktu itu.
"Kami juga ingin perubahan waktu itu. Ternyata, rejekinya di sini. Dan peminatnya cukup banyak," ujarnya lagi.
Perjalanan usahanya sampai saat ini katanya tak juga mulus. Banyak hal-hal yang mengganggu. Satu di antaranya adalah masalah keuangan yang sempat naik turun.
"Pernah terganjal masalah dana untuk membeli bahan. Tapi bisa teratasi. Lalu, kekurangan kayu bakar dan naik turunnya jual beli," ungkapnya.
Usahanya lebih kurang sudah berjalan 10 tahun. Teteh masih mempekerjakan 5 orang karyawannya hingga saat ini. Proses pembuatan tahu pun sampai saat ini masih sama.
Mulai dari bahan dasarnya kacang kedelai dicuci bersih, direndam, dihancurkan, dimasak, disaring hingga dimasukkan ke dalam cetakan.
"Prosesnya cukup panjang. Butuh waktu 8 jam hingga 14 jam. Dari waktu habis Magrib hingga habis subuh. Di sini karyawannya pakai shift malam dan pagi," sebutnya.
Setelah tahu yang diproduksi jadi, karyawan yang shift pagi langsung menjual ke pasar-pasar di Kecamatan Muara Bulian.
Meski demikian, kini Tetah juga sudah punya pelanggan tetap. Seperti pedagang-pesagang pasar di Batanghari.
"Rerata, para pedagang membeli hingga 3.000 potong tahu. Namun, ada juga warga yang membeli langsung ke rumahnya untuk bahan masakan sehari-hari. Kami jualnya sepotong tahu itu Rp 350," katanya.
• Ibu Hamil Kepergok Curi Tabung Gas 3 Kg di Sebuah Kos-kosan, 2 Anaknya Sengaja Ditinggal di Motor
• Harga HP Turun! Redmi 8 Rp 1,5 Juta, Redmi 8A Rp 1,3 Juta, Ada Xiaomi, Oppo, Samsung dan iPhone
Sejauh ini, usahanya ia rintis sendiri tanpa bantuan tangan pemerintah daerah.
"Saya juga belum pernah mengikuti pembinaan UKM dari pemda. Kalau ada pembinaan, saya juga mau," ujarnya.
Ia berharap usahanya ini bisa lancar dan ke depannya bisa diteruskan oleh dua orang anaknya.
"Saya juga ada rencana untuk buka cabang di kecamatan lain," jelasnya.
FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN JAMBI:
.