Usai Luncurkan Rudal ke Markas Pasukan AS, Iran Ancam Serang Israel dan UEA

Iran melalui Garda Revolusi mengancam bakal menyerang Israel setelah meluncurkan rudal ke markas pasukan AS.

Editor: rida
FOTO: EPA-EFE
Iran Saat melakukan ujicoba rudal jelajah di Laut Oman 

TRIBUNJAMBI.COM- Iran melalui Garda Revolusi mengancam bakal menyerang Israel setelah meluncurkan rudal ke markas pasukan AS.

Dua markas yang menampung AS dan sekutunya di Irak dilaporkan mendapat serangan "puluhan misil" pada Rabu tengah malam (8/1/2020).

Sumber keamanan menerangkan, markas pasukan AS dan sekutunya di Ain al-Assad, barat Irak, diserang dalam tiga gelombang.

CCTV: Cuma Butuh Waktu 60Detik, Reynhard Sinaga Berhasil Bawa Korbannya ke Apartemen Untuk Diperkosa

Netizen Kaget Lihat Wajah Puput Nastiti Devi Pakai Make UP Usai Melahirkan: Beda Sama Aslinya!

Jumlah Soal, Alokasi Waktu dan Tips UN 2020 untuk SMA Peminatan IPS

Beberapa jam setelahnya seperti diwartakan televisi Al Mayadeen via BBC, serangan rudal kedua terjadi di Pangkalan Irbil.

Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Publik, Jonathan Hoffman, menyatakan rudal itu ditembakkan pukul 17.30 waktu AS pada Selasa (7/1/2020).

"Sudah jelas bahwa serangan tersebut berasal dari Iran, dan menargetkan dua pangkalan militer Irak di Ain al-Assad dan Irbil," ujarnya.

Dalam keterangan terpisah, Gedung Putih memaparkan Presiden Donald Trump sudah diberi tahu dan memantau perkembangannya.

Hoffman melanjutkan, saat ini fokus Pentagon adalah menaksir kerusakan yang terjadi akibat serangan rudal di dua markas tersebut.

Kisah Nenek 57 Tahun yang Pacari 200 Berondong, Alasannya Menjaga Agar Awet Muda

VIDEO: Viral Detik-detik Fenomena Pergerakan Tanah di Sungai Ci Durian Bogor

Jadwal Lengkap Gubernur Cup 2020, Pertandingan Mulai Rabu (8/1)

Dia menerangkan, Washington bakal mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan AS dan sekutunya di Timur Tengah.

Iran menyatakan, operasi militer bernama "Martir Soleimani" itu dilakukan oleh Divisi Luar Angkasa Garda Revolusi.

Dalam pernyataanya sebagaimana dikutip AFP, Garda Revolusi mengancam bakal menyerang sekutu AS jika serangan mereka dibalas.

Dalam kanal Telegram dilansir CNN, Teheran menargetkan Dubai (Uni Emirat Arab), serta kota Haifa yang berlokasi di Israel.

Selain itu, Iran juga merespons kabar bahwa Washington bakal memberikan tanggapan setelah dihantam oleh misil.

Hasil Malaysia Masters 2020 Hari Ini, Ganda Putri indonesia Terhenti, Bagaimana dengan Ahsan/Hendra?

Bagaimana Bentuk Lubang Jarum PETI Merangin? Penambang Insyaf Paparkan Lubang di Bawah Lubang

LINK Live Streaming Mata Najwa hari Ini Siaran Langsung Trans7 Bahas Soal Natuna Malam 20.00 WIB

Kedutaan Besar AS Peringatkan Warganya, Hujan Luar Biasa di Jakarta pada 12 Januari

"Kali ini, kami akan menanggapi kalian di dalam tanah kalian sendiri (AS)," ujar Iran dalam siaran Telegram mereka.

Garda Revolusi menyerukan agar Washington mencabut militer mereka dari Timur Tengah untuk menghindari "korban lebih banyak".

Serangan tersebut terjadi lima hari setelah komandan Pasukan Quds, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, tewas dibunuh AS.

Soleimani tewas bersama wakil pemimpin jaringan milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, Jumat pekan lalu (3/1/2020).

Soleimani dan Muhandis tewas setelah konvoi mobil yang mereka tumpangi dihantam rudal dari drone tempur MQ-9 Reaper AS.

Iran maupun sekutunya di Timur Tengah menyerukan balas dendam atas kematian Qasem Soleimani, yang dianggap penerus Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Setelah Rudal Markas Pasukan AS, Iran Ancam Serang Israel"

Para pelayat berkumpul di sekitar kendaraan yang membawa peti jenazah Jenderal Qasem Soleimani di Kerman, Iran, pada 7 Januari 2020. Soleimani tewas setelah mobil yang ditumpanginya diserang AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020.(AFP/ATTA KENARE)
Para pelayat berkumpul di sekitar kendaraan yang membawa peti jenazah Jenderal Qasem Soleimani di Kerman, Iran, pada 7 Januari 2020. Soleimani tewas setelah mobil yang ditumpanginya diserang AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020.(AFP/ATTA KENARE) ()

AS-Iran Kian Memanas, Ini Dampaknya ke Ekonomi RI

Hubungan Amerika Serikat dan Iran kian memans pasca serangan Amerika Serikat ke Baghdad yang menewaskan pimpinan militer Iran Qasem Solaemani, Hal ini memicu kekhawatiran publik mengenai perang dunia ketiga lantaran keterlibatan negara-negara ke masing-masing pihak.

Direktur Riset Centre of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menilai, ketegangan kedua negara yang berlarut bisa menyebabkan defisit migas RI kian melebar.

Pasalnya, dalam beberapa hari terakhir pasca serangan terjadi, harga minyak dunia terus terkerek naik.

"Ketegangan ini juga bisa berdampak ke perekonomian melalui jalur perdagangan misalnya dengan kenaikan harga minyak. Tentunya kita berharap kedua pihak bisa menahan diri dan menyelesaikan perbedaan dengan jalan damai," jelas Piter ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (7/1/2020).

Seperti dikutip dari CNN, harga minyak acuan dunia Brent telah meningkat menjadi di atas 70 dollar AS per barrel sejak Senin (6/1/2020), dan harga minyak acuan AS West Texas Intermediate (WTI) juga naik jadi di kisaran 63 dollar AS per barrel.

Dia pun mengatakan, ketegangan geopolitik tersebut merusak tren sentimen positif di pasar keuangan global yang terbangun paska kesepakatan perdang dagang antara AS dan China.

Kekhawatiran timbulnya perang akan menahan aliran modal asing masuk ke negara-negara berkembang termasuk ke Indonesia.

Hal tersebut bakal berdampak negatif terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah.

Ekonomi Kian Tertekan Senada dengan Piter, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira menjelaskan, dengan meningkatnya ketegangan AS dan Iran, beban subsidi BBM dan tarif listrik bakal bengkak di awal tahun.

Pasalnya, asumsi harga minyak mentah acuan RI (ICP) di APBN 2020 sebesar 63 dollar AS per barrel, jauh lebih rendah dari harga acuan global yang sudah mulai menanjak naik.

Menurutnya, hal itu bisa membuat harga BBM non subsidi jenis Pertamax dan Dex yang diturunkan kembali mengalami penyesuaian.

"Sementara harga acuan Brent hari ini telah mencapai 70,1 dollar AS per barrel. Di sisi lain, harga BBM non subsidi jenis Pertamax dan Dex berisiko mengalami penyesuaian setelah sebelumnya turun di awal Januari," jelas Bhima.

"Ini ujungnya adalah inflasi yang lebih tinggi dibanding tahun 2019. Jika tekanan pada harga kebutuhan pokok naik, ujungnya daya beli tertekan dan pertmbuhan ekonomi diprediksi merosot dibawah 4.8 persen," ujar dia lebih lanjut.

Selain itu, di pasar keuangan, dampak memanasnya hubungan AS dan Iran akan membuat investor kian takut berinvestasi di pasar negara berkembang.

Investor akan cenderung main aman, misalnya dengan membeli dollar AS atau harga emas.

Indikator tersebut sudah terlihat dari naiknya harga emas dunia sebesar 3,5 persen dibandingkan pekan lalu menjadi 1.572 dollar AS per ons dan dollar indeks menguat tipis 0,85 persen dalam sepekan terakhir.

"Kalau di pasar keuangan dampaknya adalah volatilitas yang membahayakan ekonomi dalam jangka panjang," jelas dia.

"Harga bbm dan listrik berisiko naik, daya beli merosot, rupiah melemah, investor menyimpan di aset aman, dan kinerja ekspor maupun investasi makin berat," ucapnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "AS-Iran Kian Memanas, Ini Dampaknya ke Ekonomi RI"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved