Alasan Jokowi Tak Libatkan KPK Dalam Pemilihan Menteri, Ngabali: Gak Usah Gede Rasa, Gak Usah GR Lah
Tenaga Ahli Kedeputian IV Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin meminta Komisi Pemberantasan Korupsi tak perlu protes jika tak
TRIBUNJAMBI.COM- Tenaga Ahli Kedeputian IV Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin meminta Komisi Pemberantasan Korupsi tak perlu protes jika tak lagi dilibatkan dalam pemilihan menteri untuk kabinet periodenya kedua Jokowi bersama Ma'ruf Amin.
Sebab, kewenangan dalam memilih menteri adalah sepenuhnya hak prerogatif Presiden Jokowi.
Jokowi berhak memilih apakah akan meminta pertimbangan KPK atau tidak dalam memilih orang-orang yang akan membantunya di pemerintahan.
• Pelantikan Presiden Terpilih, 1 SST Personel Brimob Polda Jambi yang BKO Papua, Digeser ke Jakarta
• BANGGA Jadi Satu Artis Endorse Terbanyak, Nikita Mirzani: Beli Berlian 6 Karat, 3 Karat dari Sana
• Bupati Indramayu Kena OTT KPK, Transaksi Proyek di Dinas PU? Hanya Uang Ratusan Juta?
"Kalau Presiden merasa perlu, Presiden ajak bicara KPK. Kalau Presiden merasa apa yang ada dari pengetahuannya, ya sudah untuk apa tarik-tarik Presiden dalam urusan itu," kata Ngabalin saat dihubungi, Senin (14/11/2019) malam.
"Itu kan urusan independen, hak prerogratif Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri," katanya.
Ngabalin sendiri mengaku tidak tahu persis alasan yang membuat Presiden Jokowi kini tidak lagi melibatkan KPK dalam penelusuran dan penunjukan menteri untuk kebinetnya di periode kedua.
Saat menunjuk menteri di kabinet kerja periode 2014-2019, Presiden Jokowi melibatkan KPK untuk penelusuran rekam jejaknya.

Namun, Ngabalin meminta perbedaan metode Presiden dalam menjaring menteri di periode pertama dan kedua ini tidak dipersoalkan.
"Ya itulah kewenangan Presiden. Enggak usah baper lagi dalam urusan yang begitu, enggak usah gede rasa, enggak usah GR lah," kata politisi Partai Golkar ini.
Sebelumnya, Wakil Ketua KPK Laode M Syarif menyatakan, KPK berharap nama-nama yang dipilih presiden terpilih Joko Widodo untuk di kursi kabinet nanti merupakan sosok yang berintegritas.
"Kita tidak diikutkan, tetapi kita berharap bahwa yang ditunjuk oleh Presiden adalah orang-orang yang mempunyai track record yang bagus, dari segi integritas tidak tercela," kata Laode kepada wartawan, Senin (14/10/2019).
• Deretan Foto 15 Artis Cantik Ini Hobi Pakai Legging Tipis dan Pamer Lekukan Tubuhnya Saat Olahraga
• Kemarau Tahun 2019 di Tanjung Jabung Timur, Lebih Parah Dibanding Kemarau Tahun 2015
• Wartawan Dibentak-bentak Pihak PT EBN Saat Meliput Aksi Pedagang di Pasar Angso Duo Baru
Laode mengatakan, pemilihan nama menteri merupakan hak prerogatif presiden.
Oleh karena itu, KPK tak memaksa agar dilibatkan dalam proses pemilihan nama menteri.
Laode pun meyakini bahwa Jokowi dapat memilih nama yang benar-benar cakap dan beintegritas untuk duduk di kursi menteri.
Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz menyayangkan tidak dilibatkannya Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) dalam penelusuran rekam jejak calon menteri Joko Widodo periode kedua.
• Mobil Bekas Harga Rp 60 Jutaan - Honda, Toyota, Suzuki, Datsun, Kia, Daihatsu, Chevrolet, Hyundai
• 500 Hektare Padi di 4 Kecamatan di Kabupaten Tanjab Timur, Terancam Gagal Panen, Ini Penyebabnya
Menurut Donal, langkah itu justru akan merugikan Jokowi sebagai presiden.
Sebab, prinsip transparansi dan akuntabilitas menjadi tidak ada lagi.
Dampaknya, publik akan menilai Jokowi tidak konsisten dalam menyusun kabinet.
"Kita menyayangkan Presiden Jokowi tak konsisten dengan pola-pola penyusunan kabinet," kata Donal dalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (14/10/2019).
"Tetapi itu dampaknya bukan kepada KPK, tapi kepada Jokowi," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "KPK Tak Dilibatkan Jokowi Pilih Menteri, Istana: Jangan Baper!"
Penulis : Ihsanuddin
Editor : Diamanty Meiliana