8 Misteri Kampus ITB yang Belum Terpecahkan, Bangunan Unik Namun Penuh 'Rumus dan Rahasia'
8 misteri Kampus ITB yang sampai kini belum terpecahkan. Bangunan-bangunan ini unik namun penuh 'rumus dan rahasia' Siapa arsiteknya?
Di tengah kedua gedung, terdapat gedung kecil yang menghubungkan keduanya. Gedung kecil ini juga berbentuk trapesium dilapisi kaca. Kenapa trapesium kaca? Disain ini dimaksudkan untuk memantulkan lambang separuh DNA yang ada di lantai seberangnya.
Dua sisi gedung ini juga memliki patrian DNA yang sama di lantai terbukanya itu. Tangga tengah gedung ini juga melingkar seperti heliks ganda pada DNA. Dilihat dari dalam dekat tangga, ke atas, Anda akan merasa seperti di dalam virus T-4. Dilihat dari luar DNA di lantai, tangga, dan DNA di pantulan filosofinya membentuk DNA yang utuh.
Ajaib kan?
Nah, mitosnya adalah katanya terdapat titik yang kita bisa melihat ketiga komponen tadi menempel menjadi satu DNA utuh. Entah benar atau tidak, saya belum nemu titiknya.
Oh ya, disain aneh bin ajaib kurang kerjaan ini pernah “dirusak” loh oleh pihak rektorat. Mereka pernah sekenanya memasang jalur anti hujan di atas lantai yang ada DNA-nya tadi. Akibatnya, disain trapesium kaca gedung yang dirancang untuk memantulkan lukisan tadi jadi tidak ada gunanya. Syukurnya, sekarang kondisi labtek biru sudah menjadi sedia kala, sesuai keinginan perancangnya.
6. Perpustakaan Pusat
Titik paling utara kampus adalah gerbang belakang. Ya iyalah! Nggak juga kok, setelah gerbang belakang ada lagi Sabuga yang masih punya ITB, tapi kayaknya nggak termasuk kampus Ganesha, sudah beda jalan soalnya.

Ehm.. tapi bukan itu bahasan kita. Di dekat gerbang belakang, berdirilah perpustakaan pusat. Gedung perpus ini empat tingkat. Diselimuti ubin, warnanya dari dulu sangat mencolok. Dahulu ia seperti WC raksasa karena ubinnya warna biru seperti ubin toilet. Sekarang ia seperti makras ultaman dengan ubin besar-besar warna perak mengkilap.
Perpustakaan Pusat ITB Dulu Berkeramik Warna Biru
Yang paling menarik dari perpus ini ada bentuknya yang berundak-undak. Bentuk ini sengaja diciptakan sebagai perlambang buku atau tumpukan buku. Lumayan mirip sih, walaupun nggak eksak mirip. Bisa Anda lihat sendiri di dua gambar atas dan bawah, bentuk perpusnya seperti buku yang ditumpuk-tumpuk. Setidaknya itu filosofi perancangnya.
Nah, mitos yang beredar adalah kalau gedung ini dilihat dari atas dia akan terlihat seperti buku. Hey, kalau mirip mirip buku beneran (satu buah buku), bentuknya cuma kotak doang dong jadinya. Tumpukan buku boleh lah walaupun mungkin tidak semirip yang anda bayangkan. Filosofi bukanlah lukisan realis, kawan.
Bangunan ajaib yang terakhir adalah kampus ganesha itu sendiri. Saat merancang kampus ini, orang Belanda sudah memikirkan posisi ITB masak-masak. ITB awalnya dirancang dengan konsep simetris kiri-kanan.

Sumbu tengah adalah ruang tanpa gedung. Dengan demikian Anda akan banyak mendengar gebung barat-timur di ITB misalnya CC Barat CC Timur. Agak membingungkan untuk mencari gedung bagi mahasiswa baru dan orang luar yang pertama kali masuk kesini.
Hint: jangan tertukar GKU Barat dan GKU Timur di hari pertama Anda masuk kuliah.
Dari sumbu tengah ini kita bisa melihat Gunung Tangkuban Perahu di sebelah utara dan Gunung Papandayan di sebelah selatan. Dari Monumen Kubus, Jam Gerbang Depan, Plawid, Sunken Court semua satu garis lurus hingga gunung sana. Sayangnya sekarang pemandangan Gunung Tangkuban Perahu dari gerbang depan sudah agak tertutup oleh bangunan tinggi di sebelah utara kampus (PAU, perpus).
Kemudian, konsep kampus ganesha adalah progresif. Mungkin diambil dari slogan ITB: In Harmonia Progressio. Progresif disini maksud saya adalah mode bangunan dari depan ke belakang dibuat bertahap.
Di depan kita akan mendapati bangunan kuno. Bangunan gaya lama ini memang sudah ada sejak zaman Belanda. Pertama kali waktu ITB dibangun adalah daerah ini. Kemudian, agak ke tengah kita bisa melihat beberapa bangunan sedang (tiga-empat lantai) dengan gaya semi modern. Empat lablek kembar tadi termasuk bagian yang ini. Akhirnya sampai ke belakang kita bisa mendapati bangunan mode modern. Gaya yang dipakai gaya kekinian. Selayaknya bangunan modern pula, ia bertingkat tinggi. Minimal lima lantai lah.
Perpustakaan, PAU, dan BSC-B merupakan bangunan tinggi di dalam daerah ini. PAU sementara ini memegang rekor gedung tertinggi di ITB: 8 lantai. Paling utara kampus terdapat Sabuga (Sasana Budaya Ganesha) dan Saraga (Sasana Olahraga Ganesha). Dua area ini adalah area yang bisa dibilang bergaya modern, walaupun tidak berlantai banyak.
Dalam rencana pembangunan kampus ITB 2020, akan dibangun pula tiga gedung tingkat delapan di belakang kampus dan satu di sisi barat kampus. Cocok dengan gaya modern yang memang posisinya di belakang. Dengan demikian, makin mencolok lah keprogresifan bangunan di kampus ini. Keterangan lebih lanjut dapat diamati di http://jica-project.itb.ac.id.
Itulah 8 misteri dan keunikan Kampus ITB atau Kampus Ganesha di Bandung.
Sumber: https://albadr.blog
Subscribe Youtube