Kisah Militer

Detik-detik 3.400 Orang Kopassus Melepas Baret Merah, Ada yang Menangis dan Lepaskan Tembakan

Detik-detik 3.400 Orang Kopassus Melepas Baret Merah, Ada yang Menangis dan Lepaskan Tembakan

Editor: Duanto AS
Istimewa
Kopassus, pasukan elite TNI AD 

Detik-detik 3.400 Orang Kopassus Melepas Baret Merah, Ada yang Menangis dan Lepaskan Tembakan

TRIBUNJAMBI.COM - Sintong Panjaian menjadi saksi mata bagaimana ribuan orang Kopassus menangis.

Ribuan anggota Kopassus mesti menanggalkan baret merah kebanggaan mereka karena dianggap tak memenuhi syarat.

Para anggota Kopassus ini mengganti baret merah mereka dengan baret hijau dari Kostrad.

Upacara pergantian baret ini sangat mengharukan beberapa di antara mereka menangis namun ada juga yang marah.

Bahkan ada tentara yang tak terima dengan penggantian baret merah tersebut menembakkan senjatanya.

Di kalangan dunia militer Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sangat disegani. Kopassus memang memiliki kelebihan dan sudah sangat teruji dalam berbagai operasi militer.

Sandi-sandi yang Digunakan Kopassus Terdengar Remeh Temeh, Tapi saat Dengar Langsung Siap

Bajak Laut Somalia Dihabisi Pasukan Elite Kopassus, Denjaka dan Kopaska, Dikejar lalu Ditenggelamkan

Kopassus Datang Cuma Pakai Blue Jins untuk Sapu Musuh, Operasi Intelijen Tak Pakai Baret Merah

Kopassus yang juga dijuluki Pasukan Baret Merah ini sangat diperhitungkan militer dunia sebagai pasukan elite.

Seorang purnawirawan TNI, Letnan Jenderal (Purn) TNI Sintong Panjaitan mengungkapkan kisah tentang seleksi yang dilakukan oleh Kopassus.

Kisah tersebut dibagikannya ke dalam sebuah buku berjudul Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, karya Hendro Subroto.

Dalam buku terbitan 2009 itu, Sintong mengungkapkan, suatu ketika dia harus melakukan perampingan organisasi di tubuh Kopassus.

Jumlah pasukan yang awalnya 6.400 orang, berkurang menjadi kurang dari 3.000 orang.

Oleh karena itu, Sintong pun melakukan ujian, dan latihan melalui medan berat yang ada di Sukabumi.

Latihan itu bertujuan menilai kemampuan fisik, mental, dan kecerdasan anggota.

"Di antara kegiatan latihan itu, harus menyeberangi berbagai jurang untuk latihan fisik dan mental, kurang waktu untuk tidur dan istirahat selama satu minggu, serta membaca peta dan situasi untuk uji kecerdasan," tulis Hendro berdasarkan kesaksian Sintong.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved