JANGAN Anggap Remeh, Ini Sederat Dampak Buruk Memompa ASI di Toilet Waspada Kuman dan Bakteri!

Bagi ibu yang bekerja, bertekad untuk memberikan ASI eksklusif untuk anak memang membutuhkan perjuangan. Pasalnya, setiap saat, ibu harus memompa ASI

Editor: rida
Ilustrasi 

TRIBUNJAMBI.COM- Bagi ibu yang bekerja, bertekad untuk memberikan ASI eksklusif untuk anak memang membutuhkan perjuangan.

Pasalnya, setiap saat, ibu harus memompa ASI-nya agar kebutuhan air susu untuk anak bisa terpenuhi.

Sayangnya, tak semua perusahaan menyiapkan ruang laktasi khusus untuk ibu memompa ASI.

Akhirnya lantaran tak ada tempat, kebanyakan ibu memilih memerah ASI di toilet.

Menurut Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK yang juga peneliti dari ILUNI MKK FKUI dan Chairman Health Collaborative Center, memompa di toilet memiliki dampak buruk untuk ibu dan juga bayi.

Apa saja?

FAKTA Lengkap Video Panas Sopir Taksi Online Dengan 14 Penumpang, Begini Modusnya Hingga Berhasil

VIDEO Polisi Kejar Mobil Honda City, Felix Ngebut Bahayakan Nyawa Pengguna Jalan Lainnya

Polisi Dua Kali Tabrakkan Mobil ke Honda City Felix, Aksi Penerobos Barikade Razia Berakhir

1.Tidak higienis

Toilet adalah tempat manusia membuang air besar maupun kecil.

Tentu saja tempat ini adalah sarang kuman dan tak higienis.

Bayangkan saja bila ASI yang diperah untuk si kecil ternyata terkontaminasi kuman dan bakteri yang terdapat di toilet.

Hal ini tentu akan berdampak pada kesehatan pencernaan si kecil.

Apalagi, usus dari bayi di bawah 6 bulan masih longgar, apapun yang masuk akan diserap oleh bayi termasuk bakteri dan kuman.

“Kalau ASI sudah terkontaminasi kuman dan bakteri di kamar mandi, bisa diserap semua,” ujar Ray.

Kumpulan Ucapan Selamat Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 Bahasa Indonesia dan Inggris Lengkap, WA FB

ALI Ngabalin Menggebu-gebu Ungkap Permainan Politik KPK, Singgung Kepala Daerah Terjaring OTT

Kronologi Felix Naik Honda City Terobos Barikade dan Ketegangan Pengejaran di Jalanan Jambi

2.Posisi tidak ergonomis

Saat menyusui maupun memompa ASIP, diperlukan posisi ergonomis agar ASI yang dihasilkan bisa maksimal.

Dijelaskan Ray, posisi ergonomis yakni dimana ibu harus duduk bersandar dan bagian punggung harus rileks.

Karena payudara menempel di dinding, dia tidak menempel di tulang dada.

Sehingga yang menjadi peyangga adalah otot punggung, untuk itu usahakan agar otot punggungnya dibuat rileks dan tidak tegak lurus.

“Karena bila dia bertumpu, otot di sekitar tubuhnya tidak akan berkontraksi, sehingga kelenjarnya akan berkonsentrasi untuk mengeluarkan ASI,” ujar Ray.

Lengkap Jadwal Sepak Bola Hari Ini, Ada Live Streaming RCTI, Liga Inggris, Spanyol, Inter vs Genoa

Siapa Sebenarnya Felix? Pria yang Nekat Terobos Barikade Polisi Jambi Minta Ampun

Dipuji Lebih Cantik, Begini Penampilan Terbaru Elly Sugigi Setelah Gigi Depannya Dipotong, Ternyata

TERUNGKAP Modus Oknum Sopir Taksi Online Berhubungan Badan dengan 14 Penumpang, Ancam Sebar Video

3.Cahaya yang kurang mumpuni

Kini banyak juga peneliti yang mengatakan, bahwa penerangan juga memengaruhi hasil ASI perahan.

Dalam penelitian dijelaskan bagaimana cahaya memengaruhi otak untuk memroduksi hormon.

Bila cahaya terlalu terang, maka otak akan teralihkan sehingga tak bisa hanya fokus menghasilkan ASI.

“Sama seperti kita akan mengantuk bila ada di suasana yang lebih remang-remang. Nah, itu sama, hormonnya akan lebh rileks dan hasilnya akan maksimal,” ujar Ray.

4.Tak bisa berkonsentrasi

Saat memompa ASI, ibu diharapkan bisa fokus.

Bila memompa ASI di toilet, dimana akan ada banyak orang pengguna toilet berlalu lalang, konsentrasi dalam memerah akan terpecah.

Untuk itu kini pemerintah telah menetapkan setiap perusahaan harus menyiapkan ruang laktasi untuk ibu menyusui, agar bisa memompa ASI di tempat yang layak.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 disebutkan, tempat kerja (perusahaan, kantor pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta) harus mendukung program ASI eksklusif dengan memberikan fasilitas ruang laktasi dan memberikan kesempatan ibu bekerja untuk menyusui atau memerah ASI.

Selain itu, harus memiliki kebijakan tentang dukungan terhadap program ASI eksklusif dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja, juga memiliki peraturan internal mengenai dukungan terhadap program ASI eksklusif.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Para Ibu, Waspadai Bahaya Memompa ASI di Toilet"

Mitos-mitos Seputar ASI dan Kebenarannya

Sebagai ibu muda yang baru akan mulai menjalani proses menyusui, kamu harus bisa membedakan beberapa informasi seputar ASI yang sebenarnya hanyalah mitos.

Biasanya, mitos ini diungkapkan oleh sumber dari mulut ke mulut tanpa ada penjelasan ilmiah yang benar. Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK yang juga peneliti dari ILUNI MKK FKUI dan Chairman Health Collaborative Center mengungkap beberapa mitos seputar menyusui dan ASI yang justru banyak yang tidak sesuai dengan fakta.

1. Ibu menyusui tidak boleh makan yang aneh-aneh dan yang amis

Mitos ini menyebutkan bahwa ibu menyusui disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan yang berbau amis seperti ikan.

Padahal, sebenarnya ikan mempunyai kandungan nutrisi hingga vitamin yang dibutuhkan untuk menghasilkan ASI yang berkualitas.

“Selama ibu tidak ada alergi, ibu bebas makan apa saja. Harus makan bebas, karena itu sarat nutrisi,” ujar Ray saat ditemui di kawasan Mahakam, Jakarta Selatan, Jumat (20/12/2019).

2. ASI harus teratur

Pada mitos ini, ibu diharuskan memberikan ASI secara teratur dan tidak boleh terlalu sering.

Padahal menurut Ray, ASI diberikan kepada bayi kapanpun si kecil menginginkannya.

3. ASI dicampur tajin hingga air agar bayi kenyang

Mitos selanjutnya mengungkapkan, bahwa ASI bisa dicampur dengan air tajin atau air rebusan beras atau bahkan air mineral.

Hal ini dilakukan agar bayi lebih kenyang dan puas.

“Katanya menambah volume, padahal itu tidak,” ujar Ray.

4. Payudara dipencet saat menyusui dan memompa agar hasilnya maksimal

Berikutnya, mitos yang juga salah kaprah adalah ibu harus memencet payudara agar hasil menyusui atau memompa bisa maksimal. Hal ini sebenarnya tidak seluruhnya salah.

Namun, yang benar adalah payudara harus diperah saat menyusui atau memompa ASIP.

“Diperah ya, bukan dipencet, kalau diperah itu harus dari pangkal payudara. Kalau dipencet tidak akan keluar,” kata Ray.

Ada baiknya semua saran yang masuk selain dari tenaga medis seperti dokter atau bidan, ibu harus melakukan kroscek dan memastikan bahwa informasi itu benar adanya.

Pasalnya bila langsung mempercayai dan melakukan suatu saran, hal itu bisa berdampak pada anda dan juga si kecil.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mitos-mitos Seputar ASI dan Kebenarannya"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved