Awalnya Karyawan Biasa, Kini Dede Jadi Juragan Kerupuk Jangek, Seminggu Omzet Puluhan Juta

Selain kaya akan wisata, ternyata Kabupaten Merangin juga kaya akan makanan. Salah satu yang istimewa adalah kerupuk jangek.

Penulis: Muzakkir | Editor: Teguh Suprayitno
ist
Dede Riskadinata pemilik usaha kerupuk jangek di Kota Bangko. 

Awalnya Karyawan Biasa, Kini Dede Jadi Juragan Kerupuk Jangek, Seminggu Omzet Puluhan Juta

TRIBUNJAMBI.COM,BANGKO -- Selain kaya akan wisata, ternyata Kabupaten Merangin juga kaya akan makanan.

Selain memiliki makanan khas seperti gulai belut, sambalance dan sebagainya, di Kabupaten Merangin juga terdapat sentra kerupuk kulit.

Di Merangin, kerupuk kulit atau sering disebut kerupuk jangek ini diproduksi oleh beberapa pengrajin. Satu diantaranya diproduksi oleh Dede Riskadinata.

Di beberapa daerah, kerupuk jangek ini banyak yang menyebutnya rambak. Kerupuk ini terbuat dari bahan baku kulit sapi atau kulit kerbau yang diolah dengan diberi bumbu rempah untuk penambah rasa.

Proses pembuatan kerupuk jangek ini membutuhkan waktu yang lumayan lama. Setidaknya butuh waktu dua hingga tiga hari baru bisa dijadikan sebagai makanan.

OJK Dorong Inklusi Keuangan Khususnya Pelajar

Bahas UU ITE, Polda Jambi Gelar Bimtek Bersama Kementerian Kominfo

Penyebaran Virus Corona Korea Selatan Tembus 1.146, 11 Orang Meninggal Dunia Karena Covid-19

Ada beberapa proses, diantaranya pencucian, perebusan, cincang, pengeringan dan sebagainya hingga penggorengan.

"Iya butuh proses panjang. Salah pengerjaan bisa gagal," kata Dede Riskadinata pemilik usaha kerupuk jangek di Kota Bangko.

Kepada Tribunjambi Dede menyebut jika dirinya telah menekuni UMKM ini sekitar 14 tahun. Awalnya dirinya merupakan pengangguran.

Pada 2006, dirinya bekerja diproduksi kerupuk jangek. Awalnya dirinya ditempatkan sebagai pengecer atau ngampas ke toko-toko. Sembari ngampas, dirinya mencoba ke belakang untuk belajar mengolah kulit tersebut hingga menjadi kudapan sedap.

"Tigo bulan lebih belajar. Setelah itu barulah mencoba buat sendiri," katanya.

Pria kelahiran Kerinci ini menyebut jika pada awalnya dirinya mengolah satu kulit kerbau yang masih utuh. Awalnya dirinya tidak percaya diri untuk mengerjakan ini, namun berkat keyakinan dan kegigihannya, akhirnya dirinya sukses menjadi juragan kerupuk jangek.

Dulu yang hanya mampu satu kulit, kini Dede bisa mengolah puluhan kulit dalam satu minggu. Dede menyebut, jika kulit tersedia dirinya dengan karyawan di rumahnya bisa mengolah sekitar satu ton kulit dalam satu minggu.

"Yang jadi kendala tu bahan bakunya. Kulit susah dicari. Kalau kulit banyak, satu ton bisa kita olah dalam satu Minggu. Kini hanya sekitar 300 kilogram per minggu," imbuhnya.

Kini, kerupuk jangek dengan brand "KAYO" itu telah menyebar diberbagai penjuru Kabupaten Merangin.

Bicara omzet, Dede menyebut jika Omzet tidak bisa ditentukan, sebab itu tergantung dengan bahan baku. Jika bahan bakunya banyak, maka omzet bisa banyak.

"Minimal itu dalam satu minggunya itu sekitar Rp 20an juta," imbuhnya. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved