BJ Habibie Wafat
Alwi Abdul Djalil Habibie,Pria yang Membentuk BJ Habibie Jadi Sosok Jenius, Seperti Ini Didikkannya
Sosok Alwi Abdul Djalil Habibie menjadi satu diantara orang yang memiliki peran penting terhadap perkembangan Baharudin Jusuf Habibie
Alwi Abdul Djalil Habibie, Ayah yang Membentuk BJ Habibie Menjadi Sosok Jenius, Seperti Ini Didikannya
TRIBUNJAMBI.COM - Sosok Alwi Abdul Djalil Habibie menjadi satu diantara orang yang memiliki peran penting terhadap perkembangan Baharudin Jusuf Habibie.
Alwi Abdul Djalil Habibie merupakan ayah dari Presiden Ketiga RI BJ Habibie yang meninggal dunia pada Rabu (11/9/2019).
Alwi lah yang mendidik Habibie hingga menjadi sosok yang selalu ingin tahu dan berusaha memecahkan setiap masalah yang ada.
Meninggalnya BJ Habibie pada Rabu (11/9/2019) menyisakan duka mendalam bagi bangsa Indonesia.
Selain pernah menjabat senagai presiden yang berjasa mengembalikan kekuasan kepada rakyat.
Baca: VIDEO: Mengharukan, 2 Hal yang Dibisikkan Quraish Shihab Ini Bikin BJ Habibie Menitikkan Air Mata
Baca: VIDEO Detik-detik Reza Rahardian Menangis Saat Melayat BJ Habibie: Selamat Jalan Eyang, Terima Kasih
Baca: Menurut Wakil Ketua KPK Laode M Syarif, DPR dan Pemerintah Berkonspirasi Melucuti Kewenangan KPK
BJ Habibie dikenal sebagai salah satu sosok orang jenius dan aset berharga yang dimiliki Indonesia, bahkan dunia.
Presiden RI ke-3 itu memiliki kejeniusan dalam bidang teknologi penerbangan, dan memperoleh gelar doktor di Jerman.
Bahkan teorinya masih dipakan di semua pesawat dunia yaitu Crack Progression Theory atau dikenal sebagai faktor Habibie.
Rupanya kejeniusan Habibie ini telah ada sejak kecil, berkat didikan dan gembelengan ayahnya, Alwi Abul Djalil Habibie.
Menurut bukan biografi BJ Habibie berjudul Rudi: Kisah Masa Muda Sang Visioner, yang dikutip dari Kompas.com, menceritakan bagaimana kisah Habibie sejak kecil.
Habibie yang memiliki nama kecil Rudy digambarkan sebagai anak yang cerewet dan selalu ingin tahu segalanya.
Ketika usia 2-3 tahun dia aktif bertanya kepada ayahnya, tetnag kenapa begini dan kenapa begitu.
Pada usia 3 tahun pernah suatu ketika Rudy bertanya pada ayahnya, mengapa dia mengabungkan kedua pohon berbeda atau tak sejenis.
Saat itu kebetulan Alwi menjabat sebagai landbouwconsulent atau setara Kepala Dinas Pertanian di Parepare, Sulawesi Selatan.
Lantas, Alwi menjawab pertanyaan Rudy dengan serius namun sederhana.
"Papi sedang melakukan eksperimen, jadi kita bisa menemukan jawaban setelah percobaan, nah ini namanya setek."
Baca: Menurut Wakil Ketua KPK Laode M Syarif, DPR dan Pemerintah Berkonspirasi Melucuti Kewenangan KPK
Baca: Gara-gara Bilang Pacarnya Saya Pakai 3 Menit, Begal Mati di Tangan Siwa SMA di Malang, 4 Vs 1
Baca: Begini Kondisi Udara di Kota Jambi Beberapa Hari Terakhir
"Batang bawah itu adalah mangga yang ada di tanah kita, tapi rasanya tidak seenak mangga jawa,"katanya.
"Jadi batang Mangga dari Jawa, Papi gabungkan dengan batang di bawah ini," tambahnya.
Namun Rudy masih bertanya, "Mengapa Papi gabungkan?", lalu ayahnya menjawab "Agar kamu dan teman-teman bisa makan mangga yang enak."
Namun Rudy kembali bertanya, "kalau gagal bagaimana?"
Alwi menjawabnya lagi, "Kita cari cara lain dan pohon mangga lain agar bisa tumbuh disini.
Setiap kali Rudy bertanya pada ayahnya, selalu dijawab dengan sederhana namun serius, supaya gampang dipahami anak kecil.
Dari situlah keingintahuan Rudy terus tumbuh dan terasah sampai dewasa.
Sejak usia 4 tahun, Habibie juga rajin membaca buku, mulai ensiklopedia sampai buku cerita karya Leonardo Da Vinci, dan buku fiksi ilmiah karya Jules Verne.
Rudy dikatakan senang sekali membaca buku-buku berbahasa Belanda itu.
Namun kegemarannya membaca membuatnya mengurung diri di kamar, dan harus dipaksa keluar kamar.
Hal itu juga menjadikannya gagap karena tidak terbiasa berbicara dengan orang di luar rumah.
Melalui cara Alwi, Habibie tumbuh menjadi manusia yang gemar memecahkan setiap masalah, termasuk dalam teknologi kedirgantaraan.
Bahkan, saat peluncuran buku biografinya, Habibie mengatakan, "Saya lahir cuma butuh tidur empat jam, selebihnya duapuluh jam, panca indera saya menyerap lingkungan dan sekitar."
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/alwi-abdul-djalil-habibie-dan-bj-habibie.jpg)