Siapa Sebenarnya Kapten Johan Carstensz? Catatan Rahasia hingga Freeport Bisa Bercokol di Papua

Banyak yang belum mengetahui perjalanan panjang tambang emas terbesar di dunia yang ada di Papua ini dibuka. Berikut ini catatan yang berawal dari ...

Penulis: Duanto AS | Editor: Duanto AS
tokohpenemu.blogspot.com
Kapten Johan Carstensz 

Banyak yang belum mengetahui perjalanan panjang tambang emas terbesar di dunia di Papua, PT Freeport Indonesia dibuka. Berikut ini catatan yang berawal dari tulisan sang kapten kapal Johan Carstensz.

TRIBUNJAMBI.COM - Sejarah panjang Freeport di Indonesia banyak yang belum mengetahui.

Ada banyak catatan menarik terkait pertambangan emas PT Freeport Indonesia.

Nama-nama orang yang terkait perjalanan panjang masuk dan bercokolnya perusahaan tambang emas terbesar di dunia, ini kerap dikenal sebagai tokoh penting dunia.

Nama-nama seperti Carstensz, Forbes, Julius Tahija, Ali Budiarjo, dll, tercatat dalam proses itu.

Sebenarnya bagaimana tambang dengan cadangan emas terbesar di dunia ini diketahui dan 'dipegang' Freeport?

Tambang emas di Papua ini memang diperbincangkan, karena selalu aktual.

Berikut ini sejarahnya.

Baca Juga

 Postingan Instagram Aura Kasih saat Glenn Fredly Menikah dengan Mutia Ayu, Tak Diundang?

 Kejanggalan Pernikahan Glenn Fredly dan Mutia Ayu, Padahal Mantan Aura Kasih ini Pernah Bilang Ini

 Perubahan Bentuk Tubuh Aura Kasih sudah Tak Seperti Dulu Lagi, Lihat Kondisinya setelah Melahirkan

 Umur Susi Pudjiastuti dan Latar Belakang Keluarga Sebenarnya, Generasi Kelima di Pangandaran

 Sah, Tiga Calon Menantu yang Dicoret Susi Pudjiastuti, Status Gading Marten dan Nadine Kaiser Jelas

Situs wikipedia menuliskan awal mula PT Freeport Indonesia berdiri, sesungguhnya terdapat kisah perjalanan yang menarik untuk diketahui.

Pada 1904-1905, suatu lembaga swasta dari Belanda Koninklijke Nederlandsche Aardrijkskundig Genootschap (KNAG) yakni Lembaga Geografi Kerajaan Belanda, menyelenggarakan suatu ekspedisi ke Papua Barat Daya.

Tujuan utamanya adalah mengunjungi Pegunungan Salju yang konon kabarnya ada di Tanah Papua.

Catatan pertama tentang pegunungan salju ini adalah dari Kapten Johan Carstensz, yang dalam perjalanan dengan dua kapalnya Aernem dan Pera ke “selatan” pada 1623 di perairan sebelah selatan Tanah Papua.

Tiba-tiba jauh di pedalaman melihat kilauan salju dan mencatat.

Itu tertulis di dalam buku hariannya pada 16 Februari 1623 tentang suatu pegunungan yang “teramat tingginya” yang pada bagian-bagiannya tertutup oleh salju.

Catatan Carsztensz ini menjadi cemoohan kawan-kawannya yang menganggap Carstensz hanya berkhayal.

Ekspedisi perdana

Walaupun ekspedisi pertama KNAG tersebut tidak berhasil menemukan gunung es yang disebut-sebut dalam catatan harian Kapten Carstensz, inilah cikal bakal perhatian besar Belanda terhadap daerah Papua.

Peta wilayah Papua pertama kali dibuat dari hasil ekspedisi militer ke daerah ini pada tahun 1907 hingga 1915.

Ekspedisi-ekspedisi militer ini kemudian membangkitkan hasrat para ilmuwan sipil untuk mendaki dan mencapai pegunungan salju.

Freeport
Freeport (KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Beberapa ekspedisi Belanda yang terkenal dipimpin oleh Dr. HA.Lorentz dan Kapten A. Franzen Henderschee.

Semua dilakukan dengan sasaran untuk mencapai puncak Wilhelmina (Puncak Sudirman sekarang) pada ketinggian 4.750 meter.

Nama Lorentz belakangan diabadikan untuk nama Taman Nasional Lorentz di wilayah Suku Asmat di pantai selatan.

 Masjid Terdalam di Dunia Ini Jadi Lokasi Tarawih Para Pekerja PT Freeport Indonesia,Capai 1700 Meter

 Insinyur Freeport Sebut Gunung Tembaga di Papua Mengandung Perak dan Emas Langka

 Psy War Rhenald Kasali Bilang AS sempat Rapatkan Pasukan ke Australia saat Freeport Jatuh

Pada pertengahan 1930, dua pemuda Belanda Colijn dan Dozy, keduanya adalah pegawai perusahaan minyak NNGPM yang merencanakan pelaksanaan cita-cita mereka untuk mencapai puncak Cartensz.

Petualangan mereka kemudian menjadi langkah pertama bagi pembukaan pertambangan di Tanah Papua empat puluh tahun kemudian.

Pada 1936, Jean Jacques Dozy menemukan cadangan Ertsberg atau disebut gunung bijih, lalu data mengenai batuan ini dibawa ke Belanda.

Setelah sekian lama bertemulah seorang Jan Van Gruisen – Managing Director perusahaan Oost Maatchappij, yang mengeksploitasi batu bara di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengggara dengan kawan lamanya Forbes Wilson, seorang kepala eksplorasi pada perusahaan Freeport Sulphur Company yang operasi utamanya ketika itu adalah menambang belerang di bawah dasar laut.

Kemudian Van Gruisen berhasil meyakinkan Wilson untuk mendanai ekspedisi ke gunung bijih serta mengambil contoh bebatuan dan menganalisisnya serta melakukan penilaian.

Awal masa pemerintahan Soeharto

Pada awal periode pemerintahan Soeharto, pemerintah mengambil kebijakan untuk segera melakukan berbagai langkah nyata demi meningkatkan pembanguan ekonomi.

Dengan kondisi ekonomi nasional yang terbatas setelah penggantian kekuasaan dari Soekarno, pemerintahan Soeharto segera mengambil langkah strategis dengan mengeluarkan Undang-undang Modal Asing (UU Nomor 1/1967).

Undang-undang yang pertama dibuat pemerintahan Soeharto inilah yang jadi pintu masuk Freeport ke Indonesia.

Pimpinan tertinggi Freeport pada masa itu yang bernama Langbourne Williams melihat peluang untuk meneruskan proyek Ertsberg.

Dia bertemu Julius Tahija yang pada zaman Presiden Soekarno memimpin perusahaan Texaco dan dilanjutkan pertemuan dengan Jenderal Ibnu Sutowo, yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Perminyakan Indonesia.

Aktivitas pekerja di tambang bawah tanah di tambang PT Freeport Indonesia di Papua.
Aktivitas pekerja di tambang bawah tanah di tambang PT Freeport Indonesia di Papua. (Freeport Indonesia)

Inti dalam pertemuan tersebut adalah permohonan agar Freeport dapat meneruskan proyek Ertsberg.

Akhirnya dari hasil pertemuan demi pertemuan yang panjang Freeport mendapatkan izin dari pemerintah untuk meneruskan proyek tersebut pada tahun 1967.

Itulah Kontrak Karya Pertama Freeport (KK-I).

Kontrak karya tersebut merupakan bahan promosi yang dibawa Julius Tahija untuk memperkenalkan Indonesia ke luar negeri dan misi pertamanya adalah mempromosikan Kebijakan Penanaman Modal Asing ke Australia.

Sebelum 1967 wilayah Timika adalah hutan belantara.

Pada awal Freeport mulai beroperasi, banyak penduduk yang pada awalnya berpencar-pencar mulai masuk ke wilayah sekitar tambang Freeport sehingga pertumbuhan penduduk di Timika meningkat.

Pada 1970, pemerintah dan Freeport secara bersama-sama membangun rumah-rumah penduduk yang layak di jalan Kamuki.

Kemudian dibangun juga perumahan penduduk di sekitar selatan Bandar Udara yang sekarang menjadi Kota Timika.

Pada 1971 Freeport membangun Bandar Udara Timika dan pusat perbekalan, kemudian juga membangun jalan-jalan utama sebagai akses ke tambang dan juga jalan-jalan di daerah terpencil sebagai akses ke desa-desa.

Pada 1972, Presiden Soeharto menamakan kota yang dibangun secara bertahap oleh Freeport tersebut dengan nama Tembagapura.

26012016_freeport
26012016_freeport (REUTERS/MUHAMMAD YAMIN)

Pada 1973 Freeport menunjuk kepala perwakilannya untuk Indonesia sekaligus sebagai presiden direktur pertama Freeport Indonesia.

Adalah Ali Budiarjo, yang mempunyai latar belakang pernah menjabat Sekretaris Pertahanan dan Direktur Pembangunan Nasional pada 1950-an, suami dari Miriam Budiarjo yang juga berperan dalam beberapa perundingan kemerdekaan Indonesia, sebagai sekretaris delegasi Perundingan Linggarjati dan anggota delegasi dalam perjanjian Renville.

Siapa sebenarnya PT Freeport Indonesia

PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc..

Perlu diketahui, PT Freeport Indonesia menambang, memroses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas, dan perak.

Perusahaa ini beroperasi di daerah dataran tinggi Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Indonesia.

Freeport Indonesia memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.

Saham siapa?

Setelah perjalanan panjang, Indonesia akhirnya memiliki saham besar di PT Freeport Indonesia.

Saham PT Inalum (Persero) di PT Freeport Indonesia (PTFI) resmi menjadi 51,23 persen.

Secara resmi telah ada penandatanganan sejumlah perjanjian sebagai kelanjutan dari Pokok-Pokok Perjanjian (Head of Agreement) terkait penjualan saham FCX dan hak partisipasi Rio Tinto di PT Freeport Indonesia(PTFI) ke Inalum.

Penandatanganan dilakukan antara Holding Industri Pertambangan PT Inalum (Persero), Freeport McMoRan Inc. (FCX) dan Rio Tinto di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (27/9/2018).

Perjanjian tersebut meliputi Perjanjian Divestasi PTFI, Perjanjian Jual Beli Saham PT Rio Tinto Indonesia (PTRTI), Perjanjian Pemegang Saham PTFI, yang dilengkapi dengan Services Agreement dan Economic Replacement Agreement, serta Perjanjian Pengambilan Saham PTFI.

Penandatanganan dilakukan Direktur Utama Inalum Budi G Sadikin, CEO FCX Richard Adkerson, dan perwakilan Rio Tinto, disaksikan Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya.

Pemda Papua juga akan memperoleh 10 persen dari 100 persen saham PTFI. Namun, perubahan kepemilikan saham ini akan resmi terjadi setelah transaksi pembayaran sebesar USD 3,85 miliar atau setara dengan Rp 56 triliun kepada FCX diselesaikan sebelum akhir tahun 2018.

Menteri Ignasius Jonan mengatakan dengan penandatanganan perjanjian itu, pemerintah akan menerbitkan IUPK dengan masa operasi maksimal 2x10 tahun sampai tahun 2041.

Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri bersiap menyusuri jalur es puncak Nggapulu atau puncak Soekarno di ketinggian sekitar 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl), kawasan Pegunungan Jayawijaya, Papua, Senin (19/4/2010).
Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri bersiap menyusuri jalur es puncak Nggapulu atau puncak Soekarno di ketinggian sekitar 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl), kawasan Pegunungan Jayawijaya, Papua, Senin (19/4/2010). (KOMPAS/HARRY SUSILO)

Melansir kompas.com, PTFI selama ini mengelola Tambang Grasberg, di Kabupaten Mimika, Papua.

Di sana terdapat tambang emas terbesar di dunia. Selain emas, di tambang tersebut terdapat pula tembaga dan perak.

Diperkirakan total kekayaan di Tambang Grasberg bernilai lebih dari 150 miliar dollar AS atau Rp 2.190 triliun. Angka itu sama dengan biaya penyelenggaraan 66 kali Asian Games 2018.

Sejarah kontrak karya PT Freeport Indonesia

1936 – Jacques Dozy menemukan cadangan ‘Ertsberg’.
1960 – Ekspedisi Forbes Wilson untuk menemukan kembali ‘Ertsberg’.
1967 – Kontrak Karya I (Freeport Indonesia Inc.) berlaku selama 30 tahun sejak mulai beroperasi tahun 1973.
1988 – Freeport menemukan cadangan Grasberg. Investasi yang besar dan risiko tinggi, sehingga memerlukan jaminan investasi jangka panjang.
1991 – Kontrak Karya II (PT Freeport Indonesia) berlaku 30 tahun dengan periode produksi akan berakhir pada tahun 2021, serta kemungkinan perpanjangan 2x10 tahun (sampai tahun 2041).

Luas wilayah PT Freeport Indonesia

Eksplorasi

Eksplorasi KK-A = 10.000 Ha
Eksplorasi KK-B = 202.950 Ha
Total Wilayah = 212.950 Ha

Luas wilayah KK Blok B terakhir seluas 212.950 hektare tersebut hanya tinggal 7,8% dari total luas wilayah eksplorasi pada tahun 1991.

1991 = 2,6 juta Ha
2012 = 212.950 Ha

Itulah sekelumit tentang PT Freeport Indonesia, tambang emas terbesar di dunia yang berada di Papua.

 Siapakah Tony Wenas? Jejak Karier Direktur Utama PT Freeport Indonesia yang Baru

 Kultwit Mahfud MD, Bongkar Awal Mula Jatuhnya Tambang Emas Terbesar di Dunia ke Freeport

 Perubahan Bentuk Tubuh Aura Kasih sudah Tak Seperti Dulu Lagi, Lihat Kondisinya setelah Melahirkan

 Postingan Instagram Aura Kasih saat Glenn Fredly Menikah dengan Mutia Ayu, Tak Diundang?

 Kejanggalan Pernikahan Glenn Fredly dan Mutia Ayu, Padahal Mantan Aura Kasih ini Pernah Bilang Ini

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved