Kisah Militer
Rela Dikirim ke Jerman, Luhut Panjaitan dan Prabowo Subianto Jalani Pendidikan Antiteror Super Keras
Dalam 13 minggu pertama, pendidikan meliputi tugas-tugas pokok kepolisian, masalah hukum, kemampuan menggunakan berbagai jenis senjat, dan seni
Rela Dikirim ke Jerman, Luhut Panjaitan dan Prabowo Subianto Jalani Pendidikan Antiteror Super Keras
TRIBUNJAMBI.COM - Detasemen 81/Antiteror dibentuk melalui perjuangan yang berat.
Untuk membentuk pasukan elit itu, dua Perwira Remaja Kopassandha, yakni Mayor Luhut Panjaitan dan Kapten Prabowo Subianto, pada tahun 1982 dikirim ke Jerman Barat untuk menjalani pendidikan di satuan antiteror Grenzschutzsgruppe 9 (GSG-9).
Diketahui, pendidikan di GSG-9 sangatlah sulit.
Biasanya siswa yang lulus hanya 20%, yang mana hal itu berarti 80% siswa lainya dipastikan gagal.
Pendidikan antiteror di GSG-9 berlangsung selama 22 minggu.
Dalam 13 minggu pertama, pendidikan meliputi tugas-tugas pokok kepolisian, masalah hukum, kemampuan menggunakan berbagai jenis senjat, dan seni beladiri karate.
• Warisan Sejarah Jambi Terancam Hilang, Pihak Terkait Diharap Bertindak, Situs Rangkayo Hitam Gawat
• Rela Berani Cabut Infus Padahal Sedang Sakit, Agnez Mo Dapat Penghargaan Musisi Wanita Terfavorit
• Kumpulan Ucapan Selamat Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 Dalam Bahasa Inggris, Lengkap dengan Artinya
• Dua Pasal Pelanggaran yang Dilakukan Donald Trump hingga Dilengserkan dari Presiden AS
Lalu setelahnya, pendidikan yang diberikan merupakan ketrampilan pasukan antiteror, seperti bertempur di darat, laut, dan udara, serta tempat-tempat ekstrem lainnya.
Mayor Luhut dan Kapten Prabowo ternyata bisa lulus dari pendidikan GSG-9 dengan prestasi yang memuaskan.
Ketika Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategis Letjen TNI LB Moerdani membentuk pasukan Detasemen 81/Antiteror Kopassandha, Mayor Luhut diangkat sebagai Komandan, sedangkan Kapten Prabowo sebagai Wakil Komandan.

Dan usut punya usut, nama Detasemen 81/Antiteror rupanya diciptakan oleh Mayor Luhut dan Kapten Prabowo sewaktu menghadap Panglima ABRI Jenderal TNI M Jusuf.
Alasannya adalah Detasemen Antiteror dibentuk tahun 1981.
Jenderal M Jusuf pun tesetuju dengan penamaan Detasemen 81/Antiteror, tapi dia ternyata memiliki alasan sendiri yang unik.
Menurut Jenderal M Jusuf, penamaan Detasemen 81/Antiteror sudah betul karena angka 81 jumlahnya 9.
"Pesawat Hercules yang selalu saya gunakan mempunyai call sign A-1314. Jumlah angkanya juga 9. Angka paling bagus itu," ujar Jenderal M Jusuf seperti dikutip dalam buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009.
Dalam perkembangannya Detasemen 81/Antiteror Kopassandha kemudian berubah menjadi Sat Gultor 81/Kopassus, lalu berubah lagi menjadi Sat-81 Kopassus.