Zumi Zola Balik ke Jambi
Detik-detik Zumi Zola Lambaikan Tangan, Wajah Merah saat Dirangkul Effendi Hatta di Ruang Tunggu
Dalam ruang tunggu itu terlihat Erwan Malik, mantan Plt Sekda Provinsi Jambi, sedang menyeruput kopi dan mengobrol santai dengan Muhammadiyah dan ...
Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Duanto AS
“Sesuai dengan yang di BAP, saya lupa angkanya,” katanya.
Kusnindar mengaku ia sempat takut dan mematikan handphone beberapa hari pada tahun 2017.
Penyebabnya adalah Komisi Pemberantasan Korupsi yang sempat berkunjung ke Jambi dan dirinya takut.
“Saya tahu ini ado yang dak benar maka saya matikan handphone. Karena beberapa hari sebelumnya Pak Coki dari KPK baru mengadakan sosialisasi ke Jambi,” kata Kusnindar.
Dia mematikan handphone setelah awalnya dipanggil oleh Ketua DPRD Provinsi yang waktu itu dijabat oleh Cornelis Buston.
“Waktu itu ketua nyuruh datang ke rumah dinas. Sesampainya di sana saya disuruh mengecek dan koordinasi dengan haji Sai (Saipuddin). Di situ saya langsung tahu ini persoalan uang,” katanya.
Dia sempat berkomunikasi dengan Saipuddin. Setelah komunikasi itulah Kusnindar mematikan handohonenya selama beberapa hari karena teringat kunjungan KPK.
Saipuddin Terpaksa
Mantan Asisten III Setda Provinsi Jambi, Saipuddin mengaku tidak pernah tahu dengan Asiang. Dia mengaku hanya menjalankan perintah Erwan Malik yang saat itu Plt Sekda. Dia juga mengonfirmasi pertemuannya dengan Cornelis Buston.
“Katanya belum tahu akan kuorum karena dananya belum ada jadi belum bisa memastikan. Tapi saya minta izin untuk bertemu perwakilan fraksi untuk membicarakan ini,” kata Saipuddin.
Kondisi yang ia ceritakan adalah jelang pengesahan RAPBD 2018.
Pada saat bertemu Elhelwi dari PDIP, Saipuddin dipaksa untuk menandatangani pernyataan bahwa pemberian uang ketok seusai pengesahan RAPBD 2018.
Awalnya Saipuddin menelpon Erwan dan memberikan telepon itu pada Elhelwi.
Kemarin Jaksa Penuntut Umum dari KPK memperlihatkan gambar pernyataan yang diteken oleh pria yang biasa disapa haji Sai itu.
Saipuddin pun mengakui dia menandatanganinya.
Arpan yang membenarkan kejadian itu bilang awalnya dirinya diminta untuk mencari uang dan sempat menolak. Namun, Erwan tetap memaksanya.
Mengenai uang yang diminta ke Asiang, Arpan bilang Asiang terkejut begitu mendengar jumlah uang yang mau ‘dipinjam’ oleh Arfan tersebut. Belakangan terkuak, uang itu sebesar Rp 5 miliar yang akan digunakan untuk suap ke dewan. (Jaka HB / Tribunjambi.com)