RUMAH Sakit Jiwa Tangani 81 Pasien Kecanduan Game Online, Rata-rata Anak Dibawah Umur
Kasus kecanduan game atau gaming disorder tak bisa lagi dianggap sepele. Sifat adiksi dari bermain game bisa berdampak serius terhadap gangguan kejiwa
TRIBUNJAMBI.COM-- Kasus kecanduan game atau gaming disorder tak bisa lagi dianggap sepele. Sifat adiksi dari bermain game bisa berdampak serius terhadap gangguan kejiwaan.
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat mencatat, dari kurun waktu Januari hingga Oktober 2019 terdapat 81 pasien dengan kasus kecanduan game.
Lina Budianti, kepala Instalasi Kesehatan Jiwa dan Remaja RSJ Prov Jabar mengatakan, tiap pekan ia menerima 2-3 pasien dari rentang umur 7-18 tahun dengan masalah kencanduan game.
Lina menjelaskan, merujuk pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorser (DSM) fifth edition yang dirilis American Psychiatric Association, ada beberapa gejala orang dikategorikan kecanduan game.
"Di antaranya permainan game dilakukan terus menerus dalam jangka waktu minimal setahun. Gara-gara hal tersebut menimbulkan gangguan fungsi personal, pekerjaan, maupun sosial. Personal itu seperti ada hambatan untuk merawat diri, makan kurang, mandi diabaikan dan lainnya. Fungsi sosial itu relasi dengan yang lainnya terganggu, fungsi pekerjaan berarti ada masalah dalam akademik dalam sekolahnya," turur Lina saat ditemui Kompas.com di Graha Atma Jalan LRE Martadinata No. 11, Kota Bandung, Kamis (28/11/2019).
• Download Lagu MP3 Sholawat Nissa Sabyan Full Album 2019, Video Religi Haddad Alwi dan Habib Syech
• TAK Terima Anak Kandung Diam-diam Balik Nama Sertifikat Rumah, Ayah Gugat ke Pengadilan
• BREAKING NEWS Jangte Gerayangi Tubuh Tetangganya, Lari saat Panik hingga Lupa Pakai Celana
Indikasi lainnya, adanya preoccupation atau obsesi pada game, gagal mendorong diri untuk tidak bermain game, kehilangan minat terhadap aktivitas lain, melanjutkan penggunaan meski mengetahui dampak buruknya.
"Jadi dia disuruh mandi susah, kebutuhan primer seperti makan enggak peduli lagi karena dia memprioritaskan main game. Dan, bisa jadi ada masalah emosi ketika kuotanya habis atau dipaksa untuk berhenti timbul reaksi berlebihan," ucap Lina.
Dari sejumlah pasien kecanduan game yang ia tangani, beberapa orang terpaksa harus menjalani rawat inap karena muncul gejala gangguan jiwa lain seperti depresi.
Rawat inap dilakukan untuk memisahkan pasien dari gawai.
"Bahkan ada yang sampai kriminal. Untuk memfasilitasi main gamenya dia butuh materi kan, butuh uang, akhirnya dia sampai mencuri, itu usia 15 tahun," ujar Lina.
• Meggy Ungkapkan Hal Paling Menyakitkan Jadi Istri Kedua Kiwil, Mengurus Anak saat Tak Ditemani Suami
• Curhatan Pilu Agnez Mo ke Anji Eks Drive Usai Dihujat Se-Indonesia Akui Tidak Berdarah Indonesia
• BREAKING NEWS Warga Kerinci Khawatir Serangan Tawon Lagi, 1 Tewas, Sarang Belum Ketemu
Lina menuturkan, kecanduan game bisa menyerang seseorang dengan kondisi kurang punya minat terhadap aktivitas lain, minder, korban perundungan, atau punya gejala depresi.
"Atau faktor dari game sendiri, penelitian beberapa jurnal terbaru ternyata shooting game dan game online lebih rentan berisiko lebih tinggi jadi kecanduan dibandingkan yang offline," jelasnya.
Sementara itu, psikiater RSJ Provinsi Jawa Barat Ade Kurnia Surawijaya menjelaskan, bagi pasien kecanduan game, gawai diartikan sebagai medium penyelamatan diri atau suatu pelarian untuk mereka lebih nyaman karena masalah lain yang tak selesai.
"Itu awalnya, kalau sudah berlanjut kebutuhan itu muncul sampai akhirnya dia terus menerus memakai itu," katanya.
• Ujian Nasional (UN) Dihapus? Wacana Tak Terduga Nadiem Makarim Ini Sebabnya, Tunggu Pengumumannya!
• Jambi Masuk Jalur Transit Kejahatan Perdagangan Orang di Indonesia
• Yayasan Setara dan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Menyelenggarakan ToT ISPO dan RSPO
• Niat Salat Jumat dan Bacaan Dalam Bahasa Arab, UAS Ungkap Allah SWT Mengutuk Keras Jika Melakukan
Menurut Ade, dari sejumlah litaratur medis, orang masuk kategori kecanduan gawai jika sudah melakukan pemakaian lebih dari 40 jam per pekan.
"Beberapa literatur sudah mencoba membagi kerentanannya, ada yang namanya hight attachment gawai lebih dari 40 jam dalam seminggu. Kalau lebih dari itu fungsinya lebih terbatas, tidak beraktivitas secara normal. Ya, sudah itu masuk dalam gangguan (jiwa)," jelasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "RSJ Jabar Tangani 81 Pasien Gangguan Jiwa akibat Kecanduan Game"
Penulis : Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani
Editor : Farid Assifa
Siswa SD Kecanduan Game Online hingga 4 Bulan Bolos Sekolah, Nenek: Bangunnya Sore, Tidur Subuh
Rumah sederhana di Desa Banjarpanjang, Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan, Jawa Timur itu terlihat sepi ketika rombongan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magetan datang berkunjung pada Rabu (20/11/2019).
Suwoto, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magetan pun mengucapkan salam.
Lamat-lamat suara Sayem (65) menyahut salam Suwoto. Rumah Sayem adalah tempat tinggal AN (12), siswa SD kelas 6 yang sudah 4 bulan bolos sekolah gara-gara kecanduan game online.
AN bersekolah di SDN Banjarpanjang. Suwoto sebenarnya ingin berbicara dengan AN.
Namun AN tertidur pulas di kamarnya, sebab sepanjang sore hingga menjelang fajar dia sibuk bermain game online.
Hal itu diceritakan Sayem kepada Suwoto.
“Kalau siag begini tidur sampai jam 4 sore karena tidurnya cucu saya itu jam 5 pagi,” ujar Sayem.
Sayem mengaku tidak bisa berbuat banyak terhadap kecanduan game online cucunya selain menuruti kemauannya untuk dibelikan pulsa setiap hari.
Sang nenek harus merogoh kocek Rp 27.000 per hari untuk membeli pulsa.
Dia juga mengatakan jika cucunya tersebut sangat suka pelajaran matematika.
Sejak kecil AD memang dirawat olehnya karena kedua orangtuanya merantau ke Kalimantan berjualan bakso.
Bahkan AD sudah lebih dari 5 tahun terakhir tak pernah bertemu dengan orang tuanya karena tak pernah pulang.
Kakek dan nenek tidak tahu efek game online
Menurut Sayem kencanduan game online AD berawal dari permintaan dibelikan handphone (HP) android.
Sejak memiliki HP setahun lalu, AD mulai mengenal permainan game online.
Pada awalnya AD hanya membolos sehari hingga 2 hari dalan seminggu.
Namun sejak Lebaran tahun 2019, cucunya tersebut enggan bersekolah dan lebih banyak tiduran di kamarnya sambil main game online.
“Habis lebaran itu dia tidak mau sekolah. Sehari hari ya main hapenya,” imbuhnya.
Sayem mengaku tidak tahu banyak pengaruh buruk kebiasaan main game hingga berjam jam yang dilakukan oleh cucunya.
Dia mengaku pasrah dengan kebiasaan AD karena suaminya Mariman (70) juga tak pernah melarang cucunya main HP hingga menjelang subuh.
Sejak kecanduan game online, AD jarang sekali keluar kamar.
Bahkan untuk membeli pulsa untuk bermain game, Sayem yang membelikan ke counter HP di perempatan desa.
“Saya kerja membuat lempeng. Meski tak seberapa hasilnya, uang itulah yang saya pakai untuk beli pulsa setiap hari untuk main game online cucu saya. Saya yang belikan wong dia tidak mau keluar kamar,” ucapnya.
Perlu pendampingan psikiater
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan Suwoto mengaku akan meminta kepada pihak sekolah untuk terus membujuk dan memberikan pendampingan kepada AD agar mau kembali pergi sekolah.
Pemerintah Daerah Magetan juga akan memberikan pendampingan psikiater kepada AD.
“Kita upayakan ada pendampingan psikiater agar AD bisa terlepas dari kecanduan game. Pihak sekolah juga kita minta terus memberikan support agar siswa mau kembali sekolah,” ujarnya.
Suwoto menambahkan, selain AD ada siswa SMP di Kabupaten Magetan yang terlebih dahulu ditangani oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan terkait ketergantungan dengan game online.
Selain pendampingan upaya pendampingan oleh psikiater, peran keluarga sangat dibutuhkan agar anak anka usai sekolah bisa terlepas dari ketergantungan game online.
“Yang siswa SMP sejauh ini mulai pulih, dia mau bersekolah lagi dengan adanya pendampingan psikiater,” imbuhnya.
Orangtua diimbau pulang
Selain upaya pendampingan psikiater, Suwoto berharap orangtua AD yang merantau ke Kalimantan untuk bisa pulang sejenak melihat keberadaan anaknya.
“Yang berperan penting tetap keluarga, karena di sekolah kan hanya beberapa jam,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, AD siswa kelas 6 SDN 1 Banjarpanjang, Kabupaten Magetan, membolos hingga 4 bulan karena kecanduan game online.
Upaya pihak sekolah untuk membujuk siswanya agar masuk sekolah dengan meminjamkan buku pelajaran dan mendatangi kerumah tidak berhasil karena AD lebih memilih membolos demi main game online.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siswa SD Kecanduan Game Online hingga 4 Bulan Bolos Sekolah, Nenek: Bangunnya Sore, Tidur Subuh"
Penulis : Kontributor Magetan, Sukoco
Editor : Aprillia Ika