Tahun 1965 - Ketika Membunuh Orang-orang Komunis di Yogyakarta Halal Hukumnya
Tak hanya dengan kampak, Burhan juga kerap mengeksekusi orang-orang PKI dan para simpatisannya menggunakan pistol.
Tahun 1965 - Ketika Membunuh Orang-orang Komunis di Yogyakarta Halal Hukumnya
TRIBUNNEWSWIKI.COM – “Daripada dibunuh, lebih baik membunuh,” ujar Burhan Zainuddin Rusjiman dalam Majalah Tempo tahun 2012, “Pengakuan Algojo 1965”.
Burhan adalah salah seorang algojo 1965, salah seorang yang ikut membasmi orang-orang komunis khususnya di daerah Yogyakarta.
Burhan hampir selalu membawa kampak ke manapun dia pergi, karena itu dia juga dijuluki Burhan Kampak.
Tak hanya dengan kampak, Burhan juga kerap mengeksekusi orang-orang PKI dan para simpatisannya menggunakan pistol.
Baca: GADIS yang Ngaku Anak Soeharto Diinterogasi Bu Tien, Temukan Racun Tikus & Bongkar Niat Mengerikan
Baca: Hubungan Jonatan Christie dan Gronya Somerville setelah Korea Open 2019, Cek IG-nya Tambah Seru
Baca: DETIK-detik Benny Moerdani Tangkap Komandan Kopassus: Gagalkan Rencana Penculikan AH Nasution
Kebencian Burhan kepada orang-orang komunis benar-benar telah membatu.
Kebencian itu mulai tumbuh saat dia masih menjadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Dia adalah anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Pada 1962, Majelis Ulama Indonesia dalam muktamarnya di Sumatera Selatan membuat fatwa bahwa komunisme itu haram karena ateis.
"Mulai saat itu, saya berpikir, orang PKI kalau bisa dibina ya dibina, kalau tidak mau ya dibinasakan", kata Burhan.
Kebencian Burhan kepada PKI semakin menjadi saat dia dikeluarkan dari Fakultas Hukum UHM pada tahun ketiga dia kuliah.
Lantaran, dia memasang spanduk dan poster pembubaran Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), organisasi mahasiswa yang berafiliasi dengan PKI.
Baca: Ramalan Zodiak Mingguan (30 Sept-6 Okt) - Virgo Petualangan, Leo Stres, Aries Keuntungan Finansial
Baca: Harga Emas Naik, Gadai Emas Makin Diminati di Jambi
Karena memasang poster itu, Burhan dicap sebagai mahasiswa yang kontrarevolusioner karena menentang konsep Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom) Soekarno.
Berdasarkan pengakuannya, anak-anak CGMI pada kisaran 1963 – 64 kerap meneror dan mengintimidasi mahasiswa beraliran Islam.
Ia menuturkan bahwa hampir setiap hari, para anggota dan simpatisan PKI menggelar demonstrasi di Malioboro dan tempat-tempat strategis di Yogyakarta.