Curhat Tak Biasa Vera Oktaria Sebelum Dibakar, Takut Dicari Prada DP Sampai Pindah ke Bengkulu
Namun ternyata hanya tiga saksi yang datang yakni Imelda (21) yang merupakan teman dekat Vera, Serli (22) mantan pacar Prada DP, dan Elsa Eliza
Curhat Tak Biasa Vera Oktaria Sebelum Dibakar, Takut Dicari Prada DP Sampai Pindah ke Bengkulu
TRIBUNJAMBI.COM - Ternyata ada fakta baru dalam kasus kematian Vera Oktaria yang dilakukan Prada DP.
Sebelumnya, teman dekat Vera Oktaria, Imelda (21), diminta untuk menjadi saksi untuk mengungkap fakta baru terkait pembunuhan dilakukan Prada DP.
Selasa (06/08/2019) Imelda menghadiri sidang kedua kasus pembunuhan Vera Oktaria yang dilakukan Prada DP di Pengadilan Militar I-04 Palembang.
Dalam sidang tersebut, Oditur mengagendakan delapan saksi tambahan untuk dimintai keterangan.
Namun ternyata hanya tiga saksi yang datang yakni Imelda (21) yang merupakan teman dekat Vera, Serli (22) mantan pacar Prada DP, dan Elsa Eliza yakni bibi Prada DP.
Baca: Sempat Diajak Tinju Al Ghazali, Dilaporkan Zina, Kini Kontroversi Farhat Abbas dengan Hotman Paris
Baca: Danjen Kopassus Naik Sepeda Pakai Kostum Tempur, Ratusan Prajurit Ikut di Belakangnya
Baca: OTT Suap Impor Bawang Putih, KPK Tangkap Anggota DPR RI, Nyoman Dhamantra di Bandara
Baca: Peringatan Untuk Hotman Paris, Andar Situmorang: Buat Malu Orang Batak! Dia Gebukin Meriam Bellina
Melansir dari Kompas.com, saat bersaksi, Imelda mengungkapkan bahwa hubungan Vera dan Prada DP terjalin tahun 2015 lalu.
Di awal pacaran, Vera dan Prada DP terlihat mesra dan jarang cek-cok.
Namun setelah satu tahun pacaran, sifat asli Prada DP muncul dan kerap berperilaku kasar pada Vera.
Imelda mengaku pernah melihat Prada DP dan Vera bertengkar hanya karena masalah memori handphone.
Bahkan saat bertengkar, Prada DP mencekik leher Vera.
"Sekitar tahun 2017 saya pernah melihat korban dan pelaku ini bertengkar di rumah Vera. Waktu itu Vera dicekik oleh Prada DP, mereka ribut masalah memori handphone," kata Imelda.

Imelda berujar bahwa Vera beberapa kali curhat kepadanya.
Vera pun pernah bercerita kalau dirinya takut lantaran Prada DP kasar dan sering melakukan penganiayaan terhadapnya.
Untuk mennghindari Prada DP, Vera bahkan sampai pindah ke Kota Bengkulu.
Namun ternyata usaha Vera gagal lantaran Prada DP berhasil menjemputnya.
Tahu Prada DP kabur dari tempat pendidikan TNI, Vera semakin ketakutan kalau dirinya dicari oleh sang kekasih.
"Vera sempat cerita, DP ini pernah ngomong lebih baik kamu (korban) mati daripada diambil orang. Korban makin ketakutan saat tahu pacarnya itu kabur," ujarnya, seperti yang TribunStyle.com kutip dari Kompas.com.
Hubungan Imelda dan Vera memang sangat dekat.
Hal ini lantaran mereka sudah berteman sejak SD.
Jarak rumah mereka pun cukup berdekatan.
Vera juga selalu menceritakan apa yang terjadi padanya termasuk soal hubungannya dengan Prada DP pada Imelda.
Imelda juga mengatakan bahwa Vera ingin putus dari Prada DP namun tak bisa.
Hal ini lantaran Prada Dp selalu mengancamnya.
"Vera cerita ingin putus sama DP, tapi tidak bisa. DP selalu mengancamnya. Hubungan mereka tidak harmonis selama satu tahun pacaran," kata Imelda di dalam ruang sidang.
Setelah mendengarkan kesaksian dari Imelda, Hakim Ketua Letkol CHK Khazim memberikan kesempatan kepada Prada DP untuk bertanya kepada saksi.
"Saudara terdakwa, apa ada yang mau ditanyakan kepada saksi?" tanya Letkol CHK Khazim.
"Siap, ada yang mulia," ucap Prada DP.
"Saksi, bagaimana kamu tahu saya putus sama Fera?" tanya Prada DP.
"Fera yang cerita," jawab Imelda.

"Saya sama Fera selama ini kan harmonis, kok kamu tahu saya putus sama Fera?" timpal terdakwa Prada DP.
Mendengar statement yang terlontar dari Prada DP, ibunda Vera, Suhartini (50), meradang.
Suhartini marah mendengar ucapan harmonis dari Prada DP soal hubungannya dengan Vera.
"Harmonis dari mana," ucap Suhartini. Anggota TNI yang berjaga di ruang sidang kemudian mencoba menenangkan Suhartini.
Imelda juga menyebut bahwa malam sebelum Vera meninggal dibunuh, dirinya masih bertemu sang sahabat.
Kala itu Vera curhat soal dirinya yang ketakutan dicari Prada DP yang kabur dari tempat pendidikan.
"Malam sebelum ditemukan meninggal saya masih ketemu Fera. Korban curhat takut dicari DP, karena DP itu minggat dari tempat pendidikan," ungkapnya.
Imam Satria, sosok yang sarankan Prada DP untuk bakar jenazah Vera Oktaria
Ide membakar jenazah Vera Oktaria untuk menghilangkan jejak ternyata tak datang langsung dari Prada DP.
Sosok pria bernama Imam Satria (36) disebut-sebut sebagai orang yang menyarankan Prada DP agar membakar mayat Vera.
Melansir dari TribunSumsel, Imam adalah satu-satunya orang di luar lingkungan keluarga Prada DP yang tahu soal pembunuhan Vera Oktaria.
Usai membunuh Vera, Prada DP menceritakan apa yang telah dilakukannya pada ketiga pamannya yakni Dodi, Teguh, dan Sahir.
Prada DP juga memberitahukannya pada Imam yang merupakan teman Sahir dan Teguh.
Akan dihadirkan sebagai saksi kunci di persidangan Prada DP, Imam ternyata sudah meninggal dunia.
Imam ditemukan tewas tenggelam di Sungai Dawas, Desa Pinang Banjar, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin pada 22 Juni 2019.
Imam tewas sebulan setelah pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan oleh Prada DP pada 8 Mei 2019.
Keterlibatan Imam di pembunuhan Vera berawal ketika Prada DP bingung mencari cara untuk menghilangkan mayat Vera.
Sekitar pukul 06.00, Prada DP keluar dari kamar menuju teras belakang penginapan.

Prada DP kemudian masuk ke gudang di penginapan dan mengambil sebuah gergaji bekas tak bergagang.
Prada Dp kemudian mengambil gergaji tersebut dan membawa ke kamarnya untuk memutilasi Vera.
"Di dalam kamar terdakwa melepas pakaiannya dan hanya menggunakan celana dalam dan selanjutnya mambawa masuk mayat Vera ke dalam kamar mandi," kata Oditur.
Prada DP kemudian merebahkan tubuh tak bernyawa Vera di samping kloset.
"Terdakwa lalu memotong siku tangan kanan korban dengan gergaji yang diambilnya dari gudang. Sebelum tangan korban putus, gergaji yang digunakan patah," kata Oditur.
Dikarenakan gergajinya patah, Prada DP kembali bingung dan mencari cara bagaimana membuang mayat Vera.
Pukul 08.00, Prada DP lalu keluar kamar dengan membawa patahan gergaji besi dibungkus pakaian dengan tas ransel.
Prada DP kemudian mengendarai sepeda motor Vera dan pergi ke jembatan Sungai Lilin.
Prada DP kemudian membuang pakaian dan gergaji besi itu.
Setelah itu Prada DP pergi ke rumah Dodi yang merupakan pamannya.
Kepada Dodi, Prada DP mengaku telah membunuh Vera.
Prada Dp kemudian memberi uang pada Dodi untuk membeli plastik besar yang akan digunakan untuk membuang mayat Vera.

Setelah mendapatkan kantong plastik itu, Prada DP lalu berangkat ke pasar Sungai Lilin.
"Terdakwa membeli jeruk dan salak 1 kilogram dan gergaji besi Rp 50 ribu dan kembali ke penginapan," katanya.
Sampai di penginapan, Prada DP lalu memberi salak tadi pada petugas resepsionis.
Prada DP kemudian masuk ke kamar tempatnya menginap dan kembali menggergaji lengan Vera sampai putus.
Ia lalu melanjutkan menggergaji bagian tubuh lain tapi kemudian gergaji itu kembali patah.
Bingung, Prada DP lalu menelepon Teguh dan meminta dibelikan gergaji tapi ditolak.
Prada DP lalu pergi ke pasar Sungai Lilin lagi dan membeli tiga buah ransel.
Namun sesampai di hotel Prada DP merasa tiga tas tadi kurang besar dan ia kembali ke Pasar Sungai Lilin lagi untuk membeli koper.
Prada DP lalu mengukur tubuh Vera dengan koper dan meletakkan potongan tangan Vera ke koper yang baru dibelinya itu.
Ia lalu kembali lagi ke Pasar Sungai Lilin untuk membeli koper yang lebih besar sekitar pukul 10.00.
Setelah itu ia kembali kemar dan meletakkan koper itu.

Merasa sudah tiga kali bolak-balik keluar, Prada DP menutupi kecurigaan orang dengan berpura-pura menonton televisi.
Prada DP memakan jeruk yang dibelinya di pasar sambil tiduran.
Pukul 15.00, Prada DP lalu keluar membawa baju seragam indomaret milik Vera dan pakaian barang-barang lainnya.
Pakaian itu lalu dibuang dari atas jembatan lagi.
Prada DP lalu membeli gergaji kayu, kapak dan cutter.
Ia lalu ke rumah Teguh untuk menitipkan ponsel milik korban dan miliknya.
Teguh dan Prada DP lalu menelepon orang bernama Imam yang saat ini sudah meninggal dunia.
Prada DP yang kebingungan pun menanyakan pada Imam bagaimana menghilangkan mayat Vera.
Imam kemudian memberikan ide untuk membakar tubuh Vera.
Prada DP lalu menyuruh Imam untuk membeli perlengkapan dengan uang Rp 70 ribu.
Setelah memndapatkan perlengkapan, Prada DP lalu pergi lagi ke penginapan Sahabat Mulia.
Namun ternyata, Prada DP tak tega hingga akhirnya tak jadi membakar jenazah sang kekasih.

Pukul 17.30, Prada DP kembali ke rumah Teguh dan kembali bertemu dengan Imam.
"Imam lalu bilang, masa sudah diajarin masih nggak bisa," kata Imam saat itu.
Sempat tak tega, Prada DP kembali ke kamar penginapan untuk membakar obat nyamuk tersebut.
Setelah itu Prada DP meninggalkan kamar itu dan tak kembali lagi.
Ternyata belakangan pemicu itu tak berfungsi hingga akhirnya mayat Vera yang sduah membusuk ditemukan. (TribunStyle.com/Ninda)