Tak Ada Titik Temu Dengan KPAI, PB Djarum Hentikan Audisi Beasiswa Bulu Tangkis 2020, Ini Alasannya

PB Djarum memutuskan untuk meniadakan event Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis tahun depan.

Editor: bandot
DOK. PB DJARUM
Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, saat jumpa pers Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis 2019 di Hotel Aston Imperium, Purwokerto, Sabtu (7/9/2019).(DOK. PB DJARUM) 

Sepanjang 5 dekade itu pula, air mata kesedihan kemudian bertransformasi menjadi mata air prestasi PB Djarum bagi bulutangkis Indonesia.

Berbagai cerita tentang air mata duka dan air mata bahagia inilah yang kemudian mengemuka dalam acara puncak perayaan syukur HUT ke 50 PB Djarum.

Legenda Bulutangkis PB Djarum
Legenda pebulutangkis PB Djarum di acara puncak HUT ke-50 PB Djarum

Digelar di GOR Djarum, Jati, Kudus, Jawa Tengah, pada Minggu (28/4), ratusan legenda bulutangkis maupun alumni PB Djarum turut hadir. Beberapa di antaranya Christian Hadinata, Hastomo Arbi, Hariyanto Arbi, Sigit Budiarto, Tontowi Ahmad, Liliyana Natsir, Hendrawan, dan lainnya. Mereka saling berbagi kisah tentang perjalanannya bersama PB Djarum.

Rangkaian perayaan usia emas PB Djarum diawali sejak siang dengan peluncuran empat buah buku yang mendokumentasikan tentang berbagai cerita dan perjalanan prestasi atlet PB Djarum yang mewarnai dunia bulutangkis Indonesia.

Kemudian puncak perayaan HUT ke 50 PB Djarum diisi dengan pemberian penghargaan berupa pin emas kepada tokoh- tokoh dan legenda PB Djarum yang telah berjasa mengharumkan nama bangsa di kancah bulutangkis dunia.

Selain itu, PB Djarum juga berkomitmen memberikan dukungan kepada atlet disabilitas yang akan berlaga di cabang para badminton di level internasional.

Tidak hanya memberikan penghargaan, perayaan HUT ke 50 PB Djarum juga diramaikan oleh penampilan seni tari dari para atlet muda PB Djarum.

Sementara itu, para alumni PB Djarum juga akan menunjukkan kemampuan “istimewa” mereka dengan tampil sebagai grup band di mana Tontowi Ahmad didapuk sebagai vokalisnya.

Mengenang awal mendirikan PB Djarum, 50 tahun lampau, Pendiri PB Djarum, Robert Budi Hartono menuturkan alasannya membangun klub bulutangkis di kota Kudus.

“Kita waktu itu sudah melihat bahwa Indonesia paling menonjol di bulutangkis. Saya pikir kenapa tidak kalau kita bisa menyumbangkan sesuatu untuk Indonesia melalui bulutangkis, kebanggaan nasional, menggalang persatuan,” kenang Robert Budi Hartono.

Ada sebuah fragmen menarik diceritakan Robert Budi Hartono tentang air mata yang turut mewarnai periode awal berdirinya PB Djarum.

Sekitar tahun 1971, dalam sebuah kejuaraan lokal di Kudus, Budi Hartono melihat seorang lelaki muda berusia 15 tahun menangis di anak tangga pojokan gedung. Lelaki muda itu menangis karena baru saja kalah bertanding.

Kepadanya, Budi Hartono memberikan nasehat agar tak putus asa. Bahkan ia juga menawarkan lelaki muda ini untuk ikut bergabung dan berlatih di PB Djarum.

Baca: Dewan Akan Konfirmasi Ulang ke Irjen Firli, Dugaan Pelanggaran Kode Etik Bertemu TGB

Baca: Edisi, Spesialis Donat Gandung, Isian Coklat Jadi Paling Favorit di Jambi

Baca: Mudah dan Cepat, Syarat Membuat E-Paspor Secara Online, Lengkap Daftar Kantor Imigrasi yang Melayani

Kini, sosok anak muda berlinang air mata itu kita kenal sebagai Liem Swie King, seorang legenda bulutangkis Indonesia dengan prestasi kaliber dunia.

Budi Hartono berharap kisah air mata King ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi para atlet saat ini agar tidak pernah menyerah berjuang dan berlatih keras demi meraih prestasi.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved