Serangan Teroris Ali Kalora setepas Salat Jumat, Anggota Brimob Bharatu Saiful Gugur, Hujan Peluru
Setelah kejadian itu, lima pelaku melarikan diri dan berpencar. Argo menuturkan, sebanyak tiga orang berlari ke arah SD Salubanga
"Saya tidak duga, saya tuduh memang ini teroris, tiada lain karena memang pernah diburu satu tahun lalu," tegas Ahmad.
Untuk itu, Ahmad berharap agar pihak kepolisian dapat memberikan jaminan kemananan kepada warga setempat.
"Kami inginkan jaminan keamanan dari aparat. Maksud saya bagaimana supaya mereka itu tidak ada lagi," ujar Ahmad.

Ahmad mengungkapkan, pasca pembunuhan keponakan dan cucunya itu, warga tidak bisa berkebun karena takut bernasib sama seperti korban.
"Siapa yang berani kerja di kebun kalau kondisinya begini," keluhnya lagi.
Berdasarkan cerita korban, Tamar, beberapa tahun belakangan anggota kelompok MIT sering melintasi kebun mereka.
Kelompok itu dipimpin oleh Daeng Koro yang tewas pada 2015 lalu di Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara, Parigi Moutong.
Beberapa tahun setelahnya, korban ketemu lagi dengan kelompok Ali Kalora bersenjata lengkap bahkan memburu korban.
"Korban pernah bercerita kalau dia pernah ketemu, bahkan dikejar, beruntung lolos, tapi sekarang ketemu lagi," ujar Ahmad.
Memurut Ahmad, ia begitu dekat dekat kedua korban.
Pasalnya selain berhubungan keluarga, kebun miliknya juga bersebelahan.
Di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar, Tamar dan anakmya Patte dikenal baik.
"Kasihan mereka, tidak disangka ajalnya begitu," katanya.
Polda Sulawesi Tengah belum bisa kematian Tamar (50) dan Patte (27) ulah Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.
Hingga saat ini, Polda Sulteng dan Polres Parimo sendiri masih mendalami kasus yang menewaskan Tamar (50) dan Patte (27) di kebun milik mereka.