RUMAH Jenderal Ahmad Yani Dikepung, Terjadi Debat Sengit hingga Terdengar Rentetan Tembakan
TRIBUNJAMBI.COM - Peristiwa Gerakan 30 September/PKI menyisakan duka yang mendalam bagi bangsa
Sontak saudara-saudara Eddy terbangun dan keluar ke ruang makan, mereka mendapati ayahnya tengah diseret dan bersimpah darah.
Salah satu dari tentara tersebut membentak saudara-saudara Eddy untuk masuk kembali ke kamar masing-masing.
Mereka diancam akan ditembak kalau tak mengindahkan perintah tersebut.
Baca: Berlinang Air Mata, Halimah Pasrah Rumahnya Habis Terbakar
Dini hari pukul 04.00 1 Oktober 1965 menjadi peristiwa yang tak dapat dilupakan oleh Irawan Sura Eddy atas meninggalnya ayahandanya.
Kesedihan Ayah Ani Yudhoyono Saat Ahmad Yani Dibantai PKI
Gugurnya jenderal Ahmad Yani saat pemberontakan PKI alias G30S/PKI membuat ayah Ani Yudhoyono, Sarwo Edhie Wibowo menjadi bersedih.
Kesedihan Sarwo Edhie Wibowo ini diungkap dalam buku berjudul 'Sarwo Edhie dan Misteri 1965', Penerbit Buku Gramedia 2012
Hal ini berawal saat lokasi jasad ketujuh jenderal TNI korban PKI itu ditemukan berdasarkan informasi dari agen polisi yang bernama Sukitman
Baca: Liburan ke Korea Selatan, Pemerintahnya Beri Fasilitas Bebas Visa Hingga 31 Desember 2019
Sarwo Edhie Wibowo yang saat itu menjabat sebagai danjen Kopassus pun ikut mencari lokasi keberadaan jasad ketujuh jenderal TNI korban PKI

Informasi mengarah pada sebuah rumah atau pondok kecil di Lubang Buaya yang didekatnya terdapat sebuah pohon besar.
Dilakukan pencarian di sekitarnya dan ditemukan sebidang tanah yang sudah tidak digunakan, tetapi terlihat tanda mencurigakan seperti baru dipakai.
Di tempat itu, tumpukan dedaunan dikorek-korek dan terlihat permukaan sebuah sumur tua.
Karena tidak memiliki peralatan untuk menggali tanah, mereka meminta bantuan warga sekitar untuk menggali sumur itu.
Baca: Nasib Apes Begal yang Mau Perkosa Pacar Korbannya, Bukannya Dapat yang Diinginkan Malah Nyawa Hilang
Penggalian sulit dilakukan karena lubang sumur itu hanya pas untuk satu orang, proses penggalian memakan waktu lama.
Hari mulai gelap, belum ditemukan tanda-tanda yang mencurigakan. Generator milik Tjakrabirawa dihidupkan untuk menerangi proses penggalian.