Kondisi Mbah Iyah setelah Rambut Gimbal 1,5 Meter Dicukur, Sebelumnya Jadi Sarang Tikus
"Dia sekarang sudah berada di tempat yang lebih baik dan layak. Saya bilang, ini semua teman-teman saya. Jangan khawatir semua menjaga Anda..."
Kondisi Mbah Iyah setelah Rambut Gimbal 1,5 Meter Dicukur, Sebelumnya Jadi Sarang Tikus
TRIBUNJAMBI.COM, UNGARAN - Setelah rambut gembelnya yang sepanjang dua meter, Sukiyah alias Mbah Iyah, warga Dusun Karangombo, Desa Polobogo, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tersebut mulai menampakkan sejumlah perubahan.
Dia sudah mulai berkomunikasi dengan dunia luar. Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ardian, yang memotong rambut Sukiyah, mengatakan dia terus memantau perkembangan.
"Sukiyah sudah mulai berkomunikasi. Dia juga semalam sudah tidur di kasur, sudah mau mandi," terangnya, Jumat (24/1/2020).
• Peran Wak Sain Akan Dibuat Meninggal di Dunia Terbalik? Henky Solaiman Terkena Kanker Usus
• Kisah Relawan Adrian Bujuk Sukiyah Potong Rambut Gimbalnya, Sampai Bergidik, Ada Tikus dan Ulat
• 4 Km Sungai Primer Lambur Tertutup Rumput Liar, Air Berlindir dan Bau, Warga Ngeluh Gatal-gatal
Ardian mengatakan, dirinya mencoba menyakinkan Sukiyah bahwa orang-orang yang berada di sekeliling Sukiyah adalah orang baik.
"Dia sekarang sudah berada di tempat yang lebih baik dan layak. Saya bilang, ini semua teman-teman saya. Jangan khawatir semua menjaga jenengan (anda)," ungkapnya.
Setelah mendapat keterangan tersebut, diakuinya Sukiyah mulai terbuka.
Menurut Ardian, perkembangan perempuan berusia 50 tahun tersebut cukup signifikan.
Hal ini karena dia baru satu hari berada di tempat lain, namun sudah bisa adaptasi.
"Setelah bertahun-tahun hidup sendiri, sekarang sudah bisa komunikasi meski masih terbatas. Semua butuh waktu," jelasnya.
Dia optimistis dengan keberadaan Sukiyah di tempat yang lebih layak akan mendorong perempuan tersebut ke arah yang lebih baik.
Apalagi, dukungan dari lingkungan sekitar dan warga juga sangat besar.
Seperti diberitakan, Sukiyah, warga Dusun Karangombo, Desa Polobogo, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, hidup seorang diri setelah ibunya meninggal.
Selama bertahun-tahun dia tidak mau berinteraksi dengan dunia luar dan mengurung diri di rumah. Rambutnya menjadi gembel sepanjang dua meter dan menjadi sarang aneka binatang.
Proses potong rambut
Umurnya sekira 40 tahun, rambut gimbalnya sekira 1,5 meter.
Saat Ardian datang, rambut sekira 1,5 meter itu menjuntai hingga tanah.
Mbah Iyah hidup sendiri dalam keadaan sangat memprihatinkan.
Perempuan bernama asli Iyah, Dusun Karangombo, Desa Polobugo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, itu biasa dipanggil Mbah Iyah
Kisah hidupnya tak banyak diketahui orang.
Ternyata, sudah 27 tahun dia hidup di dalam rumahnya yang mirip kandang ayam.
Iyah tidak pernah mandi dan keramas.
Kencing dan buang air besar dilakukan di dalam rumahnya yang berukuran sekitar 3 x 6 meter.
Bisa dibayangkan bagaimana kondisi ruangan itu.
Tak ada yang berani mendekat kepadanya selama 27 tahun itu.
Tetangga yang peduli dengannya, hanya datang memberinya makan, lalu pergi.
Tidak pernah ngobrol.

Ya, Iyah memang susah diajak komunikasi.
Perempuan ini hanya duduk diam di dalam rumahnya yang sangat kumuh dan mengeluarkan bau menyengat.
Iyah juga tak bisa jalan. Lumpuh.
Kondisi itu membuat hati teriris saat melihatnya.
Hingga pada akhirnya, 23 Januari 2020, dirinya mendapat pertolongan. Ini semua terjadi setelah pertemuannya dengan Ardian Kurniawan Santoso, dari Masyarakat Relawan Indonesia (MRI)-ACT.
Ardian merupakan Korlap MRI-ACT Kabupaten Salatiga dan Kabupaten Semarang.
Dia juga bertugas sebagai sopir Foodtruck Humanity ACT Jakarta. Kepada reporter Tribunjambi.com, Ardian menceritakan kisahnya ketika menolong Mbah Iyah, begitu Ardian menyapa perempuan berambut gimbal tersebut.
Awalnya, Ardian tahu cerita tentang Iyah ini dari teman sesama relawan.
Kala itu, seorang temannya, dari unsur relawan SAR SERI Getasan, Kabupaten Semarang, memberitahu keberadaan Iyah yang hidupnya mengenaskan di Dusun Karangombo, Desa Polobugo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
“Teman saya bercerita ada seorang perempuan kurang waras, tinggal sendiri di rumah kumuh. Tetangga dan keluarga takut mendekat karena menyeramkan. Rambutnya gimbal 1,5 meter,” kisahnya.
Selama 27 tahun, Iyah tak keluar rumah. Di dalam rumah gubuk yang mirip kadang ayam itu, tetangga atau pihak yang masih ada hubungan saudara cuma kasih makan.
Habis itu pergi. Kadang keluarga takut. Iyah memang sering berontak. Kalau ditanya, diam saja.
“Dimandikan warga dan keluarga juga tidak mau. Potong rambut tidak mau. Saya penasaran setelah melihat fotonya,” kata Ardian.
Suatu hari, kebetulan Ardian survei rumah kumuh di kampung perempuan berambut gimbal itu. Ardian pun menyempatkan diri mengunjunginya.
Ardian datang ditemani Ahmad “Gedang”, relawan SAR SERI Getasan, seorang anggota Polsek Getasan, Joko Pranomo, dan seorang carik Polobugo.
Tiba di rumah Iyan, pintunya dibukakan tetangganya yang sering memberi makan.
Iyah terlihat duduk diam.
Selain lumpuh, Iyah ternyata juga buta.
"Astagfirullah . Saya kaget. deg-degan. Takut. Baunya.. srengg... ," kata Ardian.
Iyah buang air besar di dalam rumah. Kencing juga di dalam rumah.
Makan juga di tempatnya yang penuh kotoran dan berbau. Kotoran Iyah, sampai membatu.
“Saya pegang. Saya kira batu, ternyata kotoran Iyah,” katanya.
Ardian coba mendekat, mengajak bicara Iyah.
“Assalamualaikum. Namanya siapa?” tanya Ardian.
Iyah tetap diam. Tidak menanggapi. Ardian terus mendekat dan mengajaknya ngomong.
“Namanya siapa?” tanya Ardian mengulang.
“Heh?”, jawab Iyah.
Ardian lantas mendekat lagi. Dia dekatkan telinganya ke muka Iyah, agar bisa mendengarkan omongan Iyah yang kala itu sangat terdengar lirih.
"Saya pegang tangannya. Dia lantas balas pegang. Dia pegang tangan saya erat sekali. Tiba-tiba, dia bicara lantang. Dan mau diajak ngomong,” cerita Ardian.
“Mbah, rambute tak potong ya (rambutnya saya potong ya, red),” rayu Ardian.
"Iya tapi diwenehi (diberi,red) obat ya,” jawab Iyah.
“Kok diberi obat kenapa?” tanya Ardian lagi.
"Ono ulere (ada ulatnya, red/di rambut gimbal Iyah). Mau wis entuk siji uler, terus tambah telu uler (tadi sudah dapat satu ulat, terus dapat tiga ulat," katanya.

"Nanti di samponi. Tapi yang warnanya hitam," tambah Iyah.
Menurut Ardian, Iyah juga minta dibelikan susu, ditempatkan di gelas alumunium.
"Aku diajak jalan-jalan yo, dolan (bermain). Ning aku ra iso mlaku (tapi aku tidak bisa berjalan, red)," kata Iyah.
"Iya. tapi adus sik ya (iya, tapi mandi dulu ya, red). Masak mambu kayak ngene (Masak berbau seperti ini). Cukur sik, ben ayu (potong rambut dulu, biar cantik," rayu Ardian.
Setidaknya 30 menit Ardian membujuk Iyah agar mau mandi dan potong rambut.
Setelah Iyah mau dimandikan dan dipotong rambutnya, Ardian pamit pulang dulu. Karena waktu itu sudah sore.
“Saya hanya ingin memanusiakan manusia,” katanya kepada reporter Tribunjambi.com.
Tak disangka. Banyak orang peduli setelah dia mengisahkan pengalamannya ke media sosial.
23 Januari 2020, pagi, Ardian ditelepon temannya yang juga petugas Polsek Getasan.
Ternyata warga sudah berkumpul untuk mengevakuasi Iyah.
Kala itu Iyah tidak mau. Iyah hanya mau dengan Ardian. Maka, Ardian pun meluncur ke rumah Iyah. Ardian pun menemui Iyah, dan mengajaknya ngobrol.
"Mbah Iyah, arep tak potong saiki gelem pora (mau saya potong rambutnya mau apa tidak, red) ?", tanya Ardian.
Iyah pun mau.
Ardian pun langsung memotong rambut Iyah di dalam rumah.
Iyah pun menurut.
Iyah senyum-senyum. Bahkan, Iyah minta dibedaki wajahnya biar kelihatan cantik.
Memotong rambut Iyah yang gimbal butuh waktu sekitar 20 menit.
“Rambutnya alot. Bulu kudu saya merinding semua saat memotongnya. Saya sampai keringetan,” kisah pria yang tinggal di Desa Kopeng, Dusun Sleker, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, tersebut.
“Memotong rambutnya seperti mengusung rabuk satu ton,” tambahnya.
Setelah potong rambut selesai, Iyah diajak keluar.
Karena Iyah tidak bisa jalan, Ardian pun menggendongnya. Iyah dibawa ke yayasan sosial, tak jauh dari rumahnya, sekitar 4 kilometer. Iyah diantar naik mobil.
Di yayasan sosial itulah Iyah dimandikan dan dikeramasi rambutnya oleh relawan perempuan.
Iyah juga diberikan baju layak pakai dan kursi roda.
Iyah kelihatan senang. Bahkan, Iyah mau bercanda-canda dengan Ardian. Iyah sampai tertawa terpingkal-pingkal.

Setelah semua proses evakuasi terhadap Iyah selesai, Ardian pun pamit.
"Tak tinggal sik ya, kalau ono wektu tak moro (saya tinggal dulu ya, kalau ada waktu nanti saya ke sini lagi, red),” pamit Ardian.
Iyah pun merelakan Ardian. Mimik wajahnya terlihat sedih.
Tiga bulan ke depan, Iyah akan dirawat di yayasan sosial tersebut.
Rencananya, Sabtu, 25 Januari 2020, Ardian bersama para relawan akan membersihkan rumah Iyah. Rambut gimbal Iyah juga akan dikubur di dekat rumahnya. (Tribunjambi.com)
Dikompilasi dari artikel Kompas.com dengan judul "Rambut 2 Meter yang Jadi Sarang Tikus Dipotong, Sukiyah Mulai Komunikasi" dan Tribunjambi.com
• Daftar Gebrakan Kemenpan RB Selama 100 Hari Pemerintahan Jokowi-Maruf Amin, Ada Wacana PNS Rumahan
• Ingin Kuasai Harta, Pasutri di Jombang Bunuh Guru SMP, Terancam 20 Tahun Penjara