KETIKA Jenderal Benny Moerdani Marah Banting Baret Merah, Gegara Bela Legenda Kopassus Berkaki Satu
TRIBUNJAMBI.COM - Setelah pertempuran itu, rekan sekaligus atasannya, Benny Moerdani, berusaha membelanya mati-matian di depan pimpinan.
Agus kehilangan satu kakinya saat memimpin Operasi Benteng I. Saat itu, kakinya tertembak tentara Belanda.
• Tiga Desa Dianggap Rawan, Dinas PMD Kerjasama dengan Kepolisian dan TNI
Anak buahnya berusaha membopong dan menyelamatkan komandannya. Namun, di situasi kala itu, Agus memilih jalannya sendiri.

Dia tetap berada di medan pertempuran, hingga akhirnya tertangkap dan ditawan tentara Belanda.
Pasukan Belanda memperlakukan Agus sesuai konvesi Jeneva. Agus dirawat hingga sembuh, tapi kakinya terpaksa diamputasi, mengingat luka tembaknya sudah membusuk.
Agus masih hidup dan Irian Barat akhirnya jatuh ke tangan Indonesia.
Kabar buruk
Kabar buruk kemudian menghampiri.
Pada akhir 1964, diadakan sebuah pertemuan perwira RPKADmembahas penghapusan tentara cacat dari RPKAD. Agus termasuk di dalamnya.
• Diduga Dana BOS di Kota Jambi Banyak Temuan, Ini Komentar Inspektorat dan Dinas Pendidikan
Keputusan itu sempat diprotes atasan Agus, Benny Moerdani.
Alih-alih mendapat persetujuan, Benny justru dimutasi ke Kostrad karena dianggap membangkang. Sedangkan Agus tetap dikeluarkan dari RPKAD.
Sekeluarnya dari Kopassus, Agus sempat bergabung dengan Resimen Tjakrabirawa atau Pasukan Pengawal Presiden RI Soekarno.
Dijelaskan dalam buku 'Bagimu Negeri, Jiwa Raga Kami' karya Bob Heryanto Hernoto, Agus kemudian ditarik Benny Moerdani untuk bergabung di unit intelijen Kostrad.
Sejak itulah, Agus melanjutkan karier militernya di dunia intelijen.
Mengutip dari Kompas.com, Agus dan Benny lalu bergabung dengan Operasi khusus (Opsus) yang dipimpin oleh Ali Moertopo.
Keduanya bertanggung jawab langsung kepada Presiden Soeharto.
• Kesampingkan Perbedaan Satukan Tujuan, Peringatan Hari Pahlawan 2019 di Kuala Tungkal