Letnan Ginting Diam-diam Lapor ke Kolonel Adi Sudrajat, Kemampuan Sniper Kopassus Terungkap

Begitu Tatang memegang senjata, seluruh peluru menghantam kepala musuh hingga suasana kacau. Kolonel Edi Sudrajat kaget mendengar laporan itu.

Editor: Duanto AS
lancercell.wordpress.com
Ilustrasi sniper Kopassus 

Strategi tempur

Perangkat tempur lain yang dibawa Tatang adalah teropong siang dan malam, radio komunikasi, senapan serbu AK-47 untuk kepentingan bela diri, obat-obatan sekedarnya, makanan tahan lama untuk dua hari berupa geplak (tepung padat), pakaian kamuflase.

Tapi dalam missi di daerah paling rawan ini, Kolonel Edi menyertakan seorang pengawal dari Kopassus, Letnan Ginting yang membekali diri dengan senapan serbu AK-47 dan teleskop.

Mendapat pengawalan dari seorang prajurit yang masih muda dan hanya mengenakan pakaian tempur warna hijau loreng itu, Tatang justru merasa terganggu karena bukan merasa sedang mengawal tapi justru harus melindungi pengawalnya.

Dalam misi tempur seorang sniper berdasar didikan dari Green Beret, sniper memang perlu ditemani seorang spotter. Peran spotter atau observer bertugas sebagai patner yang juga berkemampauan sniper dan dilengkapi senapan penembak jitu.

Tatang Koswara, Sniper legendaris Indonesia
Tatang Koswara, Sniper legendaris Indonesia (Tribun Lampung)

Antara sniper dan spotter juga harus sering latihan bersama sehingga kerja sama di medan tempur lebih mudah, termasuk ketika harus berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Seorang spotter yang dibekali senapan serbu juga harus siap melaksanakan raid dalam kondisi terdesak sehingga dukungan tembakan yang dilancarkan spotter bisa memberikan kemungkinan partnernya selamat.

Dalam kondisi paling mendesak, spotter bahkan harus bersedia mengumpankan dirinya sebagai sasaran tembak sehingga rekannya bisa menjalankan tugasnya secara maksimal.

Secara psikologis Tatang juga terganggu karena pengawalnya berpangkat lebih tinggi (Perwira) sedangkan dirinya berpangkat Sertu (Bintara).

Tapi dalam missi tempur yang harus bertaruh nyawa itu, Tatang terpaksa memerintah dan mengatur strategi tempur karena pengalaman tempur Letnan Ginting masih minim, khususnya dalam taktik tempur sniper.

Menurut Tatang, jika penembak jitu sudah mulai memakan korbannya, rekan-rekan korban yang panik biasanya akan mencari lokasi sembunyi Sniper di tempat paling tinggi lalu menghujaninya dengan tembak mortir atau senapan mesin.

Jika kedua senjata berat itu tidak ada mereka juga akan memuntahkan peluru senapan serbunya secara membabi-buta.

Dalam jarak tembak radius 300 meter senapan serbu yang ditembakkan secara serempak bisa membabat semua sasaran secara telak dan mematikan. Sulit menghindari siraman peluru senapan serbu yang ditembakkan serentak secara merata oleh puluhan prajurit sekaligus.

Untuk menghindari akibat vatal itu, Tatang lalu mengajak Ginting bersembunyi di pinggir tebing curam yang dari sisi lokasi sangat tersembunyi dan tidak mungkin didatangi pasukan musuh.

Satuan Misterius di Kopassus dan Kegelisahan Benny Moerdani, Akhirnya jadi Pasukan Rahasia

Lokasi itu harus dicapai meskipun dengan susah payah karena banyak semak berduri dan kemungkinan ada ularnya.

Untuk bertemu ular, Tatang memang tidak masalah karena dirinya memiliki ilmu kebal semua bisa ular. Artinya ia bisa menyingkirkan ular itu dengan mudah tanpa harus membuat Ginting terganggu.

Setelah menemukan tempat yang dicari, Tatang pun menyiapkan senapan M-70-nya didampingi Ginting yang dari sisi teknik kamuflase kurang maksimal. Tatang hanya bisa berharap rekannya yang masih hijau itu tidak berbuat ceroboh, seperti menembak tanpa perintah, karena berbuat kecerobohan bisa berarti nyawa keduanya melayang.

Dalam situasi kritis itu Tatang memang terpaksa bertindak sebagai pengendali meskipun pangkat Ginting jauh lebih tinggi.

Penilaian Tatang ternyata tepat esok harinya posisi ketinggian yang disarankan Ginting untuk mengendap ternyata diperiksa patroli musuh yang jumlahnya puluhan.

Tak berapa lama kemudian ratusan pasukan Fretilin berkumpul di lokasi ketinggian itu dan tampaknya mereka sedang menyiapkan rencana untuk menyerbu pasukan TNI.

Jarak mereka hanya sekitar 50 meter dan jika ditembak para gerilayawan itu akibatnya sangat riskan, posisi Tatang dan Ginting pasti ketahuan.

Tatang terkejut menghadapi musuh yang jumlahya ratusan itu tapi tugas untuk menghambat musuh atau bahkan memukul mundur harus dilakukan.

Untuk memecah perhatian lawan Tatang lalu mengontak Kolonel Edi Sudrajat dengan radio agar pasukan TNI yang sedang berpatroli menyerang pasukan Fretilin itu dari sisi timur.

Tak berapa lama tembakan gencar pun meletus dari arah timur dan kelompak pasukan Fretilin di depan Tatang mulai pecah perhatiannya.

Tatang lalu melakukan penilaian apakah tembakan senyap yang dilancarkannya aman bagi diri dan sekaligus pengawalnya.

Untuk menghindari malapetaka Tatang yang sudah memasang peredam memerintahkan Ginting agar tidak melepaskan tembakan kecuali dalam kondisi sangat terdesak karena suara tembakan akan memberi tahu posisi mereka.

Setelah melakukan perhitungan cermat bahwa musuh sudah berada di atas 300 meter jaraknya, Tatang pun mulai membidik dan satu persatu menjatuhkan musuh potensial khususnya yang memegang senjata otomatis.

Tembakan jitu Tatang yang semuanya menghantam kepala musuh langsung menimbulkan suasana kacau musuh yang berada pada jarak tembak 300 hingga 600 meter itu.

Musuh berusaha melepaskan tembakan balasan secara membabi-buta dan serentak tapi tidak pernah menyasar ke tempat Tatang dan pengawalnya bersembunyi.

Apalagi jarak antara Tatang dan Ginting dengan para gerilyawan di atas 300 meter sehingga akurasi lesatan arah peluru senapan serbu sudah tidak maksimal lag

Kena kepala musuh

Letnan Ginting akhirnya baru sadar akan kemampuan Tatang ketika dalam jarak antara 300-900 meter, Tatang berhasil menumbangkan sasaran terpilih dengan tembakan jitu di kepalanya.

Diam-diam Letnan Ginting meneropong sekaligus menghitung sasaran yang berhasil dijatuhkan Tatang dalam missi tempur di Remexio dan sedikitnya, 49 musuh berhasil dirobohkan.

Cinta Bersemi saat Pangkat Letnan Dua, Pemuda Blora Daftar Kopassus, Dapat Pacar Pramugari Garuda

Ia juga menyaksikan bagaimana komandan musuh yang sedang naik kuda dan sibuk memerintah tiba-tiba terjatuh akibat tembakan jitu Tatang yang tepat menghantam bagian kepala .

Kekacauan komando pasukan musuh langsung terlihat akibat tewasnya sang komandan. Beberapa gerilyawan Fretilin menembakkan senjata secara membabi buta ke berbagai arah.

Seorang personel pembawa radio yang sedang berusaha melakukan komunikasi terpaksa ditembak Tatang di bagian dada karena jarak tembaknya sudah sekitar 900 meter.

Pelurunya menembus dada sekaligus merusakkan komunikasi yang dibawanya. Letnan Ginting hanya bisa geleng-geleng kepala melihat aksi tempur Tatang dengan mata kepalanya sendiri itu.

Hasilnya, hari itu misi tempur sukses karena musuh melarikan diri. Dari 50 butir peluru yang dibawa Tatang tinggal satu butir peluru yang tetap dibawanya kembali menuju ke markas.

Dalam setiap tugas pengendapan Tatang ternyata tak pernah membawa buku catatan yang biasa digunakan para sniper untuk mencatat jumlah kill. Tatang bahkan tidak begitu peduli terhadap jumlah musuh yang telah dirobohkannya.

Tapi diam-diam Ginting menghitungnya dan sekaligus menjadi saksi betapa piawainya Tatang saat itu bertempur sebagai sniper.

Kolonel Edi Sudrajat kaget

Kekaguman Letnan Ginting akan kemampuan menembak jitu Tatang kemudian dilaporkan kepada Kolonel Adi Sudrajat dan tercatat secara resmi sebagai confirmed kills.

Kolonel Edi Sudrajat yang selanjutnya mengetahui tentang kepiawaian Tatang hanya bisa berkomentar, ‘’Kamu benar-benar gila!’’

Berdasar bahan tercatat inilah ketika seorang penulis buku Sniper asal AS, Peter Brookesmith. Lewat bukunya bertajuk Sniper : Training, Techniques and Wapons, ST Martin Press, New York, tahun 2000 memasukan prestasi Tatang sebagai sniper kelas dunia dengan confirmed kills sebanyak 41.

Jumlah kills 41 yang dicatat Peter sebenarnya jauh dari hitungan sebenarnya karena Tatang sendiri dalam missi tempurnya di Timor Timur mengaku telah menumbangkan sasarannya lebih dari 100 orang.

‘’Hampir semua musuh bersenjata yang saya tembak kena di kepala. Semua sniper memang didoktrin untuk menembak musuh di bagian kepala karena langsung membuat korbannya mati tanpa merasakan apa-pa. Bahkan sama sekali tidak tahu siapa yang telah membunuhnya, ‘’ jelas Tatang.

Kopassus Berkaki Satu yang Selalu Dicari Soeharto dan Ungkapan Agus itu Opsus. Opsus itu Agus

Siapa Sebenarnya Pemuda Blora yang Jatuh Cinta ke Pramugari Garuda Ini, Jenderal Alumni Kopassus

9 Perwira Muda Kopassus Dikirim ke Pertempuran, Sintong: jika ada yang mati, aku tanggung jawab

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved