Bahaya Kecanduan Game Online, di Bali Banyak Remaja Depresi, Nyaris Bunuh Diri, Sampai Gangguan Jiwa
Kecanduan game online bisa menimbulkan dampak berbahaya bagi anak-anak dan remaja. Ada yang ingin bunuh diri, ada yang depresi, sampai gangguan jiwa.
Bahkan, dari kasus yang pernah ia tangani, ada satu orang pasiennya yang sempat ingin bunuh diri namun upaya itu sudah bisa dicegah.
"Ada yang sampai berkeinginan bunuh diri satu orang. Itu terkait adiksi media sosial, tapi sudah cepat saya tangani," katanya.
Rata-rata yang mengalami kecanduan gadget sampai mengalami gangguan jiwa adalah mereka yang masih berada dalam usia produktif.
Baca: Dipukul Hingga Dijambak Saat Karnaval di Lubuklinggau, Angela Gilsha Tunjukkan Wajahnya Memar
Sedangkan mengenai jenis kelamin itu bergantung prevalensinya.
"Misalnya kalau laki-laki kebanyakan karena game online. Terus yang perempuan kebanyakan karena marketplace atau belanja online. Jadi pasien saya yang perempuan itu dia tiap 10 atau 15 menit harus buka marketplace. Akhirnya belanja-belanja terus padahal itu tidak dibutuhkan dan akhirnya menyesal. Menyadari diri mengalami pola yang sama, dia akhirnya konsultasi," ungkapnya.
Bukan cuma itu. Bahkan Dokter Rai sempat pula punya pasien dua laki-laki yang kecanduan judi sabung ayam online.
Dua laki-laki ini sebetulnya kuliah di luar Bali. Uang kiriman orang tuanya dia gunakan untuk judi sehingga akhirnya orang tuanya mengajak anaknya konsultasi.
"Pada saat saya wawancara dia paham betul. ‘Iya dok saya hancur-hancuran. Sempat saya uninstall aplikasinya, tapi malah gak enak gak nyaman. Akhirnya install lagi, menang dikit, langsung lanjut, dan kalah, uang habis stres jadi begitu saja terus," ungkap Dokter Rai.
Terpisah, Dokter Ahli Jiwa RSUP Sanglah, dr Lely Setyawati SpKK (k), juga mengungkap dirinya sempat menangani kasus-kasus gangguan jiwa yang dialami oleh anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh gadget khususnya game online.
Ada cukup banyak anak-anak SD, SMP, dan remaja SMA yang kini menjadi pecandu game online sehingga banyak pula yang akhirnya mengalami depresi hingga sempat ingin bunuh diri.
"Jadi dari usia SD, SMP, SMA saya dapat. Mereka sampai tidak mau sekolah. Kemudian hari-harinya isinya gadget saja. Jadi terlalu asyik, pagi siang malam tak kenal waktu. Kemudian cemas, ada yang sampai depresi kemudian ingin bunuh diri. Ini di Bali. Sampai mereka mengalami gangguan jiwa berat, gara-gara gadget atau bahasanya gila," ungkap perempuan yang juga selaku Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Bali itu.
Baca: Tak Jadi Menteri, Jokowi Kemungkinan Akan Menyodorkan Jabatan Ini kepada Yusril
Menurut Lely, game online memang berpotensi untuk menyebabkan kecanduan.
Selama ini, dari pasien yang dia tangani, penanganannya bergantung tingkat adiksi dari pasien tersebut.
Misalnya jika gangguan yang dialami tidak terlalu berat, maka ia serahkan ke orang tuanya di rumah. Kemudian konsultasinya dengan rawat jalan.
"Tapi kalau mereka tidak mampu lagi, takut anaknya lompat pagar, agresif, dan lari, dan berpotensi mencederai jadi kami rawat di rumah sakit," ungkap Lely.