Tahun 1965 - Ketika Membunuh Orang-orang Komunis di Yogyakarta Halal Hukumnya
Tak hanya dengan kampak, Burhan juga kerap mengeksekusi orang-orang PKI dan para simpatisannya menggunakan pistol.
Kebencian Burhan memuncak setelah mendengar pidato Ketua Comite Central (CC) PKI, Dipa Nusantara Aidit yang menyinggung organisasi HMI.
Kongres III CGMI yang diadakan pada 29 September 1965 mengatakan "kalau CGMI tak mampu menyingkirkan HMI dari kampus, sebaiknya mereka sarungan saja".

Penumpasan dimulai
Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965 meletus.
Kebencian Burhan Kampak kepada orang-orang PKI dan para simpatisannya yang sudah telanjur membatu membuatnya ikut melakukan perlawanan terhadap mereka.
Burhan berada di garis depan dalam operasi penumpasan orang-orang komunis.
Menurut Burhan, operasi penumpasan itu dilakukan bersama tentara.
"Karena masyarakat dan organisasi Islam juga menaruh dendam, kami pun sering bergerak sendiri," kata Burhan.
Baca: 6 Penyebab Henti Jantung, Sering Disebut Angin Duduk, Berikut Cara Pencegahannya, 6 Menit Menentukan
Sebagai staf satu dalam Laskar Ampera Aris Margono dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Burhan mengaku telah mengantongi “License to kill”.
Ada 10 orang yang diberi pistol dan kemudian dilatih di Kaliurang, Yogyakarta.
Pistol yang digunakan adalah pistol jenis FN.
Burhan mengaku sering datang ke markas Kostrad yang saat itu bertempat di Gedung Wanitatama, di Yogyakarta untuk meminta peluru.
Di wilayah Yogyakarta, Burhan menggelar operasi untuk mencari anggota, tokoh, maupun simpatisan PKI.
Operasi yang ia lakukan hampir setiap hari ini dimulai pada akhir 1965 hingga pertengahan tahun 1966.
Wilayah operasi Burhan juga tidak hanya berada di sekitar Yogyakarta, melainkan sampai ke daerah Luweng, Gunungkidul, kemudian ke Manisrenggo, dan Kaliwedi, Klaten, Jawa Tengah.
