Terbelit Hutang, Akankah Sriwijaya Air Bernasib Sama dengan Merpati & Mandala Airlines?
Maskapai Sriwijaya Air tengah dirundung masalah. Maskapai tersebut terancam tak lagi mengudara di langit Indonesia.
Terbelit Hutang, Akankah Sriwijaya Air Bernasib Sama dengan Merpati & Mandala Airlines?
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Maskapai Sriwijaya Air tengah dirundung masalah.
Maskapai tersebut terancam tak lagi mengudara di langit Indonesia.
Situasi pelik yang dihadapi maskapai yang didirikan oleh keluarga Chandra Lie itu bermula saat berseteru dengan Garuda Indonesia.
Permasalahan itu bermula saat dewan komisaris Sriwijaya Air melakukan perombakan direksi.

Tak tanggung-tanggung, dewan komisaris Sriwijaya “mendepak” orang-orang Garuda Indonesia dari jajaran direksi maskapai tersebut.
Josep Adrian Saul dicopot dari jabatan Direktur Utama Sriwijaya Air.
Lalu, Harkandri M Dahler selaku Direktur Human Capital and Service Sriwijaya Air dan Joseph K Tendean selaku Direktur Komersial Sriwijaya Air juga ikut dicopot.
Baca: Rp 20 Miliar, Pemkab Tanjab Barat dan KPUD Tandatangani NPHD Pilkada Tanjab Barat Tahun 2020
Baca: Daftar 10 Tokoh Muda yang Diajukan Jadi Menteri Jokowi oleh Relawan, H-20 Pelantikan Presiden
Ketiga orang yang dicopot itu merupakan pejabat di Maskapai Garuda Indonesia yang ditugaskan untuk mengelola Sriwijaya Air.
Josep Adrian merupakan mantan General Manager Garuda Indonesia Denpasar, lalu Harkandri M Dahler sebelumnya menjabat Direktur Personalia Garuda Maintenance Facility, sedangkan Joseph K Tendean pernah menjabat sebagai Senior Manager Ancillary Garuda Indonesia.
Padahal, Garuda Indonesia, melalui anak perusahaannya PT Citilink Indonesia, sebelumnya telah menjalin kerja sama manajemen dengan Sriwijaya Air dan NAM Air.
Skema kerja sama itu diambil setelah maskapai swasta yang dimiliki oleh keluarga Chandra Lie itu terbelit utang dengan beberapa perusahaan BUMN.
Sontak, langkah dewan komisaris Sriwijaya tersebut membuat petinggi Garuda Indonesia Grup meradang.
Usai melakukan bersih-bersih orang Garuda, para kreditur Sriwijaya berbondong-bondong menagih utang. Pertama, PT Pertamina (persero) mendesak Sriwijaya Air Group segera melunasi utangnya sebesar Rp 791,44 miliar.
