Berita Nasional
Masih Berniat Besar Masuk Polisi Gunakan Uang? Ini Hasil Litbang Kompas
Hasil survei Litbang Kompas menunjukan, 95 persen peserta rekrutmen anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Tahun Anggaran 2019
Masih Berniat Besar Masuk Polisi Gunakan Uang? Ini Hasil Litbang Kompas
TRIBUNJAMBI.COM - Menjadi satuan perangkat Polri menjadi profesi yang sangat diinginkan semua orang.
Institusi Polri merupakan salah satu instansi pemerintah yang diminati masyarakat.
Banyak remaja yang tertarik menjadi polisi begitu lulus SMA.
Tak heran apabila setiap ada rekrutmen Polri, selalu dibanjiri pendaftar.
• POLISI yang Perutnya Buncit Suruh Kurusin, Pesan Trimedya di Hadapan Kapolri Jenderal Idham Azis
• Kapolri Jenderal Idham Aziz Marah Lihat Kapolres Ngobrol Saat Pengarahan, Berujung Pencopotan!
• Nasib Kapolres Kampar, Dicopot dari Jabatannya Karena Mengobrol saat Kapolri Idham Azis Beri Arahan
Namun selalu ada saja ada citra negatif setiap proses rekrutmen Polri berlangsung.Masih ada masyarakat yang beranggapan masuk polisi harus punya uang banyak.
Bagi yang tidak punya uang, katanya tidak bisa diterima menjadi polisi.
Polri sudah melawan citra negatif itu dengan berbagai cara.
Salah satunya dengan menggelar proses rekrutmen yang transparan.
• Disepakati, per 1 Januari 2020, UMK Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rp 2.850.000
• Lotte Mart, Perusahaan Asal Korsel Bakal Buka Pusat Grosir Terbesar di Provinsi Jambi di Muarojambi
• Penerimaan CPNS 2019 Ditutup Minggu Ini, Simak Jadwal yang Tutup Pendaftaran Mulai Hari Ini
Proses rekrutmen Polri saat ini sudah terbuka bisa diawasi masyarakat.
Lalu apakah masyarakat sudah percaya bahwa Polri kini lebih bersih dalam proses rekrutmen?
Kompas mencoba menjawabnya dengan menggelar survei.
Hasil survei Litbang Kompas menunjukan, 95 persen peserta rekrutmen anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Tahun Anggaran 2019 tidak pernah dihubungi oleh "penembak di atas kuda".
Dengan tingginya jumlah responden yang menyatakan tidak pernah dihubungi "penembak di atas kuda", menandakan bahwa rekrutmen anggota Polri mulai mengalami kemajuan.
Adapun istilah "penembak di atas kuda" merujuk pada peran oknum dalam menawarkan bantuan terhadap peserta rekrutmen dengan iming-iming dapat memperlancar proses seleksi.
Peneliti Litbang Kompas Bernardus Satrio menyampaikan, survei tersebut dilakukan terhadap enam polda dan satu akpol di Semarang.
