Usai Luncurkan Rudal ke Markas Pasukan AS, Iran Ancam Serang Israel dan UEA
Iran melalui Garda Revolusi mengancam bakal menyerang Israel setelah meluncurkan rudal ke markas pasukan AS.
Serangan tersebut terjadi lima hari setelah komandan Pasukan Quds, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, tewas dibunuh AS.
Soleimani tewas bersama wakil pemimpin jaringan milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, Jumat pekan lalu (3/1/2020).
Soleimani dan Muhandis tewas setelah konvoi mobil yang mereka tumpangi dihantam rudal dari drone tempur MQ-9 Reaper AS.
Iran maupun sekutunya di Timur Tengah menyerukan balas dendam atas kematian Qasem Soleimani, yang dianggap penerus Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Setelah Rudal Markas Pasukan AS, Iran Ancam Serang Israel"

AS-Iran Kian Memanas, Ini Dampaknya ke Ekonomi RI
Hubungan Amerika Serikat dan Iran kian memans pasca serangan Amerika Serikat ke Baghdad yang menewaskan pimpinan militer Iran Qasem Solaemani, Hal ini memicu kekhawatiran publik mengenai perang dunia ketiga lantaran keterlibatan negara-negara ke masing-masing pihak.
Direktur Riset Centre of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menilai, ketegangan kedua negara yang berlarut bisa menyebabkan defisit migas RI kian melebar.
Pasalnya, dalam beberapa hari terakhir pasca serangan terjadi, harga minyak dunia terus terkerek naik.
"Ketegangan ini juga bisa berdampak ke perekonomian melalui jalur perdagangan misalnya dengan kenaikan harga minyak. Tentunya kita berharap kedua pihak bisa menahan diri dan menyelesaikan perbedaan dengan jalan damai," jelas Piter ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (7/1/2020).
Seperti dikutip dari CNN, harga minyak acuan dunia Brent telah meningkat menjadi di atas 70 dollar AS per barrel sejak Senin (6/1/2020), dan harga minyak acuan AS West Texas Intermediate (WTI) juga naik jadi di kisaran 63 dollar AS per barrel.
Dia pun mengatakan, ketegangan geopolitik tersebut merusak tren sentimen positif di pasar keuangan global yang terbangun paska kesepakatan perdang dagang antara AS dan China.
Kekhawatiran timbulnya perang akan menahan aliran modal asing masuk ke negara-negara berkembang termasuk ke Indonesia.
Hal tersebut bakal berdampak negatif terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah.
Ekonomi Kian Tertekan Senada dengan Piter, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira menjelaskan, dengan meningkatnya ketegangan AS dan Iran, beban subsidi BBM dan tarif listrik bakal bengkak di awal tahun.