Bila Candi Borobudur Dibongkar, Benda Inilah yang Bakal Ditemukan di Dalamnya, Tak Disangka
Batu-batu yang beratnya jutaan ton, tersusun simetris membuat candi Budha itu kokoh berdiri. Apa isi dalam Candi Borobudur?
TRIBUNJAMBI.COM - Apa isi dalam Candi Borobudur bila dibongkar?
Sampai kini banyak yang bertanya-tanya bagaimana Candi Borobudur dibangun.
Pertanyaan ini ada sudah sejak lama dan belum terjawab.

Orang-orang masih bingung, bagaimana batu seberat itu diangkat, menggunakan apa dan siapa arsiteknya?
Ini masih menjadi misteri .
• Rahasia Jam Raksasa Candi Borobudur Bila Dilihat dari Atas, Baru Terungkap Setelah Ribuan Tahun
• FOTO-FOTO Lama Candi Borobudur Sebelum Dipugar 1907-1911, Tak Seperti yang Dibayangkan
• Inilah Wajah Orangtua Agnez Mo yang Selama Ini Misterius, Akhirnya Terungkap Semua
• Gigi Kelinci Agnez Mo Asli atau Palsu? Ini Tinggi dan Berat Badan Sesungguhnya, Jangan Kaget
Teknologi seperti apa yang digunakan manusia zaman itu untuk membangun Candi Borobudur?
Jika diukur dengan pembanding bangunan di zaman modern, tinggi Candi Borobudur sekira bangunan 10 lantai.
Candi Budha itu dibangun sekira pada abad ke-9.
Pada zaman itu belum ada alat buldozer untuk meratakan tanah dan belum ada truk untuk mengangkut batuan.
Alat crane untuk mengerek batu ke atas pun belum ada.
Lalu bagaimana Candi Borobudur dibuat?
Melansir intisari online, pembangunan Candi Borobudur menggunakan peralatan sederhana, seperti palu dan pengungkit. Kendaraan yang ada hanyalah cikar atau pedati (gerobak yang ditarik dengan sapi).
Karena hanya ada alat sederhana, maka batu-batu yang besar dan berat pun harus ditarik pelan-pelan. Disusun satu per satu sampai menjulang tinggi.
Hal itu membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang banyak.
Berapa lama Candi Borobudur dibuat?
Menurut prasasti (batu bertulis) yang mencatat pembangunan, Candi Borobudur dibuat Raja Mataram pada saat pemerintahan Raja Samaratungga.
Namun, candi baru selesai ketika Ratu Pramurdawardhani (putri Raja Samaratungga) bertahta.
Dari kisah itu diperkirakan, Candi Borobudur dibangun selama 50 tahun.
Sebenarnya ada temuan menarik.
Arkeolog menemukan banyak kuali gerabah di sekitar Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.
Berdasarkan temuan itu, diduga keluarga pekerja candi tinggal di daerah tersebut.

Di dalam keluarga itu, para wanita bertugas memasak makanan untuk laki-laki yang bekerja membangun candi.
Ungkap cara pembangunan candi
Penelusuran Tribunjambi.com, ada website yang mengulas teknis pembangunan Candi Borobudur.
Berikut ini disarikan bobo.grid.id dari situs www.manajemenproyekindonesia.com.
1. Candi Borobudur merupakan tumpukan batu yang disusun di atas gundukan tanah atau bukit.
Sebelum batu disusun, bukit dibersihkan dan dibentuk. Selanjutnya dibuat undakan-undakan untuk meletakkan batuan candi.
2. Candi Borobudur disusun dari balok-balok batu.
Setiap potongan batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat.
Batu-batu ini hanya ditumpuk dan disambung dengan pola tertentu agar saling mengikat.
3. Balok-balok batu penyusun Candi Borobudur ukurannya sekira 25 x 10 x 15 Cm.
Berat per-potong balok batu diperkirakan antara 7,5-10 Kg.

Dengan ukuran balok batu sebesar dan seberat itu, balok-balok batu bisa diangkut dengan mudah.
Sedangkan patung Buddha yang beratnya diperkirakan sekitar 145 sampai 225 Kg kemungkinan dibawa dengan cara ditarik atau dipikul ramai-ramai.
4. Jumlah balok batu
Jumlah balok batu yang digunakan untuk membangun Candi Borobudur diperkirakan sekitar 55.000 m3 atau sekitar 2 juta balok.
Batu-batu ini diambil dari sungai di sekitarnya.
Jika Candi Borobudur diperkirakan dibangun selama 23 tahun dan 2 tahun pertama digunakan untuk menyiapkan lahan, maka proses pembuatan balok dan pemasangannya adalah 21 tahun atau 7.665 hari.
Kalau jumlah balok batu Borobudur diperkirakan berjumlah 2 juta balok, maka proses pembuatan balok dan penyusunan batu candi adalah 2.000.000 : 7665 = 261 balok batu/hari.
Itu jumlah yang relatif tidak banyak karena bisa dilakukan dengan cara gotong royong.
Dari perkiraan di atas, ternyata Candi Borobudur yang megah itu dibangun dengan teknik atau cara yang sederhana. Kuncinya adalah kemauan dan ketekunan.
Desain candi
Penelusuran Tribunjambi.com, www.manajemenproyekindonesia.com mengulas bahwa Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak.
Itu terdiri dari enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya.
Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.
Candi Borobudur didirikan di atas sebuah bukit atau deretan bukit-bukit kecil yang memanjang dengan arah Barat-Barat Daya dan Timur-Tenggara dengan ukuran panjang ± 123 m, lebar ± 123 m dan tinggi ± 34.5 m diukur dari permukaan tanah datar di sekitarnya dengan puncak bukit yang rata.
Candi Borobudur merupakan tumpukan batu yang diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya, sehingga bukan merupakan tumpukan batuan yang masif.
Inti tanah juga sengaja dibuat berundak-undak dan bagian atasnya diratakan untuk meletakkan batuan candi
Candi Borobudur juga terlihat cukup kompleks dilihat dari bagian-bagian yang dibangun. Terdiri dari 10 tingkat dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi dan sisanya bundar.
Dinding candi dipenuhi oleh gambar relief sebanyak 1.460 panel. Terdapat 504 arca yang melengkapi candi.
Sejumlah wisatawan asing nampak berjalan di pelataran Candi Borobudur.
Material penyusun candi
Inti tanah yang berfungsi sebagai tanah dasar atau tanah pondasi Candi Borobudur dibagi menjadi 2, yaitu tanah urug dan tanah asli pembentuk bukit.
Tanah urug adalah tanah yang sengaja dibuat untuk tujuan pembangunan Candi Borobudur, disesuaikan dengan bentuk bangunan candi.

Tanah ini ditambahkan di atas tanah asli sebagai pengisi dan pembentuk morfologi bangunan candi.
Tanah urug ini sudah dibuat oleh pendiri Candi Borobudur, bukan merupakan hasil pekerjaan restorasi.
Ketebalan tanah urug ini tidak seragam walaupun terletak pada lantai yang sama, yaitu antara 0,5-8,5 m.
Batuan penyusun Candi Borobudur berjenis andesit dengan porositas yang tinggi, kadar porinya sekitar 32%-46%, dan antara lubang pori satu dengan yang lain tidak berhubungan.
Kuat tekannya tergolong rendah jika dibandingkan dengan kuat tekan batuan sejenis.
Dari hasil penelitian Sampurno (1969), diperoleh kuat tekan minimum sebesar 111 kg/cm2 dan kuat tekan maksimum sebesar 281 Kg/Cm2. Berat volume batuan antara 1,6-2 t/m3.
Menarik bukan cara pembangunan Candi Borobudur yang ada di Magelang, Jawa Tengah ini. ( Tribunjambi.com/sud)
• Rahasia Jam Raksasa Candi Borobudur Bila Dilihat dari Atas, Baru Terungkap Setelah Ribuan Tahun
• Ayah Tiri di Sungai Gelam Ikat Tangan dan Kaki Anak, lalu Seret ke Kebun, Tindakan Brutal dan Bejat
• Ditawar Rp 750 Juta Tapi Tak Dilepas, setelah Dicek Ternyata Kuningan Bukan Emas, Nasib Erwin?
• Harta Karun yang Ditemukan di Jambi, Emas Diduga Milik Soekarno hingga Mobil Habibie di Atas Pohon