Karhutla di Jambi
Kisah Ayam Aminah Terkecoh Langit Merah Muarojambi, Ingat Cerita 1000 Candi Rara Jonggrang?
Dalam cerita Rara Jonggrang dan Candi Prambanan, Bandung Bondowoso diberi syarat bila ingin mempersunting Rara Jonggrang
Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Duanto AS
Kisah Ayam Peliharaan Aminah Terkecoh Langit Merah di Muarojambi, Ingat Cerita 1000 Candi Prambanan?
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Peristiwa di Kabupaten Muarojambi ini sungguh terjadi, hampir sama dengan kisah Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso merupakan cerita tentang sosok lelaki sakti dalam cerita pembangunan 1.000 Candi di Prambanan.
Dalam cerita Rara Jonggrang dan Candi Prambanan, Bandung Bondowoso diberi syarat bila ingin mempersunting Rara Jonggrang (Roro Jonggrang).
Syarat itu dengan membuat1.000 candi dalam satu malam. Dengan bantuan makhluk halus, Bandung Bondowoso menyelesaikannya.

Namun saat sudah selesai 999 candi, Rara Jonggrang membangunkan dayang-dayang istana untuk membakar jerami di arah timur. Itu supaya makhlus halus yang membantu pembangunan candi kabur karena seakan matahari pagi tiba.
Akhirnya, pembangunan 1000 candi gagal.
Kisah ayam Aminah ini terjadi pada Sabtu (21/9/2019).
Baca: BREAKING NEWS: Putra Meninggal Ternyata Korban Tabrak Lari, Kapolsek: Minibus Putih Kabur Arah Nipah
Baca: Jadwal Live Streaming MotoGP Aragon 2019, Hasil Kualifikasi Siaran Langsung Trans 7 Rossi Posisi Ini
Baca: Perjuangan Panjang Mulan Jameela Akhirnya Lolos ke DPR RI, Ini Kata Caleg yang Digantikan Mulan
Baca: Mencekam, Langit Jambi Berubah Oranye, Kabut Asap dan Kabut Asap di Muarojambi Makin Parah
Baca: VIDEO: Mencekam Tengah Hari Macam Malam, Langit di Jambi Berubah Oranye Akibat Kebakaran Lahan
Sekira pukul 16.00 WIB, suasana gelap sudah terasa di sejumlah desa di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muarojambi, Jambi, pada Sabtu (21/9/2019).
Lampu penerang jalan, hingga lampu rumah warga hidup.
Kondisi ini terpantau di hampir setiap desa, mulai dari Desa Arang-Arang, Sipin Teluk Duren, Puding, Teluk Raya, Pulau Mentaro hingga Desa Pematang Raman.
Sejumlah warga yang terlihat di sepanjang jalan mengenakan masker untuk beraktivitas, sungai di sisi kanan jalan pun terlihat surut.
Kabut asap pekat terasa hingga menghalangi cahaya sinar matahari. Terpaan hawa panas dari kabut asap dan partikel debu terasa kering di kulit.
Saat berkendara sepeda motor akan sulit untuk melihat jelas karena partikel abu yang berterbangan akan terasa pedih di mata.
Sore itu, ruangan Puskesmas pembantu di Desa Pulau Mentaro masih terbuka.
Ditunggui oleh Siti Amina, dan suaminya yang tinggal di sebelah Puskesmas pembantu itu.
Kepada Tribunjambi.com, ia mengatakan suasana gelap di siang hari sudah berlangsung sejak satu minggu terakhir.
"Paling parahnya siang tadi, jam 11 siang terasa seperti magrib," katanya.
Ia bercerita sempat terheran saat mendengatkan azan Dzuhur yang terasa sempat dikiranya adzan Magrib.
Ditambah lagi ayam peliharaannya di belakang rumah tiba-tiba naik bertengger layaknya menyambut malam.
"Sempat heran aku kira magrib tadi, karena tadi sempat ketiduran. Dengan suara adzan di depan udah mulai gelap," katanya.
"Pas kebelakang mau wudu nengok ayam udah naik ke kandang, eh ternyata baru Zuhur. Pas lihat jam ternyata baru jam 12.00 siang, jangankan kito ayam aja bingung masih siang dikira Magrib," sambungnya.
Siti Amina sudah bekerja sebagai bidan sejak lama di pustu Desa Pulau Mentaro, ia mengatakan dalam satu minggu terakhir kabut asap disertai partikel abu memang sangat pekat hingga ke dalam rumah.
Bahkan dalam empat hari terakhir, setidaknya tiga hingga empat orang warga datang memeriksakan kesehatan kesehatan umumnya yang dikeluhkan adalah sesak napas, mata perih dan berair hingga asma yang kambuh.
"Meningkat memang dalam satu minggu ini, tiap hari ada aja warga yang datang meriksa keluhannya kalau tidak ISPA, diare, ada juga kasus anak-anak demam tinggi," ujarnya.
Bahkan beberapa warga dalam beberapa hari terakhir terpaksa dirujuk ke rumah sakit di Kota Jambi karena mengalami gangguan pernapasan karena kabut asap.
"Satu minggu ini tiga orang pasien dirujuk ke rumah sakit di Jambi, satu lansia dan dua orang anak-anak. Penanganan kita di sini kita berobat jalan, tapi kalau harus di rawat terpaksa dirujuk ke rumah sakit karena peralatan kami tidak memadai," ujar Siti Amina.
Ia juga mengatakan, untuk persediaan oksigen di puskesmas pembatu di Desa Pulau Mentaro hanya ada satu tabung kecil oksigen.
Hal ini menurut Amina tidak memadai jika ada pasien dengan riwayat asma yang datang untuk berobat.
"Kami juga keterbatasan masker, stok kita sedikit sementara hampir tiap hari warga ada yang datang minta masker. Kalau bisa dibantu masker," ujarnya.
Ia juga mengatakan untuk mengurangi dampak kabut asap dan partikel debu yang berbahaya setiap warga yang berobat disarankan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. (Dedy Nurdin / Tribunjambi.com)
Baca: Mencekam, Langit Jambi Berubah Oranye, Kabut Asap dan Kabut Asap di Muarojambi Makin Parah
Baca: Tak Tahan Kabut Asap Semakin Parah, Warga Desa Puding Mengungsi
Baca: VIDEO: Mencekam Tengah Hari Macam Malam, Langit di Jambi Berubah Oranye Akibat Kebakaran Lahan
Baca: VIDEO: Viral Ular Berkaki, Panji Petualang Jelaskan Fakta Sebenarnya, Benarkah Kobra?
Baca: VIDEO: Wanita Berseragam PNS Adegan Syur jadi Viral, Begini Nasibnya Sekarang, Padahal Berprestasi