Kisah Militer RI

Prajurit Kopassus Masuk ke Sarang Suku Kanibal di Papua, misi Rahasia Lakukan Ini Agar Tak Dimakan

TRIBUNJAMBI.COM - Bagaimana cara untuk bisa bertahan (survive) hidup dalam segala medan, Kopassus adalah ahlinya

Editor: ridwan
IST
Para prajurit Kopassus 

TRIBUNJAMBI.COM - Bagaimana cara untuk bisa bertahan (survive) hidup dalam segala medan, Kopassus adalah ahlinya.

Mulai dari saat berhadapan dengan musuh, maupun menghadapi misi berbahaya.

Seperti yang terjadi saat prajurit Kopassus harus masuk ke belantara Provinsi Papua yang terkenaal tak bersahabat, apalagi ada rumor suku Kanibal.

Dikutip Sripoku.com dari Intisari, misi tersebut bermula ketika ditemukannya jasad Rockfeller hanya ditemukan berupa sepotong kaki yang masih mengenakan sepatu.

Baca: Siapa Tri Hanurita, Mantan Istri Irwan Mussry & Anak Konglomerat, Kini Bersuamikan Petinggi TNI

Baca: Kesal Kisah Cintanya Kandas 220 Kali, Mantan Model Cantik Asal Inggris Resmi Menikahi Peliharaannya

 

Berdasar jenis sepatu itulah sepotong kaki itu kemudian dikenali sebagai jasad dari mendiang Rockfeller.

Kabar kematian Rockfeller dengan cara yang sangat tragis itu pun menjadi perhatian dunia internasional termasuk rumor bahwa Rockfeller telah dimakan oleh suku terasing yang tinggal di hutan belantara Papua Nugini.

Rumor tentang keberadaan suku pemakan manusia tidak hanya beredar di Papua Nugini, tapi juga menyebar ke kawasan pedalaman Irian Barat (Papua) yang di tahun 1960-an masih merupakan hutan lebat yang belum terjamah.

Pada 5 Mei 1969 meski rumor tentang keberadaan suku pemakan manusia di pedalaman Papua masih santer.

Baca: Hubungan Kevin Sanjaya dan Natasha Wilona Terhalang Sosok Seven of Swords, Calon Suami?

Baca: VIRAL Seorang Pria Makan Kucing Hidup-hidup, Polisi Menduga Pria Itu Alami Ini!

 

Sekitar 7 anggota pasukan baret merah RPKAD/Kopassus), 5 anggota Kodam XVII Cenderawasih Papua dan tiga warga asing yang juga kru televisi NBC, AS serta satu wartawan TVRI, Hendro Subroto melaksanakan ekspedisi ke Lembah X yang berlokasi di lereng utara gunung Jayawijaya.

Tim ekspedisi yang berjumlah total 16 orang itu dipimpin oleh personel RPKAD Kapten Feisal Tanjung sebagai Komandan Tim dan Lettu Sintong Panjaitan sebagai Perwira Operasi.

Lokasi ekspedisi disebut sebagai Lembah X dan berada di lereng utara Gunung Jayawijaya yang berpemandangan elok sekaligus merupakan tempat yang belum pernah dijamah oleh manusia dari luar.

Baca: Ingat Pratyusha Banerjee? Pemeran Anandhi Dewasa, Bunuh Diri di Rumahnya Karena Pacar Selingkuh

Baca: Masa Lalu Prilly Latuconsina yang Tak Diketahui Orang, Ternyata Kerja Jual Barang dari Luar Negeri

 

Suku setempat masih dikenal sebagai suku yang sangat terasing dan dimungkinkan merupakan suku yang masih memakan manusia seperti yang dialami oleh Rockfeller.

Dengan risiko yang tinggi itu pengendali ekspedisi Pangdam XVII/Cenderawasih Brigjen TNI Sarwo Edhie Wibowo berpesan agar tim siap menghadapi kemungkinan terburuk.

Dalam menjalankan ekspedidi semua anggota militer mengenakan seragam militer lengkap, bersenjata senapan serbu AK-47 dan pistol, parang, tali-temali dan lainnya.

 

Baca: 24 Hektare Lahan di Muarojambi Terbakar, Sekarang Petugas BPBD Masih Berjibaku Padamkan Api

Baca: Perangi Narkoba, Pemkab Sarolangun Kuatkan Program Keagamaan dan Siapkan Panti Rehabilitasi

 

Sebelum tim ekspedisi Lembah X diterjunkan melalui udara Lettu Sintong terlebih dahulu melakukan orientasi medan melalui udara dengan cara menumpang pesawat misionaris jenis Cesna.

Lalu sesuai rencana tim akan diterjunkan pada lokasi padang ilalang yang berdekatan dengan perkampungan yang diduga masih dihuni oleh suku terasing pemakan manusia.

Pada 2 Oktober 1969, semua tim bersama keperluan logistik diterjunkan sesuai rencana meski dengan perasaan tak karuan.

Baca: Deretan Fitur Baru WhatsApp Bakal Dikembangkan, Akses WhatsApp Web Tanpa Perlu Terkoneksi Ponsel

Baca: Ibu-ibu Gembira, Menang Kupon Undian Jalan Santai dan Fun Bike Wisata Candi Muara Jambi

 

Pasalnya, mereka harus mendarat di daerah sangat terpencil yang konon didiami suku terasing yang masih suka memakan manusia.

Dengan perhitungan seperti itu maka aksi penerjunan termasuk misi nekat.

Apalagi meski bersenjata lengkap para personel RPKAD dan Kodam Cenderawasih dilarang melepaskan tembakan kecuali dalam kondisi sangat terpaksa.

Itu pun merupakan tembakan yang dilepaskan ke atas untuk tujuan menakut-nakuti. Semua tim akhirnya bisa melakukan penerjunan dengan selamat.

Baca: Ingat Kiki Amalia? Dulu Diselingkuhi hingga Bercerai, Kini Tekuni Dunia DJ

Baca: Bupati Masnah Busro ke Jakarta Ikut Rakornas TPID, Paparkan Kondisi Inflasi di Muarojambi

 

Tapi Lettu Sintong yang seharusnya mendarat di padang ilalang yang jauh dari perkampungan suku terasing justru mendarat di tengah kampung.

Ia langsung dikepung oleh warga yang hanya mengenakan koteka sambil mengacungkan tombak, panah, dan kapak batu.

Sadar sedang menghadapi bahaya dan masih terbayang oleh suku ganas pemakan manusia, secara reflek Sintong memindahkan posisi senapan AK-47 di bahu ke posisi di depan dada serta mengokangnya.

Tapi Sintong terkejut ketika melihat senapan AK-47-nya ternyata tanpa magazin karena terjatuh saat terjun.

Baca: Depati Tujuh Coffee, Santai di Puncak Kebun Kopi di Ketinggian 1.450 Meter

Dengan kondisi senapan AK-47-nya tanpa peluru jelas sama sekali tidak berguna jika harus menghadapi warga suku terasing yang terus memandanginya secara curiga sambil mengacungkan semua senjata tradisional itu.

Tiba-tiba Sintong melihat jika magazin tempat peluru yang jatuh berada di antara warga suku dan bahkan sedang ditendang-tendang oleh seorang pemuda yang merasa bingung dengan benda asing itu.

Di luar dugaan pemuda itu mengambil magazin dan memberikannya kepada Sintong.

Sebuah pertanda bahwa warga suku itu ingin bersahabat.

Baca: Ingat Nia Daniaty? Mewahnya Rumah Penyanyi Mantan Istri Farhat Abbas, Saat habiskan Waktu Liburan

Sintong akhirnya membiarkan saja ketika sejumlah warga suku menyentuhnya, lalu memeganginya

Untuk memastikan bahwa `manusia burung' yang jatuh dari langit itu masih hidup dan merupakan manusia seperti mereka.

Meski diliputi oleh perasaan was-was dan awalnya merasa akan diserang dan `dimakan' semua tim ekspedisi ternyata diperlakukan secara bersahabat dan kemudian bisa berinteraksi secara normal dengan suku terasing itu.

Sebagai suku terasing dan menggunakan bahasa yang saat itu tidak bisa dipahami, semua anggota tim ekspedisi pun harus belajar keras memahami bahasa setempat dengan cara mencatatnya.

Baca: Siapa Ad Hanafiah, Kini Suami Baru Donna Harun, Intip Potret Sarjana Pemasaran & Bos Trada Group

Seperti diduga, meski bukan merupakan suku kanibal, suku terasing di Lembah X masih sangat primitif dan sama sekali belum mengenal korek api, cermin, pisau, pakaian, apalagi kamera televisi yang bisa merekam mereka.

Warga suku Lembah X juga masih lari tunggang langgang setiap ada pesawat lewat atau sedang melaksanakan dropping logistik karena mengira sebagai burung raksasa yang akan menyambarnya.

Semua warga suku juga takut air dan tidak pernah mandi dan untuk minum mereka mengandalkan tanaman tebu liar.

Kebiasaan memakan tebu tiu secara tidak sengaja sekaligus berfungsi sebagai sikat gigi sehingga semua warga suku giginya tampak putih bersih.

Baca: VIDEO: Detik-detik Rombongan Bupati Mamuju Dicegat Massa, Ini yang terjadi Selanjutnya

Meski sempat mengalami musibah ketika sejumlah perahu karet yang ditumpanginya terbalik di jeram dan tim NBC kehilangan rekaman film yang sangat berharga, semua tim ekspedisi bisa pulang selamat pada akhir Desember 1969.

Bagi anggota RPKAD dan Kodam Cenderawasih ekspedisi Lembah X terbilang sukses karena menginspirasi ekspedisi berikutnya yang kemudian dikenal sebagai Ekspedisi Nusantara Jaya.

Tapi bagi kru NBC, ekspedisi itu gagal total karena telah kehilangan semua rekaman yang bernilai jutaan dollar.

(SRIPOKU.COM/BERBAGAI SUMBER)

Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Kisah Prajurit Kopassus Terpaksa ke Sarang Suku Kanibal di Papua, Takut Dimakan, Begini Akhirnya,

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved