Milenials
Usulan Sekolah 3 Hari dari Kek Seto ke Mendikbud Nadiem Makarim, Ini Tanggapan Milenials Jambi
Usulan Sekolah 3 Hari dari Kek Seto ke Mendikbud Nadiem Makarim, Ini Tanggapan Milenials Jambi
Penulis: Nurlailis | Editor: Deni Satria Budi
Usulan Sekolah 3 Hari dari Kek Seto ke Mendikbud Nadiem Makarim, Ini Tanggapan Milenials Jambi
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Beberapa waktu lalu tokoh pendidikan Indonesia, Seto Mulyadi atau yang lebih akrab disapa Kak Seto, menyampaikan usulan kurikulum baru Mendikbud Nadiem Makarim. Usulan tersebut adalah sekolah hanya tiga hari.
Kak Seto yang juga menjabat Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini menyampaikan usulan tersebut bukan tanpa dasar.
Dirinya pun sudah menguji sekolah tiga hari tersebut selama 13 tahun di homeschooling milik Kak Seto yang ada di Bintaro, Tangerang Selatan.
• Sekolah Cukup Tiga Hari Dalam Seminggu, Kak Seto Buktikan Lulusan Bisa Masuk Kedokteran UI
• Kak Seto: Orang Tua Harus Bisa Jadi Artis Serba Bisa untuk Anak
• Pengin Punya OPPO F9, Samsung Galaxy A50s, Asus Zenfone M1 Hanya Rp 10 Ribu, Ini Caranya
• Pramugari Cantik Ini Disebut Selingkuhan Ari Askhara, Eks Dirut Garuda yang Dipecat Erick Thohir
Kak Seto juga memiliki sebuah sekolah formal bernama Mutiara Indonesia Internasional yang bekerja sama dengan Universitas Cambridge di Inggris dan telah berjalan sejak tahun 1982.
Dari kedua sekolah tersebut, homeschooling justru menerbitkan lulusan yang lebih memuaskan.
Hal tersebut menjadi salah satu dasar usulan sekolah tiga hari.
Tentunya usulan ini mendapatkankan beragam komentar. Berikut adalah pendapat dari beberapa anak muda di Jambi tentang sekolah tiga hari.
Yasifa
Apabila ditanya efektif atau tidak nya, tentu bisa dikatakan efektif dikarenakan kak seto sendiri sudah membuat percobaannya dan setelah saya baca hasil dari percobaannya itu termasuk efektif karena menghasilkan lulusan yang baik, dan saya setuju bahwa aturan sekolah yang bagus adalah sekolah yang dapat membuat muridnya senang.
Sekolah 5-6 hari jujur tidak membuat jenuh selagi tidak pulang dengan jangka waktu yang lama, apabila jam pulang terlalu sore dan bersekolah selama 5-6 hari dpt sedikit membuat jenuh selain dikarenakan kelelelahan banyaknya tugas yang biberikan guru juga cukup membuat murid kesulitan.
Tentu saya pernah bosan sekolah, jika saya merasa bosan saya akan mendengarkan musik diwaktu" kosong dan bermain game sama teman2 sekelas.
Gepi, Mahasiswa Unja

Realita dilapangan tidak semua sekolah bisa menggunakan waktu tiga hari dengan efektif. Untuk menerapkan tiga hari itu perlu dikaji kekurangan dan kelebihannya.
Saya sendiri yang memiliki background pendidikan fisika dan pernah mengajar. Realita di lapangan mengenai full day itu tidak semuanya digunakan untuk belajar.
Ada ekstrakulikuler yang juga dilakukan, seperti ekstrakulikuler bela negara. Tiga hari itu perlu diketahui berapa jamnya. Sehingga kita tau kapan belajar dan istirahat.
Saat saya praktek mengajar, saya merasa sekolah enam hari lebih efektif dibandingkan lima hari.
Lima hari itu terlalu menekan siswa untuk belajar yang padat dari pagi sampai sore. Terlebih siang, kondisi kelas sudah ga efektif.
Bosan itu manusiawi. Buat aku yang sekolahnya Senin-Sabtu dan pulang siang, itu kadang bosan.
Tapi bisa disiasati dengan ikut kegiatan ekstrakulikuler. Aku ikut ekskul nari dan catur. Jadi menyeimbangkan akademik dan ekskul.
Nurjana, mahasiswa Unja

Menurut saya kurang efektif. Sekarang kan era digital, jika sekolahnya tiga hari dikhawatirkan mereka akan lebih sering bermain gadget.
Melihat alasan kak seto, mungkin bisa dilakukan. Namun harus ada kerja sama antara guru, orangtua murid, agar waktunya dimanfaatkan untuk belajar.
Saat sekolah lima atau enam hari saya merasa ada metode guru yang efektif ada juga yang tidak. Sehingga ada masanya saya bosan di sekolah. Efektif belajar di sekolah itu tergantung metode dari guru yang belajar menurut saya.
Usulan kak seto itu bagus karena sudah terbukti. Jika memang akan diterapkan, bisa diterapkan perlahan dan dievaluasi berkala.
Usulan Sekolah 3 Hari dari Kek Seto ke Mendikbud Nadiem Makarim, Ini Tanggapan Milenials Jambi (Nurlailis/Tribunjambi.com)