Pemuda Sederhana Ditolak saat Daftar Tamtama, Malah Lulus Akademi Militer 2019, Mengharukan

Ini kisah nyata, mendaftar sekolah Tamtama namun ditolak karena nilainya terlalu tinggi. Akhirnya pemuda sederhana ini malah bisa lulus Akmil

Editor: Duanto AS
(Kolase Tribun Jabar (akmil.ac.id dan capture Youtube TNI AD)
Yusuf Maulana, tak lolos masuk sekolah tamtama AL, tapi justru bisa lulus Akmil 2019. 

Ini kisah nyata, mendaftar sekolah Tamtama namun ditolak karena nilainya terlalu tinggi. Akhirnya pemuda sederhana ini malah bisa lulus Akmil

TRIBUNJAMBI.COM - Kisah mengharukan dan menyedihkan dialami pemuda yang baru saja lulus Akadaemi Militer ( Akmil) ini.

Yusuf Maulana merupakan anak tukang ojek.

Demi membanggakan orangtuanya, Yusuf bertekad menjadi anggota TNI.

Kondisi sang ayah membuatnya prihatin.

Dulu, setiap pulang sekolah, Yusuf Maulana kerap mampir ke tempat ayahnya mangkal.

Baca Juga

 Penyamaran Kopaska di Bank Tak Terdeteksi, Perampok Babak Belur Kena Jebakan Tingkat Tinggi

 Profesor Intelijen Vs Profesor Siber dari TNI dan Polri, Sama-sama Jenderal Senior di BIN

 Buku Catatan Rahasia Benny Moerdani Diungkap Luhut Panjaitan, Bisa Akses Tokoh-tokoh Negara di Dunia

 Verrel Bramasta Tulis 151217, Mengenang Pelukan Natasha Wilona Unggah Single Perdana di Youtube

Ia melihat sang ayah kerap mengejar penumpang untuk mencari nafkah.

"Kalau saya pulang sekolah, saya mampir ke tempat bapak saya 'Ya Allah bapak saya kejar-kejar cari penumpang', dari situ saya nekat pasti bisa saya masuk (TNI), apa pun saya mau," ujarnya dikutip Tribunjabar.id dari video Channel TNI AD.

Hal itu membuat Yusuf semakin termotivasi untuk daftar TNI.

Daftar tamtama tak lulus, malah bisa masuk Akmil

Mulanya, ia daftar Tamtama TNI AL.

Kala itu, ia tak berpikir panjang, tekadnya cuma satu, yakni menjadi anggota TNI.

Pada 2015, putra Anda Sunarto itu langsung daftar TNI AL.

Kala itu, usianya merupakan batas akhir dari pendaftaran Tamtama TNI AL.

Tak lulus tamtama AL, ia justru lolos menjadi taruna Akmil.
Tak lulus tamtama AL, ia justru lolos menjadi taruna Akmil. (Kolase Tribun Jabar (akmil.ac.id dan capture Youtube TNI AD))

"Pada 2015 saya daftar Tamtama AL dengan pikiran umur saya udah terakhir, ya udah lah yang penting jadi tentara yang bisa bahagian bapak dan mama juga. ya udah saya tekad apa pun hasilnya saya terima," katanya.

Ditolak masuk pendidikan Tamtama TNI AL karena nilainya terlalu tinggi, hidupnya justru bak ketiban durian runtuh.

Yusuf bernasib justru karena mendapatkan tawaran untuk daftar menjadi taruna.

Akhirnya, Yusuf pun tak menyia-nyiakan kesempatan.

"Tapi Allah berkehendak lain, tamtama enggak boleh, jadinya taruna," kata Yusuf. 

Namun, berjalannya pendidikan Yusuf di Akmil, ia justru harus menelan kenyataan pahit.

Sang ibu yang sempat sakit sebelum ia daftar jadi taruna meninggal dunia.

Ibunya meninggal ketika Yusuf mengenyam pendidikan pada tingkat tiga.

Pada waktu ibunya menghembuskan napas terakhir, ia tengah bersiap akan latihan.

Yusuf tak tahu apa-apa soal meninggalnya sang ibu.

Ayahnya sengaja tak memberi tahu anaknya yang sibuk latihan.

"Mama meninggal waktu saya tingkat tiga, pas mau latihan luar, bapak enggak ngasih tau, malah ngasih taunya ke orang lain," kata Yusuf.

Walaupun begitu, sang ayah memiliki alasan tersendiri.

Anda Sunarto bercerita, sebenarnya Yusuf sempat menengok istrinya saat di rumah sakit.

Setelah itu, ia pun tak memberikan kabar duka kepada anaknya terkait istrinya.

"Sempat ke RS dia nengok dulu, tak lama seminggu kemudian saya enggak kasih kabar barang kali di sini lagi dinas atau latihan," katanya.

Ia mengaku, tak tega harus menyampaikan kabar duka pada sang anak.

Sebenarnya ia sedih kehilangan sang istri saat Yusuf masih melakukan pendidikan, belum lulus dari Akmil.

"Enggak tega, enggak apa-apa lah ini mah urusan Allah, saya juga udah berusaha sekuat tenaga, tapi ya namanya kehendak Allah kan enggak tahu. Saya juga sedih juga, dia juga belum lulus, mama udah enggak ada," katanya terlihat sedih.

Kemudian, Yusuf pun masih ingat saat-saat mengetahui kabar duka ibunya.

Kala itu, ia mendapatkan chat WhatsApp dari anggota keluarganya yang lain.

"Masih ingat dulu, pas ngecek hp ada WA keluarga yang nge-chat, 'ibu, ibunya Yusuf udah enggak ada'," cerita Yusuf.

Membaca kabar mengejutkan itu, ia langsung diam.

Dalam hatinya, Yusuf bertanya mengapa sang bapak tak memberi tahunya.

"Saya langsung diem kenapa bapak enggak bilang. langsung pulang ke paviliun langsung teplon bapak," ujarnya.

Melalui sambungan telepon, ia bertanya kepada ayahnya soal kebenaran ibunya meninggal.

"Kenapa Bapak enggak bilang," kata Yusuf pada ayahnya saat itu.

"Ya mau bilang sama siapa Nak," ucap Yusuf menirukan jawaban sang ayah.

Kemudian, Yusuf pun langsung bergegas pulang ke rumahnya.

Di makam ibunya, ia hanya bisa diam, nangis pun tak bisa.

"Pas pulang ke rumah saya langsung diem di makamnya mama. itu pun enggak nangis, mungkin Yusuf udah ikhlas," kata Yusuf.

Kini, Yusuf Maulana pun mempersembahkan kelulusannya dari Akmil untuk sang ibu yang telah tiada.

Ayahnya pun bersyukur, sambil menangis dan memeluk putranya, Anda Sunarto mendoakan kesuksesan anaknya.

"Semoga perjalanannya lancar ya Nak," katanya kepada Yusuf.

Si Anak Tukang Bubur

Selain Yusuf Maulana si anak tukang ojek yang lulus Akmil, sebelumnya juga Imron Ichwani resmi menjadi prajurit taruna Akmil.

Imron Ichwani dilantik dan diwisuda Panglima TNI Hadi Tjahjanto, pada Kamis (1/11/2018) lalu.

Imron Ichwani menjadi sorotan karena latar belakang keluarganya sebagai anak tukang bubur.

Dari data yang dikutip Tribunjabar.id dari laman resmi TNI, sebelum menjadi prajurit taruna Akmil, Imron Ichwani kerap membantu ayahnya yang bekerja sebagai tukang bubur.

Sebelum berangkat sekolah, Imron Ichwani menyempatkan waktu utnuk menyiapkan perlengkapan dan bahan dagangan untuk sang ayah.

Biasanya, Imron Ichwani kerap membantu ayahnya yang tukang bubur itu setelah salat subuh pada pukul 04.15 WIB, hingga jelang berangkat sekolah.

Imron Ichwani merupakan lulusan SMA 1 Purwokerto.

Ia tertarik menjadi prajurit taruna Akmil karena mendapatkan informasi soal perekrutan taruna Akmil di sekolahnya.

Imron Ichrani yang tinggal di Jalan Cempaka, Sesa Selabaya, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga pun langsung mengikuti seleksi calon taruna Akmil.

Imron Ichwani, anak seorang tukan bubur keliling asal Purbalingga, yang menjadi Capratar Akmil 2018. (Dokumentasi Pendam IV/Diponegoro)
Imron Ichwani, anak seorang tukan bubur keliling asal Purbalingga, yang menjadi Capratar Akmil 2018. (Dokumentasi Pendam IV/Diponegoro) (Istimewa)

Kebetulan, Imron Ichwani memang bercita-cita sebagai TNI sejak kecil.

Ternyata tekad kuatnya itu membuahkan hasil.

Imron Ichwani bahkan lulus seleksi tingkat daerah dan tingkat pusat.

Video Imron Ichwani saat ditanya Panglima TNI pun sempat viral di dunia maya.

Saat masa seleksi taruna Akmil itu, Imron Ichwani tak ragu menyebut ayahnya bekerja sebagai tukang bubur keliling.

"Siap dagang bubur ayam," ujar Imron Ichwani.

Mendengar pengakuan calon prajurit taruna Akmil ini, Panglima TNIHadi Tjahjanto langsung menanyakan lebih lanjut terkait pekerjaan ayah Imron Ichwani.

Imron Ichwani pun mengaku, ayahnya kerap berjualan bubur ayam keliling menggunakan motor.

Dari video tersebut, dimuat pula cuplikan dari ayah Imron Ichwani, Sugeng Suroso.

Sugeng Suroso tampak mengendarai motor dan berhenti untuk melayani pembeli bubur ayam.

Sugeng Suroso bahkan memasak bubur ayam itu sendiri di dapurnya.

Walaupun ayahnya hanya bekerja sebagai tukang bubur ayam keliling, tak membuat Imron Ichawani malas belajar.

Ia justru berprestasi sejak di bangku sekolah.

Dari data yang diterima Tribun Jabar dari Kapendam IV/Dipenogoro, Imron adalah anak yang cerdas.

Sejak SD, ia kerap mengikuti kompetisi pada mata pelajaran matematika.

Imron Ichwani bahkan kerap mendapatkan nilai 10 saat ujian nasional matematika.

Kemampuannya dalam berhitung ini berlanjut ke bangku SMP dan SMA.

Ia kerap mengikuti lomba olimpiade tingkat daerah.

Selain jago matematika, Imron Ichwani pun aktif sebagai anggota Paskibraka.

Di depan Panglima TNI Hadi Tjahjanto, Imron Ichwani mengaku memiliki cita-cita sebagai anggota TNI sejak duduk di bangku SD.

"Karena lihat apa ingin jadi TNI?" tanya Panglima TNI Hadi Tjahjanto.

"Siap, lihat di TV, saat upacara 17 Agustus," jawab Imron Ichwani, terlihat tegang.

Walaupun tampak tegang, Imron Ichwani mencoba tenang dan menjawab semua pertanyaan dengan lancar.

"Waktu itu melihat TNI itu gagah. Saya tidak akan menyerah," kata Imron Ichwani lantang.

Setelah lulus masuk Akmil, Imron Ichwani mengaku terasa berat dan lelah atas aktivitas yang padat.

Dari pukul 04.00 hingga 22.00, Imron Ichwani harus mengikuti kegiatan di Akmil Resimen Chandra.

Namun, bagi Imron Ichwani, rasa capek itu hanya berlangsung pada awal-awal pendidikan.

Memasuki pekan kedua, ia sudah terbiasa dan semakin bersemangan.

Ia menurutkan, menjalani semanya secara ikhlas dan memiliki motivasi sehingga semua kegiatan yang dilakukannya terasa lebih ringan. (*)

Sumber: Tribun Jabar

 Pemuda dari Blora Daftar Kopassus, Punya Pacar Pramugari Cantik Karier Melejit Jadi Jenderal TNI

 Profesor Intelijen Vs Profesor Siber dari TNI dan Polri, Sama-sama Jenderal Senior di BIN

 Buku Catatan Rahasia Benny Moerdani Diungkap Luhut Panjaitan, Bisa Akses Tokoh-tokoh Negara di Dunia

 Afgan dan Rossa Sah Pacaran? Boy William Langsung Tanya Teh Oca Ciumannya Enak Nggak

 Postingan Ketus Natasha Wilona Diunggah Bersamaan Kevin Sanjaya Juara, Sindiran Halus?

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved