Iran Bertekat Balas Dendam Dengan Serangan Lebih Besar ke Amerika Serikat

Iran berencana balas dendam ke Amerika Serikat dengan serangan yang lebih besar.

Editor: Heri Prihartono
kompas.com
Empat peluru kendali mengudara di sebuah kawasan gurun yang tak disebutkan di Iran. Foto ini diperoleh dari divisi publikasi Garda Revolusi, Sepah News.(SEPAH NEWS/ AFP PHOTO) 

Di Jalur Gaza, Qassem Soleimani menjalankan operasi rahasia membantu kelompok Hamas secara logistik maupun pengembangan senjata.

Hubungan Iran dengan Hamas ini unik, karena di satu pihak Hamas mewakili gerakan Ikhwanul Muslimin, di sisi lain kelompok ini berseberangan dengan Syiah yang identik dengan Iran.

Di Yaman, Iran memiliki hubungan sangat kuat dengan kelompok Houthi. Secara teknik dan logistik militer, Houthi banyak dibantu Iran guna melawan Saudi dan sekutu Arabnya.

Di Irak, jauh lebih mudah karena pengikut Syiah di negara ini sangat besar, dan mereka juga menguasai sektor militer dan pemerintahan.

Foto yang dirilis situs kantor Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada 4 Juni 2019 memperlihatkan Mayor Jenderal Qassem Soleimani (tengah), komandan Pasukan Quds, cabang Garda Revolusi Iran, ketika hadir dalam peringatan 30 tahun kematian pendiri negara itu, Ayatollah Rohullah Khomeini.
Foto yang dirilis situs kantor Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada 4 Juni 2019 memperlihatkan Mayor Jenderal Qassem Soleimani (tengah), komandan Pasukan Quds, cabang Garda Revolusi Iran, ketika hadir dalam peringatan 30 tahun kematian pendiri negara itu, Ayatollah Rohullah Khomeini. (AFP/IRANIAN SUPREME LEADERS WEBSITE/HO)

Qassem Soleimani membantu kelompok paramiliter Hasd al-Shaabi atau Popular Mobilization Unit dan Khataib Hezbollah.

Jumlahnya cukup besar dan kuat, dan paramiliter ini telah diintegrasikan ke pasukan Irak. Mereka jadi tulang punggung Irak dalam operasi memusnahkan ISIS dari Irak.

Di Suriah, Iran juga hadir membantu Presiden Bashar Assad, yang dirongrong kelompok ISIS, serta berbagai kelompok proksi Turki, Saudi, Emirat, Israel dan disokong koalisi AS.

Qassem beberapa kali muncul di Suriah, bersama paramiliter lokal Syiah, serta Hezbollah Lebanon yang datang membantu Damaskus.

Masih menurut Haaretz, Iran memiliki sekira 500.000 prajurit tempur dari semua satuan.

Dari jumlah itu, 125.000 di antaranya anggota Korps Garda Republik Iran.

Ini data terakhir yang dirilis Institut Internasional Studi Strategis (IISS). Secara kualitas, persenjataan pasukan ini mulai ketinggalan karena embargo.

Namun, Iran berusaha keras mengembangkan secara diam-diam, sejumlah persenjataan tempur yang bisa dipakai untuk peperangan asimetrikal.

Antara lain pengembangan peluru kendali dari jarak menengah hingga jelajah. Kemudian pengembangan drone atau pesawat nirawak untuk misi pengeboman.

"Secara sudut pandang kemampuan militer konvensional, mereka mudah sekali dipukul," kata seorang mantan perwira tempur Inggris yang enggan disebut namanya.

"Peralatan tempur mereka sangat ketinggalan. Karena itu anggaran terbesar digunakan untuk pengembangan kapabilitas serangan asimetrik," lanjutnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved