Menelusuri Pura di Pedalaman Sarolangun, Sempat Dikabarkan Berusia Ratusan Tahun
Begitu pula saat menuju ke Desa Demang dari Sarolangun. Warga yang mendampingi menganggap itu pemandangan yang biasa.
Lokasi yang kami tuju oleh masyarakat sekitar disebut Bukit Onge. Di bukit yang jarang dijamah mansusia itu, dipenuhi semak belukar berduri.
Kami harus menebas vegetasi di sana untuk jalan dengan parang.
baca juga
• TRIBUNWIKI - Zumi Zola dan 23 Tokoh yang Terima Gelar Adat Lembaga Adat Melayu Jambi
• Situs Solok Sipin Tergencet di Jantung Kota
• Arti Penting Dua Keris Pusaka Jambi
Dan tiba di puncak bukit, akhirnya tampaklah apa yang kami cari. Bangunan yang khas seperti gampang kita temui di Pura.
Pelinggih. Begitu umat Hindu biasa menyebutnya. Tingginya sekitar 3 meter. Tempat untuk pemujaan.
Di bawah tempat pemujaan itu ada semaca altar kurang lebih panjang nya dua meter dan lebar 1 meter.
Kondisinya tertutup rimbunan semak belukar. Relief di pelinggih ditutupi lumut.
Di sekeliling pelinggih terdapat beberapa batu nisan seperti batu sungkai. Namun masyarakat sekitar menyebutnya itu makam keramat.
"Masyarakat Desa Demang belum pernah tahu keberadaan tugu (pura). Masyarakat bilang itu makam, seperti makam keramat," kata Pahrul.
Kata dia, keberadaanya diketahui pada tahun 2000-an. Namun adanya terkait benda seperti situs sejarah itu belum banyak yang mengetahuinya secara pasti.
Katanya, temuan itu diduga milik pemeluk agama Hindu. Hanya saja, warga sekitar Desa Demang menurutnya tidak ada yang memeluk agama Hindu.
Di saat kami berada di dekat pelinggih, terdengar suara mesin dompeng. Itu adalah mesin yang digunakan untuk aktivitas mencari emas.
Terpisah, Iskandar, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi yang dikonfirmasi melalui sambungan telepon menyampaikan bahwa itu merupakan bangunan baru.
Baru di sini, ia maksudkan menepis anggapan bahwa bangunan yang dianggap warga Pura itu berusia ratusan tahun.
"Kalau liat itu bangunan baru dan nampaknya udah pernah disurvei," ujarnya.
