Semburan Minyak & Gas di Blok Minyak Surabaya, Apakah Sumur Minyak Ilegal di Jambi Bernasib Sama?
Dari bekas pengeboran, ditemukan 80 bekas lubang pengeboran yang berada di wilayah Blok Kuti. Salah satunya di sekitar lokasi semburan di pekarangan
Semburan Minyak & Gas di Blok Minyak Surabaya, Apakah Sumur Minyak Ilegal di Jambi Akan Bernasib Sama?
TRIBUNJAMBI.COM, SURABAYA - Belum lama ini, lubang di kawasan perumahan warga di Surabaya, Jawa Timur, mengeluarkan semburan lumpur.
Belakangan, semburan mengeluarkan minyak dan gas.
Lantas bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jawa Timur Handoko Teguh Wibowo menjelaskan sejarah lapangan minyak di Surabaya.
Menurut dia, minyak dan gas dari lapangan Kuti atau Blok Kuti dieksploitasi oleh Belanda sejak 1888.

"Belanda melakukan pengeboran sedalam sekitar 200 meter.
Dulu belum ada seismik, sehingga dilakukan secara tradisional," kata Handoko kepada Kompas.com, Rabu (9/10/2019).
Dari bekas pengeboran, ditemukan 80 bekas lubang pengeboran yang berada di wilayah Blok Kuti. Salah satunya di sekitar lokasi semburan di pekarangan rumah di Jalan Kutisari Utara III Surabaya.
Dari informasi yang dihimpun pihaknya, bekas sumur juga terdapat di dekat pos satpam perumahan.
Baca: Apartemen Robinson Disulap Jadi Kasino, Pejudi Berhamburan saat Gerebek, 91 Orang Jadi Tersangka
Baca: Tersangka Pembakaran Hutan di Konsesi PT REKI Bertambah, Polres Batanghari Ungkap Komplotan Perambah
"Bekas pengeboran sebagian masih bisa ditemukan berupa kepala pipa yang di antaranya di lokasi kebun bibit dan kampus Universitas Dr Soetomo Surabaya," kata Handoko.
Dari aktivitas pengeboran di Blok Kuti, material perut bumi itu dikirim ke kilang minyak di wilayah Wonokromo Surabaya, yang dekat dengan Sungai Brantas.
Bahkan, Handoko menyebut, kilang minyak di Wonokromo tersebut adalah yang pertama di Indonesia.
"Blok minyak di Surabaya konon yang terbesar di wilayah timur dan tengah di pulau Jawa, di utara ada di Blok Cepu," kata Handoko.
Handoko menduga, semburan yang berisi minyak, gas dan air yang keluar dari rumah Nomor 19 di Jalan Kutisari Utara III, Surabaya, adalah salah satu dari 80 titik sumur bekas pengeboran zaman dulu.

Badan Geologi beberapa hari terakhir sedang melacak sumur pusat semburan dan sumur-sumur yang ada di sekitar wilayah Kutisari.
Dalam waktu dekat, Badan Geologi akan memberikan laporannya secara resmi.
Pada Senin (23/9/2019) siang, semburan lumpur bercampur cairan menyerupai minyak berwarna coklat muncul di halaman rumah dinas perusahaan yang ditempati Setiawan dan Lisawati tersebut.
Semburan itu diduga sebagai dampak meningkatnya aktivitas sumur tua di bawah pemukiman warga. Menurut Kepala Dinas Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) Jawa Timur Setiajid, di Surabaya ada 120 sumur tua.
Sebanyak 34 di antaranya ada di Blok Kuti, di atas komplek pemukiman Kutisari yang menjadi lokasi munculnya semburan lumpur dan minyak saat ini.
Saat ini, material semburan lumpur berubah menjadi air, minyak dan gas.
Baca: Tak Terima Dirampok, Sopir Truk Hantam Mobil Perampok di Pintu Tol, Polisi Berikan Apresiasi
Baca: Lagi Berjudi di Warung Kopi, Kades di Pamenang Merangin Dibekuk Polisi, Ini Identitasnya

Temukan Ratusan Sumur Bor Minyak Ilegal di Desa Lubuk Napal, Sarolangun Jambi Punya Siapa?
Para petugas gabungan itu terkejut, tak mengira menemukan pemandangan seperti itu di Desa Lubuk Napal.
Ratusan petugas gabungan dari TNI, Polri dan Satpol PP Kabupaten Sarolangun, menyisir lokasi illegal drilling atau pengeboran minyak ilegal, Rabu (9/10/2019).
Temuan kali ini benar-benar tak di sangka.
Di lokasi ilegal drilling di Desa Lubuk Napal, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Jambi, petugas terkejut.
Mereka menemukan banyak sekali lokasi penambangan ilegal.
Kabid Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sarolangun, Sohari Sohan, mengatakan beberapa lokasi penambangan merupakan anak sungai dan area darat atau perkebunan sawit.
Di sana ada ratusan sumur bor minyak ilegal.
Menurut Sohari Sohan, lokasi itu semuanya berubah, bermunculan ratusan sumur bor minyak yang ukurannya bervariasi.
Baca: Akhirnya Wisuda, Ini Momen Kaesang Pangarep Wisuda di Singapura, Terima Penghargaan Kewirausahaan
Baca: Kronologi Kecelakaan Bus PMTOH di Kuansing, 6 Orang Tewas, Atap Bus Legendaris Itu Lepas
"Di anak sungai ada dua. Dari pantauan, sumur-sumur galian bor lebih kurang posisi sekarang 150 sumur berkedalaman bervariasi, 25 sampai 100 meter," bebernya.
Dari aktivitas ilegal tersebut kata Sohari, pencemaran dan kerusakan lingkungan sudah terjadi.
Menurutnya, akibat ilegal drilling, tanah dan air sudah terkontaminasi dengan minyak mentah yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Dari ratusan sumur bor tersebut, bilang Sohari Sohan, ada yang masih aktif dan ada yang tidak aktit.
"Semua bekas sudah tercemar oleh minyak mentah," ungkapnya.
Di mana para pekerjanya?
Pada saat penyisiran lokasi, para penambang minyak ilegal sudah tidak berada di lokasi.
Di lokasi itu hanya meninggalkan sisa pengerjaan dan banyak sumur belum tertutupi.
Pantauannya tim gabungan, aktivitas itu sudah ada sejak 2017 silam.

Para penambang waktu itu masih sedikit dan hanya dilakukan penertiban yang sifatnya secara persuasif saja.
"Sudah ada dari dulu, cuma muncul lagi, ilang lagi, jika sudah dua bulan pasca penertiban," tuturnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, selain melakukan pemulihan kata dia, memang sangat sulit.
Namun hal itu memang harus ada keasadaran dan keseriusan masyarakat sekitar untuk menutup aktivitas ilegal itu.
"Masyarakat, stop aktivitas karena sangat berbahaya bagi kesehatan, dan lingkungan. Kalaupun dilakukan pemulihan, dananya miliaran rupiah," tuturnya.
Baca: BERBURU Pelat Nomor Cantik, Berapa Biaya & Syaratnya: Simak Begini Cara Dapatkan Nomor Polisi Cantik

Terbakar di Batanghari
Sumur minyak ilegal di kawasan Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari meledak, Rabu (12/6) sore.
Seorang pekerja dikabarkan tewas.
Belum diketahui identitas korban, hanya saja dari informasi yang didapat Tribunjambi.com dari salah satu pekerja minyak ilegal, korban merupakan warga Kabupaten Sekayu, Provinsi Sumatera Selatan.
"Sumur yang meledak itu di wilayah kerja pertamina (WKP). Satu orang meninggal karena mesin yang digunakan over. Saat itu posisinya sedang muat minyak," ujarnya.
Sementara, Kadis Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Batanghari, Parlaungan membenarkan peristiwa itu.
"Informasi yang saya terima benar memang ada sumur meledak. Tapi belum tahu apakah ada korban atau tidak," ujarnya.
Dari informasi yang didapat, sumur tersebut milik Tohir. Dan salah satu pekerjanya yang berada di lokasi bernama Teguh.
"Kalau memang ada korban, coba dicek ke rumah sakit," ujarnya.
Pasca terbakarnya bak penampung minyak ilegal di wilayah kerja Pertamina di kawasan Tahura, Desa Pompa Air, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Selasa (13/8) pagi, polisi mengamankan sejumlah barang bukti.
Barang bukti yang diamankan di antaranya yaitu mesin robin penyedot minyak yang terbakar, selang penyedot minyak dan canting penyedot minyak.
Hal ini dibenarkan oleh Kasat Intel Polres Batanghari, Iptu Edi Yanuar.
Baca: 6 Korban Tewas, 9 Luka-luka dari Kecelakaan Maut Antara Bus dan Truk di Jalan Lintas Riau
"Api berhasil dipadamkan pukul 11.15 WIB. Sekarang sudah aman dan kondusif," ujarnya.
Ia menyebutkan bahwa tak ada korban jiwa dari peristiwa itu. Hanya saja yang terbakar yakni dua sumur minyak ilegal, tiga unit sepeda motor dan tiga bak penampung minyak.
"Dari kejadian itu anggota sudah berada di lokasi untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan memeriksa saksi-saksi," pungkasnya.
Meski sudah memakan banyak korban, namun masyrakat yang melakukan pengeboran sumur minyak di Jambi tak juga jera.
Apakah nasib sumur minyak ilegal di Batanghari dan Sarolangun Jambi akan bernasib sama dengan sumur minyak di Surabaya? (Kompas, Tribunjambi.com)